08/11/2024
Kerajaan Kalingga: Kerajaan Wanita Pertama yang Memukau di Jawa Tengah
Ada sebuah kerajaan kuno di pesisir utara Jawa Tengah yang dipimpin oleh Ratu Sima, ratu wanita pertama yang bijaksana dan adil pada abad ke-6 hingga ke-7 Masehi.
Kerajaan Kalingga atau Holing dikenal akan kekuatan militernya, sistem pemerintahan yang terstruktur, dan peran pentingnya dalam perdagangan maritim Asia.
AWAL MULA BERDIRINYA KERAJAAN KALINGGA
Pada abad ke-7 Masehi, Pulau Jawa tengah diselimuti oleh dinamika politik dan budaya yang berkembang pesat. Di tengah-tengah keragaman ini, berdirilah sebuah kerajaan yang kelak dikenal sebagai Kerajaan Kalingga atau juga disebut Holing atau Keling.
Berdasarkan catatan sejarah, kerajaan ini didirikan oleh Raja Santanu (632-648 M), yang bergelar Prabu Kirathasingha. Di bawah kepemimpinannya, Kalingga mulai meneguhkan posisinya sebagai salah satu kerajaan paling kuat di Pulau Jawa.
RAJA-RAJA YANG MENGUKIR SEJARAH
Prabu Santanu (632-648 M)
Prabu Santanu adalah pendiri Kerajaan Kalingga yang berhasil memperluas wilayah kekuasaannya melalui diplomasi dan kekuatan militer. Pada masa pemerintahannya, ia mengirimkan utusan ke Dinasti Tang, Cina, pada tahun 632 M dan 640 M, memperkuat hubungan dagang dan budaya antara Kalingga dan Cina. Kedatangannya juga diwarnai oleh kedatangan Pendeta Hwi-Ning dari Cina yang selama tiga tahun menetap di Kalingga, menerjemahkan kitab suci Buddha Hinayana ke dalam bahasa Cina dengan bantuan pendeta lokal bernama Janabadra.
Prabu Selendra (648-674 M)
Setelah wafatnya Prabu Santanu, takhta Kalingga diteruskan oleh Prabu Selendra (Prabu Kartikeyasingha sang mokteng Mahamerwacala). Di bawah kepemimpinannya, Kalingga semakin mengokohkan posisinya di jalur perdagangan maritim, mengirimkan duta besarnya ke Cina dua kali, pada tahun 648 M dan 666 M. Pernikahannya dengan Dewi Sima menghasilkan dua keturunan penting: Dewi Parwati dan Radiyah Narayana. Dewi Parwati kemudian menikah dengan raja Galuh, sementara Radiyah Narayana menjadi menantu raja Jayasinghanegara dari Keling.
Maharani Shima (674-695 M)
Puncak kejayaan Kalingga dicapai di bawah kepemimpinan Maharani Shima, raja wanita pertama yang dikenal sebagai Ratu Keadilan. Pemerintahannya ditandai oleh penerapan hukum yang ketat dan adil. Salah satu kisah terkenal di masa pemerintahannya adalah ketika seorang saudagar Arab mencoba menguji ketaatan rakyat Kalingga dengan meletakkan pundi-pundi uang di jalanan pusat kota. Tanpa ada yang berani menyentuhnya, kecuali putra mahkota yang secara tidak sengaja menginjaknya. Ratu Shima, yang teguh pada prinsip keadilannya, awalnya memerintahkan hukuman mati dengan memotong kaki putra mahkota. Namun, setelah didesak oleh para penasehatnya, hukuman tersebut akhirnya diringankan, menunjukkan keseimbangan antara ketegasan dan belas kasih dalam kepemimpinannya.
Pascapemerintahan Ratu Shima
Setelah wafatnya Ratu Shima pada tahun 695 M, Kerajaan Kalingga mengalami perpecahan menjadi dua wilayah: utara dipimpin oleh Dewi Parwati dan selatan oleh Radiyah Narayana. Dewi Parwati kemudian menggantikan tahtanya, diikuti oleh Dewi Sannaha yang menikah dengan raja Galuh, serta Narayana yang menjadi raja Kalingga setelah putranya wafat. Namun, perpecahan ini mulai melemahkan kekuatan Kalingga, membuka jalan bagi ancaman eksternal yang akhirnya memicu keruntuhannya.
MASA KEJAYAAN DAN KEUNIKAN KERAJAAN KALINGGA
Kerajaan Kalingga dikenal sebagai salah satu dari tiga kerajaan tertua di Pulau Jawa, bersama Tarumanagara dan Kutai. Letaknya yang strategis di pesisir utara Jawa Tengah, kemungkinan di sekitar Banyumas, Blora, atau Purwodadi, menjadikan Kalingga sebagai pusat perdagangan maritim yang vital. Melalui jalur perdagangan ini, Kalingga menjalin hubungan dagang dengan India, Cina, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, mengekspor komoditas berharga seperti emas, perak, dan cula badak.
Budaya Kalingga sangat dipengaruhi oleh India, terutama dalam aspek agama dan pemerintahan. Agama Hindu dan Buddha berkembang pesat, terlihat dari peninggalan candi dan arca yang masih bisa ditemui hingga kini. Sistem pemerintahan yang terstruktur dengan baik, dipimpin oleh raja atau ratu dengan birokrasi yang efisien, menunjukkan pengaruh model pemerintahan India yang terorganisir.
PENINGGALAN YANG MASIH ADA HINGGA ZAMAN INI
Meskipun tidak banyak meninggalkan prasasti, beberapa peninggalan arkeologis dari Kerajaan Kalingga masih dapat ditemukan:
- Prasasti Gunung Merbabu: Satu-satunya prasasti yang ditemukan di wilayah ini, yang memberikan informasi tentang sistem administrasi dan hubungan dagang Kalingga.
- Candi Bima: Terletak di Banyumas, candi ini dipercaya berasal dari masa Kalingga, menampilkan perpaduan arsitektur Hindu dan Buddha.
- Artefak dan Arca: Berbagai artefak dan arca yang ditemukan di sekitar Jawa Tengah menunjukkan pengaruh seni dan budaya India yang kuat.
KERUNTUHAN DAN WARISAN KERAJAAN KALINGGA
Kerajaan Kalingga mengalami keruntuhan pada awal abad ke-8 Masehi, terutama setelah serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Penyerangan ini berhasil merebut jalur perdagangan utama Kalingga, memaksa rakyatnya berpindah ke pedalaman Pulau Jawa untuk mencari kehidupan baru. Perpecahan internal dan melemahnya struktur pemerintahan juga turut mempercepat kejatuhan Kalingga.
Meskipun demikian, warisan Kerajaan Kalingga tetap hidup dalam budaya dan sejarah Indonesia. Penyebaran agama Buddha dan Hindu, sistem pemerintahan yang terstruktur, serta peninggalan arkeologisnya menjadi fondasi penting bagi pembentukan kerajaan-kerajaan berikutnya di Nusantara.
Kisah Ratu Shima dan kebijakan keadilannya menjadi inspirasi tentang kepemimpinan yang bijaksana dan tegas.
Kerajaan Kalingga adalah salah satu permata bersejarah di Pulau Jawa yang menggambarkan kemegahan dan dinamika politik serta budaya Indonesia kuno. Dari pendiriannya yang kuat hingga keruntuhannya yang dramatis, Kalingga meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah Nusantara.
Peninggalan arkeologisnya, kisah para raja dan ratu yang berpengaruh, serta kontribusinya dalam perdagangan dan penyebaran budaya menjadikan Kerajaan Kalingga topik yang menarik untuk dipelajari dan dikagumi hingga hari ini.