Katolik Channel

Katolik Channel doa katolik, doa devosi, rosario, novena , doa mukjizat , renungan harian . kesaksian

Rabu, 11 Juni 2025Peringatan Wajib St. Barnabas, RasulKis. 11:21b-26, 13:1-3; Mzm. 98:1, 2-3ab, 3c-4, 5-6; Mat. 10:7-13*...
10/06/2025

Rabu, 11 Juni 2025
Peringatan Wajib St. Barnabas, Rasul
Kis. 11:21b-26, 13:1-3; Mzm. 98:1, 2-3ab, 3c-4, 5-6; Mat. 10:7-13
*Memberi dengan Sukacita*
Dalam perjalanan iman kita, ada sosok-sosok yang diam-diam menjadi terang, menjadi penghibur, dan menjadi jembatan kasih Allah bagi sesama. Hari ini Gereja memperingati St. Barnabas, seorang murid Yesus yang dijuluki “Putra Penghiburan.” Julukan ini bukan tanpa alasan, sebab hidup Barnabas sungguh mencerminkan pribadi yang setia, murah hati, dan rela menjadi alat Roh Kudus untuk membesarkan hati orang lain. Kisah Para Rasul menampilkan Barnabas sebagai pribadi yang peka terhadap karya Allah dalam komunitas. Ia tidak hanya mewartakan, tetapi juga mengenali dan membina iman orang lain, seperti saat ia mencari Saulus dan membawanya ke Antiokhia. Barnabas tidak takut untuk berbagi pelayanan. Ia tidak bersaing dalam pewartaan, melainkan justru membentuk kebersamaan yang membawa pertumbuhan Gereja.
Mzm hari ini menyerukan sukacita dan pujian bagi Allah yang menyatakan keselamatan dan kasih setia-Nya kepada umat-Nya. Inilah buah dari orang-orang yang hidupnya dipersembahkan bagi sesama mereka menghadirkan wajah Allah yang menyelamatkan dan mencintai.
Injil hari ini menegaskan misi kita sebagai murid Kristus: “Pergilah dan wartakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat! Sembuhkan orang sakit... Usirlah setan-setan. Kamu telah memperoleh dengan cuma-cuma, maka berilah p**a dengan cuma-cuma.” Sabda ini seperti menegur kita di tengah dunia yang cenderung menghitung, mengukur, dan menuntut imbalan. Tapi Yesus mengajak kita untuk hidup dalam logika kasih: memberi tanpa syarat, melayani tanpa pamrih, mencintai tanpa batas.
Dalam realitas hidup sehari-hari, kita pun dipanggil menjadi “Barnabas” modern.
• Di dalam keluarga, kasih yang tulus kerap diuji oleh kepenatan dan perbedaan. Namun justru di situlah kesempatan untuk memberi dengan cuma-cuma—mendengar tanpa menghakimi, memaafkan tanpa syarat, mencintai tanpa menuntut.
• Dalam karya dan pelayanan, saat kita merasa lelah atau diabaikan, marilah ingat Barnabas: ia tak mencari sorotan, tapi tetap setia dan murah hati. Kita pun dipanggil untuk menjadi penghibur bagi yang lemah dan kecil.
• Dalam kehidupan bermasyarakat, kita bisa membawa kehadiran Allah dengan tindakan sederhana: memberi waktu, mendengarkan curahan hati, atau sekadar menyapa dengan senyum tulus. Semua itu adalah bentuk pemberian yang lahir dari kasih Allah yang lebih dulu kita terima.
St. Barnabas pun mengalami tantangan. Ia akhirnya wafat sebagai martir. Tapi ia tak pernah gentar. Hidupnya menjadi kesaksian tentang kekuatan kasih yang tidak mengenal lelah. Ia memberi karena ia tahu bahwa semua yang dimilikinya adalah anugerah dari Allah. Begitu p**a dengan kita tak ada yang kita miliki yang bukan pemberian Tuhan.
Kasih yang sejati tak pernah rugi. Memberi dengan sukacita bukan berarti kehilangan, tetapi justru menemukan kembali makna terdalam dari hidup: menjadi saluran kasih Allah bagi dunia. Tuhan memberkati


Doa Katolik untuk Kemajuan Usaha dan Bisnis Menghadapi tahun...

Kamis, 5 Juni 2025Hari ke-7 Novena PentakostaPeringatan Wajib St. Bonifasius, Uskup dan MartirWarna Liturgi: Merah*Perse...
04/06/2025

Kamis, 5 Juni 2025
Hari ke-7 Novena Pentakosta
Peringatan Wajib St. Bonifasius, Uskup dan Martir
Warna Liturgi: Merah
*Persekutuan yang Melahirkan Keberanian dalam Perutusan*
Ketika kehidupan terasa penuh rintangan, ketika pelayanan dan kebaikan justru dibalas dengan penolakan, di situlah semangat Paulus menjadi cermin bagi kita. Ia tidak pernah mundur, tidak pernah menyerah. Penjara, penganiayaan, bahkan ancaman kematian bukanlah alasan untuk menghentikan langkahnya. Justru semua itu menjadi jalan baru bagi pewartaannya: ke Roma, pusat dunia kala itu.
Yesus pun dalam doa-Nya bagi para murid menunjukkan rahasia kekuatan misi: persekutuan dengan Bapa. "Supaya mereka menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau." (Yoh 17:21). Dalam kesatuan itulah, lahir keberanian, daya tahan, dan ketekunan dalam menjalani perutusan. St. Bonifasius, seperti Paulus, menghidupi semangat perutusan hingga akhir hayatnya. Ia tidak mencari kenyamanan, tetapi taat pada panggilan. Ia membangun Gereja dan kehidupan rohani umat dengan pengorbanan. Di usia lanjut, ia kembali ke ladang misi dan akhirnya menyerahkan nyawa bagi Kristus.
Dalam keseharian kita pun, Tuhan mengutus kita. Mungkin bukan ke Roma atau Frisia, tapi ke rumah kita, ke tempat kerja, ke antara anak-anak kita, ketengah keluarga, kepada orang miskin yang kita temui. Tempat kita berpijak hari ini adalah ladang misi kita. Namun, *apakah aku telah setia di sana?, Apakah aku sungguh membangun persekutuan dengan Tuhan setiap hari agar aku mampu setia dalam tugas perutusanku, meski dalam situasi sulit?*
Perutusan bukanlah hasil usaha manusia semata. Ia lahir dari persekutuan yang mendalam dengan Allah. Kesetiaan dalam doa, kesabaran dalam penderitaan, dan kerelaan untuk keluar dari zona nyaman, semua itu adalah tanda nyata bahwa kita menjadi murid-murid Kristus yang hidup. Mari, seperti St. Bonifasius, kita setia dalam jalan yang telah Tuhan tetapkan, meski jalannya berdarah, sebab di sana ada kemuliaan sejati.
Tuhan memberkati.

Doa Pemulihan Rumah Tangga - Untuk Kerukunan Suami Istri - Doa Mencegah Perceraian dalam Katolik - Doa Saat Ada Masalah Keluarga Suami Istri Katolik Doa ini ...

01/06/2025

Minggu, 1 Juni 2025
Hari Komunikasi Sedunia & Hari III Novena Pentakosta
Kis. 7:55-60; Mzm. 97:1,2b,6,7c,9; Why. 22:12-14,16-17,20; Yoh. 17:20-26
Warna Liturgi: Putih
*Komunikasi Iman yang Menghidupkan: Dari Keakraban Menuju Kesatuan*
Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi adalah nadi dari setiap relasi. Entah itu di komunitas, keluarga, tempat pelayanan, atau bahkan dalam keheningan doa pribadi.komunikasi menjadi jembatan menuju kesatuan. Hari ini Gereja merayakan Hari Minggu Komunikasi Sedunia, suatu ajakan untuk merenungkan: komunikasi seperti apakah yang sungguh menghidupkan?
Yesus, dalam Injil Yohanes hari ini, memperlihatkan sebuah model komunikasi ilahi yang amat dalam. Ia tidak hanya berbicara kepada Bapa, tetapi berbicara dengan hati yang penuh kasih dan kerinduan. Ia tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi menyerahkan para murid-Nya sepenuhnya kepada cinta dan perlindungan Bapa. Komunikasi Yesus kepada Bapa adalah komunikasi yang lahir dari cinta, keintiman, dan keinginan untuk membangun kesatuan sejati—seperti kesatuan antara Dia dan Bapa. Bahkan menjelang sengsara dan wafat-Nya, Ia masih memikirkan kesatuan umat-Nya. Kita diundang meneladani komunikasi yang dilakukan Yesus: bukan sekadar kata-kata, tetapi komunikasi yang memampukan orang lain mengalami kasih. Komunikasi yang tidak terjebak pada ego, tetapi terbuka dalam semangat pengampunan, seperti yang dilakukan oleh Stefanus saat dilempari batu. Dalam detik-detik terakhir hidupnya, Stefanus tidak mengutuk, melainkan mengampuni karena ia telah mengalami perjumpaan yang intim dengan Allah dalam Roh Kudus.
Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah komunikasi kita,.baik dalam doa maupun dalam relasi harian menjadi sarana kesatuan dan cinta kasih? Ataukah justru menjadi sumber perpecahan, karena lebih didorong oleh reaksi emosional daripada kerinduan untuk bersatu dalam kasih?
Yerusalem baru yang dilihat oleh Yohanes dalam Kitab Wahyu adalah gambaran puncak dari kesatuan ilahi. Di sanalah komunikasi sempurna terwujud di mana tidak ada lagi luka, dendam, atau pengasingan. Hanya mereka yang “membasuh jubahnya” mereka yang memurnikan hidup dan komunikasi mereka dalam kasih yang akan mengalami kemuliaan ini.
Mari kita jadikan komunikasi iman yang akrab dengan Allah sebagai sumber kekuatan dalam menghadapi dunia yang sering kali penuh luka dan perpecahan. Komunikasi yang lahir dari keheningan doa, yang dipenuhi oleh Roh Kudus, akan membentuk hati yang mampu mengampuni, menguatkan, dan merangkul. Dunia membutuhkan orang-orang yang bukan hanya pandai berkata-kata, tetapi yang hatinya penuh cinta kasih ilahi. Dalam suasana novena menuju Pentakosta ini, marilah kita membuka hati agar Roh Kudus membimbing setiap kata dan tindakan kita, agar komunikasi kita menjadi jembatan kesatuan, bukan tembok pemisah.
Tuhan memberkati

https://youtu.be/Yu220oSNFcw?si=s91kJpqcnLO1Onon

30/05/2025

Sabtu, 31 Mei 2025
Hari II Novena Pentakosta
Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet
Bacaan: Zef 3:14-18 atau Rm 12:9-16b; MT Yes 12:2-3.4-bcd.5-6; Luk 1:39-56
Warna Liturgi: Putih
*Kehadiran yang Menguatkan: Hadir Bukan Karena Harus, Tapi Karena Kasih*
Dalam Injil hari ini, Maria mengunjungi Elisabet. Kunjungan itu bukan karena kewajiban keluarga, tapi karena dorongan kasih dan kekuatan Roh Kudus. Maria berjalan jauh bukan membawa hadiah atau makanan, tapi membawa kehadiran yang meneguhkan. Elisabet merasa diperhatikan, disapa, dan dicintai. Bahkan bayi dalam kandungannya melonjak kegirangan.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kisah seperti ini sering terjadi. Misalnya:

• Saat kita menyempatkan diri mengunjungi tetangga yang sakit.
• Ketika kita duduk menemani teman yang sedang sedih, tanpa banyak bicara.
• Saat kita menyapa penjaga toko atau tukang sampah dengan senyum dan kata ramah.
• Ketika kita mengirim pesan sederhana kepada sahabat: “Apa kabar? Saya doakan ya.”
Semua itu terlihat sepele. Tapi justru di situlah Roh Kudus bekerja dalam kesederhanaan. Seperti Maria, kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang hadir bukan karena harus, tapi karena peduli. Hadir dengan hati yang mau mendengarkan, hati yang mau menguatkan. Karena seringkali, bukan apa yang kita bawa yang penting, tapi siapa yang datang dan bagaimana cara kita hadir.
Di zaman sekarang, banyak orang merasa sendirian. Maka satu tindakan sederhana: kunjungan, pelukan, doa kecil, sapaan hangat, semuanya bisa menjadi tanda bahwa Allah masih hadir dan peduli.
*Apakah aku sudah menjadi pribadi yang menghadirkan kasih Allah melalui perhatian dan kehadiran yang sederhana dalam hidup sehari-hari?*
Kehadiran yang tulus karena kasih, seperti Maria kepada Elisabet, memiliki kekuatan untuk menguatkan dan membawa sukacita. Dalam hidup sehari-hari, tindakan sederhana yang dilakukan dengan cinta menjadi tanda kehadiran Allah bagi sesama. Kita dipanggil untuk hadir bukan karena kewajiban, tapi karena peduli. Tuhan memberkati



https://youtube.com/playlist?list=PLCJQ3444zzj8xGQwDkEqQJpI1DaPes8ZJ&si=jrHxCgtlqxV5HaJd

26/05/2025

Selasa, 27 Mei 2025
Kis. 16:22-34; Yoh. 16:5-11
Warna Liturgi: Putih
*Ketika Roh Kudus Hadir dalam Kelemahan dan Keheningan*
Tidak jarang dalam hidup kita merasa seperti berada dalam “penjara tak terlihat”. Bukan jeruji besi seperti Paulus dan Silas, tapi rasa lelah karena beban pekerjaan yang menumpuk, pikiran yang kacau karena masalah ekonomi, kesehatan yang menurun, atau relasi yang retak dengan orang terdekat. Di tengah semua itu, kita merasa sendiri, kehilangan arah, dan tak tahu harus berbuat apa.
Namun sabda Yesus hari ini mengingatkan bahwa kepergian-Nya justru membawa sesuatu yang lebih besar: kehadiran Roh Kudus, sang Penghibur. Roh Kudus hadir bukan hanya dalam hal-hal besar dan luar biasa, tetapi juga di tengah kesunyian dan keheningan batin kita. Ia datang ketika kita berani hening sejenak di tengah kesibukan, membuka hati dalam doa, atau sekadar menarik napas panjang dan berkata dalam hati, “Tuhan, aku butuh Engkau.”
Ada satu pengalaman sederhana yang membuat saya semakin yakin akan kehadiran Roh Kudus. Suatu hari saya merasa benar-benar lelah secara fisik dan emosional. Rasanya ingin menyerah. Tapi saat saya duduk diam di sudut ruangan, menatap kosong, entah mengapa saya terdorong untuk berdoa singkat: “Tuhan, kuatkan aku.” Dalam keheningan itu, muncul kekuatan yang tak berasal dari diri saya sendiri-saya mampu berdiri lagi, mulai mengerjakan satu hal kecil, lalu hal berikutnya. Beban tidak serta-merta hilang, tetapi hati saya terasa lebih ringan. Itulah saat saya percaya: Roh Kudus sedang bekerja membebaskan saya dari dalam.
Seperti Paulus dan Silas yang memakai pengalaman sulit mereka untuk membawa keselamatan bagi kepala penjara dan keluarganya, saya pun merasa dipanggil untuk menjadi pribadi yang menguatkan orang lain. Tidak dengan kata-kata besar, tapi cukup dengan senyuman, perhatian tulus, atau mendengarkan mereka yang sedang lelah seperti saya sebelumnya.
Di saat saya merasa lelah dan tak berdaya, apakah saya membuka hati untuk merasakan kehadiran Roh Kudus? Sudahkah saya menjadi pribadi yang membawa kekuatan dan harapan bagi orang-orang di sekitar saya?
Roh Kudus hadir bukan hanya dalam hal-hal ajaib, tapi juga dalam keheningan dan kelemahan kita sehari-hari. Ia membebaskan kita dari belenggu batin yang tak terlihat, memberi kita kekuatan baru untuk melangkah. Mari membuka hati terhadap karya Roh Kudus, agar kita pun dimampukan menjadi pembebas dan penghibur bagi sesama.
Tuhan memberkati.



https://youtu.be/02r8uQTiNx4?si=cfFEdBM0DOmHcwOl

Puncta 24 Mei 2025Sabtu Paskah VYohanes 15: 18-21*Derita Menghadang di Depan*KUMBAKARNA adalah adik Rahwana. Ia menaseha...
24/05/2025

Puncta
24 Mei 2025
Sabtu Paskah V
Yohanes 15: 18-21

*Derita Menghadang di Depan*

KUMBAKARNA adalah adik Rahwana. Ia menasehati kakaknya untuk tidak memperistri Shinta, karena Shinta adalah istri Rama.

Rahwana menculik Shinta. Hal ini adalah sebuah kejahatan. Ia memperingatkan kakaknya yang serakah dan jahat.

Namun Kumbakarna justru diusir oleh Rahwana. Raja yang jahat itu marah karena adiknya tidak menyetujui niatnya.

Begitu juga kepada Gunawan Wibisana. Ia menasehati kakaknya agar bertindak benar dan lurus.

Menculik Shinta adalah kejahatan. Gunawan tidak setuju dengan tindakan jahat kakaknya.

Ia lebih memilih berpihak kepada Rama yang jujur dan benar. Namun tindakannya ini dibenci oleh Rahwana. Ia juga diusir dari Alengkadiraja.

*Orang yang memilih kebenaran akan dibenci dan dijauhi oleh orang banyak. Mereka yang berjuang membela keadilan dan kebenaran akan menghadapi banyak hambatan dan kesulitan.*

*Yesus sudah memprediksi sejak awal.* Maka *Dia berkata sembari mengingatkan murid-murid-Nya,* *_"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu._*

*_Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.”_*

Berjuang membela kebenaran seperti melawan tembok tebal yang sulit ditembus. Ada banyak hambatan. Mereka sering menghadapi teror dan intimidasi, kekerasan dan hinaan, tuduhan dan ancaman. Bahkan nyawa menjadi taruhan.

*Yesus berjuang mewartakan kebenaran. Ia harus menerima salib dan kematian.* Maka *_para murid-Nya diminta untuk teguh berdiri jika menghadapi segala tantangan._* *Berani memanggul salib* adalah *_tanda dan cara kita mengikuti Kristus._*

_Mereka sering memakai nama Tuhan untuk menentang kebenaran. Sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan._

*_“Semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku,”_* *itulah yang dikatakan Yesus.*

*Terus berjuang mengikuti Yesus mewartakan kebenaran dan keadilan bagi semua orang.* *_Salib adalah mahkota kemuliaan._*

Wibisana bergabung ke pasukan Rama,
Berjuang melawan dusta angkara murka.
Membela kebenaran akan dibenci dunia,
Mereka tidak mengenal Allah sesungguhnya.

Wonogiri, tetap teguh berjuang
Rm. A. Joko Purwanto, Pr


Tuhan, berikan hikmatMu setiap hari | Doa Katolik Katolikku berisi doa, renungan, bacaan injil dan kesaksian im...

23/05/2025

Jumat, 23 Mei 2025
Kis. 15:22-31; Mzm. 57:8-9,10-12; Yoh. 15:12-17
Warna Liturgi: Putih
*Mengasihi Seperti Yesus dalam Hidup Sehari-hari*
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berhadapan dengan situasi yang menguji kesabaran dan kasih kita. Entah itu saat antri panjang di jalan, ketika bekerja dengan rekan yang keras kepala, saat menerima kritik yang menyakitkan, atau ketika di rumah kita merasa tidak dipahami. Di tengah semua itu, Yesus berkata kepada kita: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”
Perintah ini bukan hanya ajaran moral, tetapi panggilan untuk meneladani cara Yesus mengasihi—kasih yang setia, sabar, penuh pengertian, dan tidak memilih-milih. Kita diundang untuk mengasihi bukan hanya orang yang menyenangkan, tetapi juga mereka yang mungkin sulit kita terima.
Yesus menyebut kita sebagai sahabat, bukan lagi hamba. Sebagai sahabat, kita diajak untuk masuk lebih dalam ke dalam hati-Nya, memahami kehendak-Nya, dan mewujudkan kasih-Nya di tengah dunia. Maka, dalam hal-hal sederhana pun—menyapa dengan ramah, membantu orang lain tanpa pamrih, mengalah dalam perdebatan kecil, atau mendoakan orang yang menyakiti kita—kita sedang hidup sebagai sahabat-sahabat Yesus.
Para rasul dalam bacaan pertama mampu menyelesaikan persoalan karena mereka membuka hati terhadap bimbingan Roh Kudus. Demikian juga kita: bila kita terbuka pada Roh Kudus melalui doa, keheningan, dan kepekaan batin kita akan dimampukan untuk melihat setiap situasi dengan mata kasih dan menjawabnya dengan hati yang damai.
*Sudahkah aku membuka hati terhadap bimbingan Roh Kudus, agar mampu mengasihi orang lain dalam segala situasi, sebagai sahabat Yesus yang setia?*
Mengasihi seperti Yesus bukanlah hal besar yang hanya bisa dilakukan sekali seumur hidup, tetapi justru terwujud dalam pilihan-pilihan kecil setiap hari. Ketika kita berani memilih untuk tetap mengasihi, di situlah kita hidup sebagai sahabat Yesus dan mewujudkan kehendak Allah.
Tuhan memberkati dan memampukan kita untuk menjadi saluran kasih-Nya hari ini.


https://youtube.com/shorts/oI5EgaQAecI?si=6Yle8sBeVMVN_VqV

Kamis, 22 Mei 2025Pekan Paskah V | Warna Liturgi: PutihBacaan: Kis. 15:7-21; Mzm. 96:1-2a,2b-3,10; Yoh. 15:9-11*Tinggal ...
21/05/2025

Kamis, 22 Mei 2025
Pekan Paskah V | Warna Liturgi: Putih
Bacaan: Kis. 15:7-21; Mzm. 96:1-2a,2b-3,10; Yoh. 15:9-11
*Tinggal dalam Kasih: Taat dalam Hidup Nyata*
Yesus hari ini mengajak kita untuk tinggal dalam kasih-Nya. Tapi kasih itu bukan sekadar kata-kata manis. Ia memberi ukuran yang jelas: “Jika kamu menuruti perintah-Ku, kamu tinggal di dalam kasih-Ku.” (Yoh. 15:10)
Kehidupan kita sehari-hari dipenuhi oleh berbagai pilihan. Di tempat kerja, di jalan, di rumah, di pasar, bahkan dalam dunia digital kita selalu ditantang: apakah kita tinggal dalam kasih atau sebaliknya?
Tinggal dalam kasih berarti tidak ikut-ikutan menyebarkan kebencian dan gosip, tidak mudah emosi ketika dipancing, tidak mengambil keuntungan pribadi dengan mengorbankan orang lain. Itu berarti kita memilih berkata jujur meski tidak populer, memilih membantu meski tidak dilihat, dan memilih sabar ketika hak kita dipinggirkan.
Di tengah dunia yang makin individualistis, tinggal dalam kasih berarti tetap peduli menyapa dengan tulus, hadir saat dibutuhkan, mendengarkan tanpa menghakimi. Tidak perlu hal besar. Bahkan memberi waktu untuk mendengar keluh kesah orang lain, memberi maaf kepada yang menyakiti, atau memberi ruang kepada orang yang berbeda pandangan. itu semua adalah bentuk nyata tinggal dalam kasih.
Gereja Perdana memberikan teladan luar biasa: mereka tidak terjebak pada formalitas atau syarat lahiriah, tapi berfokus pada kasih sebagai dasar iman. Mereka membuka pintu, menyambut semua, dan menumbuhkan persaudaraan sejati. Inilah arah hidup kita juga: membangun kasih yang melampaui sekat agama, budaya, status sosial, dan masa lalu.
*Apakah kasih Allah sungguh menjadi dasar dan orientasi dalam tutur kata, pilihan, dan sikap hidupku sehari-hari terutama saat menghadapi perbedaan, tekanan, dan kekecewaan?*
Tinggal dalam kasih bukan hal teoritis. Ia tampak dari bagaimana kita hidup, berbicara, memutuskan, dan memperlakukan orang lain. Menaati perintah Tuhan tidak terpisah dari dunia kita; justru di sanalah kita membuktikan kasih kita kepada-Nya. Maka mari menjadikan kasih sebagai napas hidup di manapun kita berada.
Tuhan memberkati.


Amsal 21:3 | Renungan Harian Katolik | Ayat Emas | Doa Katolik ...

16/05/2025

*Yth. Para Uskup, Rohaniwan/I, Biarawan/i, dan seluruh Umat Beriman*

Salam damai Kristus,

Komisi Karya Misioner KWI (*KKM KWI*) sedang melakukan penelitian dengan tujuan memperkuat identitas kekatolikan, secara khusus tentang panggilan hidup imamat dan religius. Untuk itu, kami mengundang umat sekalian, yang berusia 17 tahun ke atas untuk mengisi kuesioner berikut:
🔗 https://forms.office.com/Pages/ResponsePage.aspx?id=DQSIkWdsW0yxEjajBLZtrQAAAAAAAAAAAANAAQfDPSVUQjVPREtJR1FCRFVPUldDNlJYSVFaUzBGNC4u
⏰ *Batas waktu: 20 Mei 2025*
Mohon bantuannya untuk menyebarkan link ini ke keluarga, lingkungan, komunitas, Paroki dan keuskupan masing-masing.

Terima kasih atas partisipasinya. Tuhan memberkati!

*Salam Misioner!*
*KKM KWI*

13/05/2025

Rabu, 14 Mei 2025
Pesta St. Matias Rasul
Kis 1:15-17.20-26; Mzm 113:1-2.3-4.5-6.7-8; Yoh 15:9-17
Warna Liturgi: Merah
*Melayani dalam Diam, Setia dalam Tugas*
Ada begitu banyak orang yang menginspirasi bukan karena mereka terkenal, tetapi karena mereka setia. Hari ini kita mengenang St. Matias, seorang rasul yang tidak menonjol dalam Kitab Suci, namun tetap dihargai karena kesetiaannya mengikuti Yesus sejak awal. Ia tidak banyak bicara, tidak banyak tampil, tetapi ia ada. Dan kehadirannya dalam kesetiaan itulah yang membuat para rasul memilihnya menggantikan Yudas.
Yesus dalam Injil berkata, “Aku telah memilih kamu dan menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap.” (Yoh 15:16). Buah yang tetap bukanlah buah pop**aritas, tetapi buah dari cinta, kesetiaan, dan kerendahan hati buah yang tidak cepat busuk oleh pujian atau sorotan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin mengalami hal-hal kecil yang melelahkan: menempuh perjalanan jauh ke kantor setiap hari, sabar mengurus rumah tangga yang monoton, bersikap jujur di tempat kerja saat yang lain mengambil jalan pintas, atau mendengarkan keluhan orang lain padahal hati sendiri sedang lelah. Mungkin tidak ada yang tahu, mungkin tidak ada yang berterima kasih. Tapi Tuhan tahu. Kesetiaan itu seperti air yang menetes pelan, tetapi mampu melubangi batu. Ia tidak langsung terlihat hasilnya, tapi dampaknya nyata. St. Matias adalah gambaran orang yang tidak banyak bicara, tapi setia berjalan bersama Tuhan.
*Apakah aku tetap berusaha setia dalam tugas dan tanggung jawab harianku, meski tanpa penghargaan dan tanpa sorotan?*
Setia bukan karena dilihat orang, tapi karena tahu bahwa Tuhan memilih dan mempercayakan tugas itu pada kita. Seperti St. Matias, marilah kita menjadi pribadi yang diam-diam memberi makna, yang tidak dikenal dunia tapi dicatat di hati Allah.
Tuhan memberkati setiap langkah kecilmu hari ini. Amin

https://youtu.be/JvGXm6MBgcA?si=Ymfj6h1Z4DseAGAH

Prevost lahir di Chicago, tempat ia menghabiskan awal karier klerikalnya bekerja untuk Ordo Santo Agustinus . Sebagai ba...
08/05/2025

Prevost lahir di Chicago, tempat ia menghabiskan awal karier klerikalnya bekerja untuk Ordo Santo Agustinus . Sebagai bagian dari misi Agustinian, ia bertugas di Peru dari tahun 1985 hingga 1986 dan lagi dari tahun 1988 hingga 1998 sebagai pastor paroki, pejabat diosesan, guru seminari, dan administrator. Ia kemudian terpilih sebagai Prior Jenderal Ordo Santo Agustinus, yang dijabatnya dari tahun 2001 hingga 2013. Paus Fransiskus menunjuk Prevost sebagai Uskup Chiclayo sekembalinya ke Peru. Ia menjabat dalam peran ini dari tahun 2015 hingga 2023, saat ia diangkat menjadi kardinal . Ia diangkat menjadi Prefek Dikasteri untuk Para Uskup , peran penting yang mengangkat profilnya sebagai calon paus yang potensial. Ia juga diangkat menjadi presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin pada tahun 2023.

Leo adalah orang Amerika Utara pertama yang terpilih menjadi paus, paus pertama yang berasal dari negara berbahasa Inggris sejak Adrian IV pada abad ke-12, dan paus Amerika dan Peru pertama (yang dinaturalisasi) . Ia adalah paus pertama yang berasal dari Ordo Santo Augustinus , dan yang ketujuh dari ordo yang mengikuti Aturan Santo Augustinus ( Augustinian ). [ c ] Ia juga paus pertama yang bergelar Leo sejak kematian Leo XIII pada tahun 1903 serta paus pertama yang lahir setelah Perang Dunia II .
Robert Francis Prevost lahir di Rumah Sakit Mercy di Chicago pada tanggal 14 September 1955, dari pasangan Mildred ( née Martínez) Prevost, seorang pustakawan, dan Louis Marius Prevost, seorang veteran Angkatan Laut Amerika Serikat dari Perang Dunia II dan pengawas sekolah di Glenwood . [ 8 ] [ 9 ] [ 10 ] [ 11 ] Ayahnya adalah keturunan Italia dan Prancis . Ibunya adalah putri dari pasangan Louisiana Creole , Joseph Martinez dan Louise Baquié, dari New Orleans , yang merupakan keturunan Afrika, Prancis, dan Spanyol . Kakek dari pihak ibu Prevost lahir di Haiti . [ 11 ] [ 12 ] [ 13 ] [ 14 ] [ 15 ] Prevost memiliki dua kakak laki-laki, Louis dan John. [ 11 ] [ 16 ]

Dibesarkan di Dolton, Illinois , pinggiran kota di dekatnya, Prevost menjabat sebagai putra altar di Gereja St. Mary of the Assumption di luar South Side Chicago . [ 11 ] Ia menyelesaikan studi menengahnya di St. Augustine Seminary High School pada tahun 1973. [ 17 ] Saat menjadi siswa senior di sana, ia diberi Letter of Commendation untuk prestasi akademik yang tinggi, dan secara konsisten berada di daftar kehormatan . Ia menjabat sebagai pemimpin redaksi buku tahunan , sekretaris Student Council , dan menjadi anggota National Honor Society . [ 18 ] Selama menjadi editor buku tahunan, buku tersebut menempati posisi kedua dalam kritik buku tahunan ke-39 yang disponsori oleh Universitas Columbia . [ 19 ] Ia juga berpartisipasi dalam pidato dan debat sekolah menengah . [ 20 ] Prevost memperoleh gelar Sarjana Sains dalam bidang matematika di Universitas Villanova pada tahun 1977. [ 17 ] [ 21 ] [ 22 ] Ia memperoleh diploma dalam teologi dari Catholic Theological Union di Chicago. [ 23 ] Prevost berbicara bahasa Inggris, Spanyol, Italia, Prancis, dan Portugis, dan dapat membaca bahasa Latin dan Jerman
Leo memiliki dua saudara laki-laki, Louis dan John. [ 76 ] Ibu mereka, Mildred, meninggal pada tanggal 18 Juni 1990. [ 77 ] Ayah mereka, Louis, meninggal pada tanggal 8 November 1997. [ 78 ] Sebagai seorang anak, Prevost dikenal oleh teman-temannya sebagai "Bob" atau "Rob". [ 11 ] [ 8 ] [ 76 ] Kakak laki-lakinya, Louis, tinggal di Florida dan bertugas di militer, dan saudara laki-lakinya yang lain, John, memiliki karier di bidang pendidikan. Malam sebelum konklaf, Prevost berkonsultasi dengan saudara-saudaranya melalui telepon tentang nama kepausannya . [ 76 ]

Sebagai seorang kardinal, Leo menganggap dirinya sebagai pemain tenis amatir, dan ketika ia ditugaskan ke Roma, ia menyatakan bahwa ia berharap untuk mungkin memiliki lebih banyak kesempatan untuk berlatih daripada yang ia dapatkan di Peru. [ 79 ] [ 80 ] Menurut saudaranya John, ia adalah penggemar Chicago White Sox dari Major League Baseball . [ 81 ]

Sumber : wikipedia

Jumat, 9 Mei 2025Warna Liturgi PutihBacaan: Kis. 9:1-20; Mzm. 117:1-2; Yoh. 6:52-59*Apakah Aku Mau Membiarkan Tuhan Meng...
08/05/2025

Jumat, 9 Mei 2025
Warna Liturgi Putih
Bacaan: Kis. 9:1-20; Mzm. 117:1-2; Yoh. 6:52-59
*Apakah Aku Mau Membiarkan Tuhan Mengubah Hidupku?*
Kadang kita terlalu sibuk dengan rencana dan keinginan sendiri. Kita ingin semuanya sesuai dengan apa yang kita pikir baik. Tapi Tuhan sering bekerja di luar rencana kita. Dia punya cara-Nya sendiri, dan rencana-Nya jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.
Dalam Injil hari ini, banyak orang sulit menerima ajaran Yesus tentang tubuh dan darah-Nya. Mereka bertengkar karena tidak bisa memahami ajaran itu secara rohani. Sementara Yesus justru mengajak mereka untuk percaya lebih dalam dan mengalami hidup yang bersatu dengan-Nya.
Kisah Saulus dalam bacaan pertama juga menunjukkan bahwa Tuhan bisa mengubah siapa pun. Saulus yang semula adalah penganiaya, diubah Tuhan menjadi Paulus, rasul yang luar biasa. Itu terjadi karena ia membiarkan Tuhan bekerja dalam dirinya, meski awalnya keras kepala.
Kita pun kadang mengalami hal serupa. Dalam pelayanan, dalam keluarga, dalam pekerjaan ada hal-hal yang terjadi di luar dugaan. Tapi kalau kita mau membuka hati, Tuhan bisa menjadikan semua itu jalan untuk mendekat pada-Nya.
*Apakah aku masih terpaku pada rencanaku sendiri, atau aku mau memberi ruang bagi rencana Tuhan dalam hidupku?*
Allah bekerja dengan cara yang tidak selalu bisa kita pahami. Tapi seperti Paulus, kita diajak untuk membuka hati dan membiarkan Tuhan mengubah arah hidup kita. Percaya dan berserah pada rencana-Nya adalah kunci untuk mengalami kedamaian dan pertumbuhan sejati.
Tuhan memberkati

Address

South Jakarta

Opening Hours

Monday 00:00 - 23:45
Tuesday 00:00 - 23:45
Wednesday 00:00 - 23:45
Thursday 00:00 - 12:00
Friday 00:00 - 23:45
Saturday 00:00 - 12:00
Sunday 00:00 - 23:45

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Katolik Channel posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Katolik Channel:

Share