04/10/2023
Sebuah Alkitab yang diyakini berusia 1.500 tahun menentang penyaliban Yesus Kristus, dengan menyatakan bahwa Yudas-lah yang disalib oleh tentara Romawi. Teks kuno ini, yang dikenal sebagai Injil Barnabas, baru-baru ini muncul di Museum Etnografi Turki di Ankara, menimbulkan kontroversi yang signifikan, khususnya di dalam Vatikan. Buku tersebut, yang disembunyikan sejak penemuannya pada tahun 2000, berisi klaim-klaim yang tidak lazim tentang Yesus, penyaliban-Nya, dan keilahian-Nya. Artikel ini menyelidiki isi Alkitab kuno ini, keasliannya yang disengketakan, dan potensi dampaknya terhadap ajaran Kristen.
Injil Barnabas, yang dikaitkan dengan murid Barnabas, menawarkan kisah alternatif tentang kehidupan Yesus, berbeda dari Injil kanonik. Menurut teks ini, Yesus tidak disalib, hal ini bertentangan dengan kepercayaan arus utama Kristen. Sebaliknya, ia menggambarkan Yesus sebagai seorang Nabi, bukan Anak Allah, bahkan mencap Rasul Paulus sebagai penipu. Selain itu, ayat ini menegaskan bahwa Yesus naik ke surga dalam keadaan hidup dan menyatakan bahwa Yudas Iskariot, bukan Yesus, yang disalib.
Keaslian Injil Barnabas telah memicu perdebatan sengit di kalangan sarjana dan otoritas agama. Meskipun sebagian masih skeptis, sebagian lainnya dengan penuh semangat mempertahankan legitimasinya. Para ahli dan otoritas agama di Tehram, tempat buku tersebut diperiksa, mengklaim bahwa buku tersebut adalah artefak asli, ditulis dalam bahasa Aram, bahasa Yesus, dengan tulisan emas pada kulit yang diikat longgar.
Penemuan ini membawa implikasi besar terhadap ajaran Kristen tradisional, khususnya yang didasarkan pada Injil kanonik. Jika benar, maka hal ini mempertanyakan keakuratan sejarah narasi penyaliban dan kebangkitan, menantang keilahian Yesus, dan menafsirkan kembali peran Rasul Paulus.
Akibatnya, Vatikan dan banyak otoritas keagamaan bergulat dengan informasi baru ini, sehingga meresahkan beberapa umat beriman. Pembukaan Injil Barnabas di Turki telah menimbulkan kontroversi di kalangan umat Kristiani, menantang aspek-aspek inti dari iman mereka. Meskipun keaslian buku tersebut masih diperdebatkan, keberadaannya saja sudah menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah pikiran dan mendorong eksplorasi lebih jauh terhadap narasi keagamaan dan sejarah.
Ketika para sarjana terus meneliti penemuan ini, menjaga pikiran terbuka sangat penting untuk memahami lebih dalam tentang rumitnya sejarah agama. https://www.jstor.org/stable/4150739