
10/06/2025
Rabu, 11 Juni 2025
Peringatan Wajib St. Barnabas, Rasul
Kis. 11:21b-26, 13:1-3; Mzm. 98:1, 2-3ab, 3c-4, 5-6; Mat. 10:7-13
*Memberi dengan Sukacita*
Dalam perjalanan iman kita, ada sosok-sosok yang diam-diam menjadi terang, menjadi penghibur, dan menjadi jembatan kasih Allah bagi sesama. Hari ini Gereja memperingati St. Barnabas, seorang murid Yesus yang dijuluki “Putra Penghiburan.” Julukan ini bukan tanpa alasan, sebab hidup Barnabas sungguh mencerminkan pribadi yang setia, murah hati, dan rela menjadi alat Roh Kudus untuk membesarkan hati orang lain. Kisah Para Rasul menampilkan Barnabas sebagai pribadi yang peka terhadap karya Allah dalam komunitas. Ia tidak hanya mewartakan, tetapi juga mengenali dan membina iman orang lain, seperti saat ia mencari Saulus dan membawanya ke Antiokhia. Barnabas tidak takut untuk berbagi pelayanan. Ia tidak bersaing dalam pewartaan, melainkan justru membentuk kebersamaan yang membawa pertumbuhan Gereja.
Mzm hari ini menyerukan sukacita dan pujian bagi Allah yang menyatakan keselamatan dan kasih setia-Nya kepada umat-Nya. Inilah buah dari orang-orang yang hidupnya dipersembahkan bagi sesama mereka menghadirkan wajah Allah yang menyelamatkan dan mencintai.
Injil hari ini menegaskan misi kita sebagai murid Kristus: “Pergilah dan wartakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat! Sembuhkan orang sakit... Usirlah setan-setan. Kamu telah memperoleh dengan cuma-cuma, maka berilah p**a dengan cuma-cuma.” Sabda ini seperti menegur kita di tengah dunia yang cenderung menghitung, mengukur, dan menuntut imbalan. Tapi Yesus mengajak kita untuk hidup dalam logika kasih: memberi tanpa syarat, melayani tanpa pamrih, mencintai tanpa batas.
Dalam realitas hidup sehari-hari, kita pun dipanggil menjadi “Barnabas” modern.
• Di dalam keluarga, kasih yang tulus kerap diuji oleh kepenatan dan perbedaan. Namun justru di situlah kesempatan untuk memberi dengan cuma-cuma—mendengar tanpa menghakimi, memaafkan tanpa syarat, mencintai tanpa menuntut.
• Dalam karya dan pelayanan, saat kita merasa lelah atau diabaikan, marilah ingat Barnabas: ia tak mencari sorotan, tapi tetap setia dan murah hati. Kita pun dipanggil untuk menjadi penghibur bagi yang lemah dan kecil.
• Dalam kehidupan bermasyarakat, kita bisa membawa kehadiran Allah dengan tindakan sederhana: memberi waktu, mendengarkan curahan hati, atau sekadar menyapa dengan senyum tulus. Semua itu adalah bentuk pemberian yang lahir dari kasih Allah yang lebih dulu kita terima.
St. Barnabas pun mengalami tantangan. Ia akhirnya wafat sebagai martir. Tapi ia tak pernah gentar. Hidupnya menjadi kesaksian tentang kekuatan kasih yang tidak mengenal lelah. Ia memberi karena ia tahu bahwa semua yang dimilikinya adalah anugerah dari Allah. Begitu p**a dengan kita tak ada yang kita miliki yang bukan pemberian Tuhan.
Kasih yang sejati tak pernah rugi. Memberi dengan sukacita bukan berarti kehilangan, tetapi justru menemukan kembali makna terdalam dari hidup: menjadi saluran kasih Allah bagi dunia. Tuhan memberkati
Doa Katolik untuk Kemajuan Usaha dan Bisnis Menghadapi tahun...