24/09/2025
Kasus Nasi Padang
Suasana ruang sidang mendadak hening ketika seorang bapak sederhana maju ke depan. Ia dituduh mencuri sebungkus nasi padang di warung dekat terminal.
Hakim: “Saudara terdakwa, benar Anda mencuri sebungkus nasi padang?”
Terdakwa: sambil gelisah “Yang Mulia, jangan dibilang mencuri… saya cuma lapar, uang tinggal lima ribu, sementara rendangnya manggil-manggil dari etalase.”
Jaksa: “Tapi kenyataannya Anda ambil tanpa bayar!”
Terdakwa: “Saya pikir itu bukan ambil, Pak Jaksa. Itu uji coba keamanan warung. Kalau ketahuan, berarti sistem keamanan bagus. Kalau lolos, ya berarti perlu perbaikan.”
Pengunjung sidang mulai tertawa.
Hakim: menatap serius tapi senyum tipis “Lalu kenapa harus rendang? Kenapa tidak lauk telur dadar atau sayur nangka?”
Terdakwa: pura-pura polos “Yang Mulia, kalau lapar terus makan telur, nanti sakit hati. Tapi kalau lapar terus makan rendang, sakitnya pindah ke dompet. Saya pilih risiko sakit hati aja, Yang Mulia.”
Ruangan sidang pecah tawa.
Jaksa: “Tapi tetap saja, yang dicuri bukan cuma nasi padangnya, tapi juga kepercayaan masyarakat!”
Terdakwa: “Kalau soal kepercayaan, saya janji, Yang Mulia… mulai besok saya hanya akan percaya pada promo beli 2 gratis 1.”
Hakim menghela napas, lalu mengetuk palu.
Hakim: “Baiklah, demi keadilan… saya putuskan hukuman untuk terdakwa adalah: wajib mentraktir semua pengunjung sidang ini… nasi padang komplit dengan rendang, sambal hijau, dan teh manis es.”
Pengunjung bersorak. Bahkan wartawan di belakang sudah siap-siap foto sambil bisik-bisik:
“Sidang paling enak sepanjang sejarah…!”