SilamoBaca

SilamoBaca celoteh remeh, cengkrama jelata Kesimpulan dari semua dialog dan perbincangan, sepenuhnya diserahkan kepada kesadaran dan kearifan masing-masing. Wassalam.

Sekilas Tentang "SilamoBaca"

SilamoBaca adalah Halaman dan Twitter resmi "Komunitas Ruang Baca SILAMO [Silaturrahim Layanan Aspirasi Masyarakat Otonom]" –sebuah kegiatan pembelajaran para pemerhati dan pengais gejala kesadaran sosial– guna memahami bentangan ruang antara harapan dan kenyataan yang terasa dalam kehidupan keseharian. Dengan mengais kesadaran dan pemahaman dari berbagai pihak, Silam

oBaca mencoba mendialogkan –untuk tidak mengatakan mempersoalkan— berbagai dinamika sosial yang laten (tersamar atau tersembunyi) dan fenomenal yang menjadi gunjingan publik, baik di lingkup Lokal Sumbawa, Regional NTB maupun di tataran Nasionlal dan bahkan Internasional. Menyadari segala keterbatasan pemahaman, wawasan dan sumberdaya, SilamoBaca sama sekali tidak mengklaim, mengaku atau menempatkan diri sebagai penentu kebenaran, perumus kebijakan, dan bahkan tidak juga berpretensi sebagai pemecah masalah. Karenanya, SilamoBaca membuka diri dan mengundang semua pihak yang memiliki kesamaan visi untuk ikut berperan serta, mengirimkan naskah sebagai cermin kesadaran dan kearifan penulisnya. Tulisan yang diterbitkan tidak selalu mewakili pikiran dan pemahaman SilamoBaca. Terhadap semua naskah tulisan yang diterima, bisa jadi dilakukan penyuntingan redaksional tanpa mengubah substansi, untuk disajikan dalam langgam “celoteh remeh” atau “cengkerama jelata”, yang memungkinkan masyarkat awam sekalipun mudah menghayatinya. Karana –mengutip seorang penyair— kebanyakan orang adalah orang-orang kebanyakan. Selamat membaca, SilamoBaca!

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚ᴿᵉᶜᵉʰ ᴮᵘᵏᵃⁿ ᴿᵉᶜᵉʰᵃⁿᴹᶦⁿᵍᵍᵘ, ⁸ ᴶᵘⁿᶦ ²⁰²⁵===================== # 𝑳𝒂𝒈𝒖 𝑷𝒊𝒍𝒖 𝑷𝒆𝒎𝒊𝒄𝒖 𝑮𝒆𝒓𝒖𝒕𝒖𝐃𝐎𝐁Lantaran bukan dari me...
07/06/2025

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚
ᴿᵉᶜᵉʰ ᴮᵘᵏᵃⁿ ᴿᵉᶜᵉʰᵃⁿ

ᴹᶦⁿᵍᵍᵘ, ⁸ ᴶᵘⁿᶦ ²⁰²⁵
=====================
# 𝑳𝒂𝒈𝒖 𝑷𝒊𝒍𝒖 𝑷𝒆𝒎𝒊𝒄𝒖 𝑮𝒆𝒓𝒖𝒕𝒖

𝐃𝐎𝐁

Lantaran bukan dari media mainstream, apa iya beritanya diabaikan begitu saja? Melecehkan kerja keras jurnalistik bisa kualat lho! Simak laporan 𝑝𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠𝑠𝑎𝑡𝑢.𝑐𝑜𝑚¹, 6 Juni 2025.

Media alternatif itu membawa kabar pilu tentang mimpi lima kabupaten/kota di Pulau Sumbawa: Kota Bima, Kabupaten Bima, Dompu, Sumbawa, dan Sumbawa Barat. Mereka ingin membentuk Provinsi Pulau Sumbawa, seperti puna kawan yang ingin mandiri.

Namun, Wamendagri Bima Arya—mantan Walikota Bogor—mengatakan: "Tidak mungkin!" Selain moratorium DOB belum dicabut, negara sedang bokek. Mimpi indah itu hancur, bagai lagu gelas-gelas kaca Rinto Harahap yang pecah berantakan.

Keinginan pemekaran berubah menjadi pengemis roti di istana raja yang bakhil. Padahal demo sudah dilakukan, dan beberapa demonstran jadi tersangka anarkis. Uang berkuasa, keadilan hanya hiasan di kepala anak TK yang diwisuda pura-pura.

Negara kaya raya, tapi pemekaran provinsi kecil saja tak mampu. Seperti istana pasir di tepi pantai, lenyap disapu ombak. Sumbawa kaya, tapi diperlakukan seperti anak tiri hasil selingkuhan. Ironis, bukan? Seperti di-𝑔ℎ𝑜𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 selebriti. Lima tahun lagi? Mungkin hanya mimpi siang bolong.

Mereka yang berkuasa mungkin sudah punya provinsi hati masing-masing: provinsi kemewahan, provinsi kekuasaan. Kita? Terhuyung di provinsi kepasrahan. Butuh keajaiban, tapi keajaiban biasanya hanya ada di lampu Aladin. Hehehe…
------‐---‐----------
Catatan;

¹ 𝐿𝑖𝑛𝑘 berita:

https://pintassatu.com/indeks-berita/wamendagri-pemekaran-propinsi-sumbawa-tidak-mungkin/?fbclid=IwY2xjawKvsBtleHRuA2FlbQIxMQABHr02QefkEG8Am6l32DAKnSJCs4Hq4Z_bIn1v20H_dVYWD1czmQ5COnzsP66A_aem_XhnrOwbAJexyTLIzJjNM2Q&sfnsn=wiwspwa



JAKARTA I Pintassatu.com I - Rencana Pemekaran Propinsi Pulau Sumbawa dari Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pupus. Pemekaran yang diharapkan oleh masyarakat yang berada di 5 Kabupaten/Kota di Pulau Sumbawa, yakni Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa B...

05/06/2025

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚
ᴿᵉᶜᵉʰ ᴮᵘᵏᵃⁿ ᴿᵉᶜᵉʰᵃⁿ

ᴶᵘᵐᵃᵗ, ⁶ ᴶᵘⁿᶦ ²⁰²⁵
=====================
# 𝑳𝒂𝒈𝒖 𝑩𝒊𝒔𝒖 𝑷𝒆𝒎𝒊𝒄𝒖 𝑮𝒆𝒓𝒖𝒕𝒖

𝐁𝐑𝐔𝐀𝐊𝐊𝐊!

Kemarahan Bupati Jarot meledak, bagai gunung berapi yang memuntahkan lava pijar. Dokumen Musrenbang Provinsi NTB menjadi pemicunya. Apakah ini kesalahan atau kesengajaan? Indikasi kuat menunjukkan yang terakhir. Demikian laporan Media Online Berta Pembaharuan, edisi 04 Juni 2025.

Potensi pertanian dan pertambangan Sumbawa diabaikan, seperti anak tiri yang terlupakan. Nadi kehidupan Sumbawa, termasuk program Sekolah Rakyat (SR) Prabowo—dengan lahan tujuh hektare di depan Depot Pertamina Badas— seakan dianggap angin lalu. Mencari jarum di tumpukan jerami? Atau ada yang sengaja menyembunyikannya?

Ini bukan sekadar kesalahan administratif; ini pengabaian sistematis, bukti nyata Sumbawa diperlakukan bak 𝑘𝑒𝑡𝑎𝑡𝑜¹ di tangan mereka. Pulau kaya raya ini, perencanaan pembangunannya bagai permainan kerincingan—diputar-putar ses**a hati tanpa mempedulikan kepentingan rakyat. Pilu, dan sangat menyedihkan. Hanya orang berhati batu yang bisa tetap tenang menyaksikan ini.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Mungkin hanya berharap keajaiban. Akh, kemustahilan yang disemogakan. Keajaiban tak pernah datang begitu saja. Bait puisi 'Jalan Simpang' yang dilantunkan aktivis Provinsi Pulau Sumbawa (PPS) dalam demo di Poto Tano, 15 Mei lalu, seakan bergema:

Jalan Simpang

Tutup katupkan buku edan itu
Bila perlu kau hancur lumatkan
Jangan dikenang cerita usang
Tiada yang perlu dibilang ulang
Biarkan semua terbuang terbang
Dan tataplah persimpangan itu
Telah letih menanti kita

Persimpangan itu telah letih menanti. Biarlah kita bersimpang jalan. 𝐵𝑒𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑜². Sudah saatnya kita memilih jalan kita sendiri: PPS — jalan untuk perubahan. (𝑬𝒎𝒅𝒆) 💥

Catatan:

¹ 𝑘𝑒𝑡𝑎𝑡𝑜: (Sbw. = boneka kecil dari daun lontar, mainan anak balita)
² 𝐵𝑒𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑜: (Sbw. = biarkan saja / sudahlah / terserah)




04/06/2025

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚
ᴿᵉᶜᵉʰ ᴮᵘᵏᵃⁿ ᴿᵉᶜᵉʰᵃⁿ

ᴷᵃᵐᶦˢ, ⁵ ᴶᵘⁿᶦ ²⁰³⁵
=====================
# 𝑳𝒂𝒈𝒖 𝑩𝒊𝒔𝒖 𝑷𝒆𝒎𝒊𝒄𝒖 𝑮𝒆𝒓𝒖𝒕𝒖

𝐏𝐨𝐩𝐨𝐨𝐮𝐰𝐮𝐮𝐤..!

Beasiswa AMMAN... Ironis sekali, begitu diberitakan secara detil oleh media online 𝑆𝑎𝑚𝑎𝑤𝑎𝑟𝑒𝑎.𝑐𝑜𝑚 edisi 03 Juni 2025 dan 𝐵𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔𝑡𝑣.𝑖𝑑 dengan tanggal yang sama seperti di teruskan oleh Ketua KPKST Agus Arianto. Emas Sumbawa disedot, anak-anaknya dikirim belajar jauh. Ekspor SDM, impor keuntungan, ya? Seperti menjual ginjal untuk beli obat flu. Investasi SDM kata mereka... investasi untuk siapa? Bukannya untuk Sumbawa sendiri. Program CSR atau sekedar pencitraan yang berlapis emas? Kita cuma jadi pemain figuran dalam sandiwara mereka.

Pendidikan jadi komoditas, diperdagangkan seperti ikan asin. Kita diberi remah-remah sementara mereka menikmati hasilnya. Sedih? Tentu. Lucu? Sangat. Bayangkan, kekayaan alam kita dikeruk habis, anak-anak kita diajak bersekolah jauh dari rumah, seolah masa depan mereka lebih terjamin di tanah orang. Ironi yang menggelikan.

"Pengembangan SDM"... kata-kata mulus yang menyembunyikan kenyataan pahit. Kita dilatih, tapi untuk siapa Bukan untuk Sumbawa. Mereka membangun masa depan anak-anak Sumbawa di negeri orang.Sementara Sumbawa sendiri…? Semoga nanti ada yang membangun masa depan Sumbawa di Sumbawa juga. Atau mungkin ini hanya mimpi. 𝑃𝑜𝑝𝑜𝑜𝑢𝑤𝑢𝑢𝑘*..! (𝑬𝒎𝒅𝒆) 🙄
--------------------
Catatan:

* 𝑃𝑜𝑝𝑜𝑜𝑢𝑤𝑢𝑢𝑘 = Sebuah interjeksi lokal Sumbawa yang berasal dari dua kata: "popo" (artinya pukul atau gebuk, seperti pada kasur jemuran) dan "uwuk" (yang menggambarkan suasana hujan lebat atau deras sekali).

Kata ini digunakan untuk mengekspresikan reaksi spontan, mirip dengan ungkapan seperti "hancur minah", "hajar bleh", atau "sikat abis", yang menunjukkan semangat atau emosi yang menggebu-gebu.

03/06/2025

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚
ᴿᶦⁿᵍᵃⁿ ᵗᵃᵖᶦ ᴮᵉʳᵇᵒᵇᵒᵗ

ᴿᵃᵇᵘ, ⁴ ᴶᵘⁿᶦ ²⁰²⁵
=====================
# 𝑳𝒂𝒈𝒖 𝑩𝒊𝒔𝒖 𝑷𝒆𝒎𝒊𝒄𝒖 𝑮𝒆𝒓𝒖𝒕𝒖

𝐏𝐫𝐞𝐞𝐭𝐭

NTB Makmur Mendunia? "Cck," gumamnya, mengaduk kopi dingin. Minus 1,47%! Pertumbuhan ekonomi minus? Bagai lagu bisu yang menggelegar, tapi dunia cuma mendengar siulan manis dari parade angka-angka bagai pengaturan skor dalam sepak bola gajah. Smelter 40%? Investigasi? Sandiwara yang dipertunjukkan untuk dunia.

Mendagri bertanya, bukan menegur? Seperti pencuri yang mengatakan, "Saya hanya meminjam." Lima koma lima tujuh persen pertumbuhan sektor lain? Hiperbola untuk orang yang dungu. Ekspor konsentrat dihentikan? Benar, tapi kantong-kantong tetap melimpah.

Tahun depan nol? Prediksi optimis untuk menutupi kegagalan dan ketidakmampuan. NTB menyapa dunia? Mungkin hanya akan menyapa kemiskinan dengan senyum yang sepertinya menyesali janji kampanye yang tak terpenuhi. Ironis? Tentu saja. Dan dunia akan tertawa. (𝑬𝒎𝒅𝒆) 🙄

02/06/2025

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚
ᴿᶦⁿᵍᵃⁿ ᵗᵃᵖᶦ ᴮᵉʳᵇᵒᵇᵒᵗ

ˢᵉˡᵃˢᵃ, ³ ᴶᵘⁿᶦ ²⁰²⁵
=====================
# 𝑮𝒖𝒎𝒂𝒎 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒎 😇

𝐁𝐨𝐡𝐨𝐧𝐠

Dia berpidato tentang kejujuran, suaranya lantang bak juru selamat, tapi matanya berkelit seperti ular di semak-semak. Mulutnya memuji kebaikan, tapi tangannya meraup keuntungan haram dari proyek infrastruktur yang seharusnya mensejahterakan rakyat. Jas mahalnya berkilauan, sembunyi di balik senyum manis bego yang menipu.

Ah, sandiwara Sebuah pertunjukan amatiran, tetapi menghibur bagi mereka yang sudah mengenali topengnya. Dia mengutuk korupsi dengan suara menggelegar, padahal kantongnya melimpah dengan uang hasil colongan. Ironis, bukan? Lucu sekali.

Sebuah komedi situasi yang dimainkan dengan begitu serius. Dia begitu yakin dengan aktingnya yang sempurna, padahal topengnya sudah retak dan menunjukkan wajah sejati yang busuk.

Retak, tapi tetap dikenakan. Bodoh, ya? Tapi, menghibur. Tertawa saja. Kamu, sang maestro kemunafikan yang dihormati, tetapi tak dihargai. Siapakah yang akan mencopot topeng itu? Sungguh, lucu sekali… (𝑬𝒎𝒅𝒆) 🙄

02/06/2025

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚
ᴿᶦⁿᵍᵃⁿ ᵗᵃᵖᶦ ᴮᵉʳᵇᵒᵇᵒᵗ

ˢᵉⁿᶦⁿ, ² ᴶᵘⁿᶦ ²⁰²⁵
=====================
# 𝑺𝒆𝒏𝒂𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂 𝑯𝒂𝒎𝒑𝒂 🤣😇

𝐃𝐮𝐧𝐠𝐮

Dia menggaruk-garuk kepala, bingung. "Jadi, intinya… apa?" Tanyanya bodoh, sambil nyengir.

Alhasil diskusi cuma mutar-mutar kayak gasing, bikin mabuk. Ide-ide beterbangan, tak beraturan, bagai burung-burung lepas kendali.

Ah, manusia dan kebingungannya yang menggelikan. Dia tertawa dengan suara kecil, nyaring, dan sedikit sinting.

Kesimpulannya? Kosong..! Seperti kepala sehabis begadang semalaman. Mungkin esok, pikirannya akan lebih jernih —atau mungkin tidak.

Yang pasti, kopi sudah habis. Dan itu masalah yang lebih serius. Ah, hidup. (𝑬𝒎𝒅𝒆) 🙄

02/06/2025

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚
ᴿᶦⁿᵍᵃⁿ ᵗᵃᵖᶦ ᴮᵉʳᵇᵒᵇᵒᵗ

ˢᵉⁿᶦⁿ, ² ᴶᵘⁿᶦ ²⁰²⁵
=====================
# 𝑶𝒄𝒆𝒉𝒂𝒏 𝑳𝒆𝒑𝒂𝒔 😁

𝑊𝑎𝑤𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝑎 𝐼𝑚𝑎𝑗𝑖𝑛𝑒𝑟 𝐿𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑊𝑖𝑙𝑙𝑖𝑎𝑚 𝑆ℎ𝑠𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒

𝐍𝐚𝐦𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐜𝐞𝐫𝐦𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐢𝐝𝐞𝐧𝐭𝐢𝐭𝐚𝐬

Pasang spanduk di sektariat, sudah. Konsolidasi dengan tokoh kecamatan Alas Barat, Buer, Utan, dan Rhee, sudah. Bertemu dan berkonsultasi dengan para tokoh dan sesepuh KST di Mataram¹, seperti aksi Agus Adrianto pada momen pernikahan keluarga, juga sudah..!

Lantas, apa lagi yang belum kelar dikerjakan..? Ya, tinggal diskusi di grup WA yang terfokus pada pencarian solusi final tentang penamaan Kabupaten Sumbawa Tengah, saja yang masih berlngsung seru, sebelum usulan pemekararan secara resmi dibawa ke tingkat pusat.

Adu argumentasi yang berseliweran dari Zulkarnaen AS, Husni Niec, Agus Adrianto, Heri Pers, Supriyanto, Rahma A.R., Win Kodrat, Adith, Saipul Bahri, Kharil Hermansyah, Fathur Azhar dan lainnya terkait nama Kabupaten Sumbawa Tengah menunjukkan kompleksitas permasalahan ini. Berbagai sudut pandang disampaikan, namun belum sampai kepada solusi yang memuaskan semua pihak.

Untuk sekedar memancing dan memperkaya inspirasi, mari kita hadirkan nara sumber mumpuni; William Shakespeare, maestro pencipta nama dan makna kata, dalam wawancara imajiner Lanjutan berikut ini.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Selmat malam waktu Sumbawa Tengah, Tuan Shakespeare. Terima kasih telah meluangkan waktu kembali untuk wawancara lanjutan ini, terkait dinamika diskusi di grup WA Komite Pemekaran Kabupsten Sumbawa Tengah.

Diskusi ini berpusat pada usulan perubahan nama Kabupaten Sumbawa Tengah menjadi Kabupaten 𝑆𝑎𝑚𝑎𝑤𝑎 𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎'², dan tetap mempertahankan singkatan KST.

Bagaimana pandangan Anda tentang hal ini, mengingat keahlian Anda dalam bahasa dan penamaan?

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: Selamat malam juga waktu Sumbawa Tengah, dan di London sini masih pukul 16.00 sore.

Usulan ini, sungguh menarik! Sebuah perdebatan yang melibatkan sejarah, identitas, dan tentu saja, keindahan bahasa. Penggunaan Samawau Tenga', yang berakar pada bahasa lokal, menawarkan keaslian yang tak terbantahkan. Ini bukan sekadar perubahan nama, melainkan sebuah pernyataan identitas budaya yang kuat. Seperti Romeo dan Juliet yang terikat oleh cinta, Samawa Tenga' terikat oleh sejarah dan bahasanya. Menggunakan kata Samawa Tenga' adalah seperti mengembalikan jiwa asli dari nama tersebut, memberikannya nafas kehidupan yang baru.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Ada kekhawatiran bahwa perubahan nama ini, meskipun berakar pada bahasa Sumbawa, bisa menimbulkan kebingungan. Bagaimana Anda menanggapi kekhawatiran ini?

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: Kekhawatiran akan kebingungan adalah hal yang wajar. Namun, seperti dalam drama saya, kebenaran dan keindahan seringkali memerlukan perjuangan. Dengan komunikasi yang tepat dan penjelasan yang jelas, kebingungan dapat diatasi. Penting untuk menekankan nilai historis dan budaya di balik perubahan ini. Perumpamaan yang tepat adalah sebuah lukisan tua yang direstorasi; perubahannya mungkin tampak berbeda, tetapi keindahan aslinya tetap terjaga, bahkan lebih bersinar.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Diskusi ini awalnya dilakukan secara daring (dalam jaring) melalaui grup WA. Namun, ada usulan agar diskusi lanjutan dilakukan secara luring (luar jaringan), secara bertatap muka langsung, untuk memastikan kredibilitas dan integritas pembahasan. Apa pendapat Anda?

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: Ah, dunia maya dan dunia nyata..! Keduanya memiliki tempatnya. Diskusi "daring" memudahkan akses dan partisipasi, tetapi diskusi "luring" menawarkan kedalaman dan kejelasan yang tak tergantikan. Pertemuan tatap muka memungkinkan interaksi yang lebih kaya, mengurangi kesalahpahaman, dan memastikan bahwa setiap suara didengar dengan jelas.

Untuk isu sepenting perubahan nama kabupaten, pertemuan luring atau tatap muka langsung, yang terbatas pada para pemangku kepentingan, adalah langkah yang bijaksana. Itu seperti memilih aktor yang tepat untuk sebuah peran penting dalam sebuah drama – kredibilitas dan integritas sangat penting.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Terakhir, apa pesan Anda untuk masyarakat Samawa Tenga' terkait diskusi ini?

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: Ingatlah, nama adalah sebuah cerminan identitas. Perubahan nama ini, jika dilakukan dengan bijak, dapat memperkuat identitas budaya Samawa Tenga' dan semangat kesejarahan, tetapi selalu hormati perbedaan pendapat. Seperti dalam setiap drama besar, prosesnya mungkin rumit, tetapi hasilnya dapat menjadi luar biasa. Semoga keputusan yang diambil akan membawa kejayaan dan kebanggaan bagi Samawa Tenga'.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Oh ya, tambahan sedikit. Agar sedikit lebih akrab dengan identitas budaya Samawa, bagaimana jika saya menyapa Anda dengan memenggal ujung nama terakhir Anda: 𝑃𝑒𝑎𝑟𝑒³ (dari 𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒). Ya, penggalan "peare" itu dalam telinga dan lafal Samawa terdengar seperti 𝑝𝑖𝑒𝑟⁴ yang mengingatkan pada 𝑔𝑒𝑙𝑒𝑝𝑖𝑟⁵, sebuah kata yang dapat dijadikan cantolan dan mudah diingat.

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: (Sedikit terpingkal) Ha ha ha.., saya s**a dengan imajinasi liar Anda. Sepertinya, Anda menantang saya untuk menjelajahi lebih jauh identitas budaya Anda. Kalau kabupaten Samawa Tenga' berdiri kelak, semoga saya berkesempatan untuk menyingkap cira rasa budaya Anda, Samawa Tenga'.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Oh, itu suatu kejutan..! Masyarakat Samawa Tenga', terutama Komite Pemekaran Kabupaten Samawa Tenga' (KPKST) akan dipandu oleh ketua Agus Adrianto dan Sekjen Acep Suherlan, tentu gembira menyambut kehadiran Anda dan akan beramai-ramai menyuarakan selamat datang 𝐷𝑒𝑎 𝑅𝑒𝑎⁶ Pier.., silamo..!, selamat datang dea rea Pier .., 𝑠𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜⁷..! Bisa jadi Anda langsung dipersilakan menyantap 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑡⁸, masakan khas Samawa.

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: "Sepat...?" Kata itu… menarik! Ia mengingatkan saya pada kata 𝑠𝑐𝑎𝑡⁹, suatu bentuk improvisasi musik jazz yang spontan dan penuh energi. Bagaimana rasanya? Apakah sensasi sepat ini juga se-spontan dan se-energik itu? Atau mungkin lebih seperti simfoni gerakan yang harmonis?

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Ouw, suatu personifikasi atau penggambaran yang dalam dan sangat fantastis.., dea rea ..!

Sepat adalah salah satu makanan khas Sumbawa yang terkenal. Sepat merupakan hidangan kuah bebas kosterol yang memiliki cita rasa asam segar dan disajikan dengan ikan bakar jenis kakap atau baronang, atau ikan apa saja sesuai selera.

Kuah sepat terbuat dari campuran terung, mangga muda, daun aru, 𝑟𝑢𝑘𝑢¹⁰, belimbing wuluh, tomat, kemiri, dan asam Sumbawa. Semua bahan tersebut diletakkan di dalam sebuah wadah dan kemudian disiram dengan air.

Kuah Sepat disajikan tanpa proses pemasakan tambahan, yang membuatnya memiliki rasa asam segar. Rasanya boleh jadi mirip acar, namun perbedaannya terletak pada asamnya yang berasal dari bahan-bahan alami, bukan dari cuka.

Tapi saya membayangkan betapa gurih dan lezatnya jika ikan 𝑆𝑎𝑙𝑚𝑜𝑛¹¹, 𝑇𝑟𝑜𝑢𝑡¹², 𝐻𝑎𝑑𝑑𝑜𝑐¹³ yang biasa hilir mudik di sungai Themes atau beberapa sungai lainnya di Inggris di sajikan dalam sepat.

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: Racikan perpaduan cita rasa yang imajinatif..! Saya terkesan mendengarnya. Anda punya selera humor kuliner di atas rata-rata. Tapi berhubung di Samawa Tenga' mungkin sekarang sudah larut malam, saya pikir kita harus istirahat, jaga kesehatan badan dan pikiran. Perjuangan masih panjang. Salam buat Agus Adrianto, Acap Suherlan dan pejuang-pejuang KPKST lainnya. Selamat malam Samawa Tenga'

Nah, begitulah wawancara pun berakhir. Sebuah racikan Imajinasi yang luar biasa..!

---------------------------
Catatan kaki

¹ Mataram = ibukota provinsi NTB.
² 𝑆𝑎𝑚𝑎𝑤𝑎 𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎' = Dialek lokal untuk penamaan "Sumbawa Tengah"
³ 𝑃𝑒𝑎𝑟𝑒 = Penggalan ujung nama Shakespeare
⁴ 𝑝𝑖𝑒𝑟 = Penyebutan kata peare falam pelafalan dan pendengaran Sumbawa.
⁵ 𝑔𝑒𝑙𝑒𝑝𝑖𝑟 = nama atau jenis diding anyaman bambu
⁶ 𝐷𝑒𝑎 𝑅𝑒𝑎 = Sebutan Paman dalam tradisi ningrat Sumbawa
⁷ 𝑠𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜 = Silakan
⁸ Hidangan/ masakan khas Sumbawa
⁹ 𝑠𝑐𝑎𝑡 : sebagai kta kerja to s**t = Merupakan teknik vokal dalam musik jazz dan genre musik lainnya di mana penyanyi mengimprovisasi melodi menggunakan suara vokal non-artikulasi (tanpa kata-kata yang bisa dimengerti). Mirip dengan suara mengaum tetapi lebih ritmis dan ekspresif.
¹⁰ 𝑟𝑢𝑘𝑢 = Daun sejenis (tapi tak sama) kemangi
¹¹ 𝑆𝑎𝑙𝑚𝑜𝑛 = Ikan dari famili Salmonidae, dikenal karena dagingnya yang berwarna oranye kemerahan dan kandungan lemak yang tinggi.
¹² 𝑇𝑟𝑜𝑢𝑡 = Keluarga ikan yang termasuk dalam famili Salmonidae, kerabat dekat salmon.
¹³ 𝐻𝑎𝑑𝑑𝑜𝑐 = Ikan laut putih dari famili Gadidae, berbeda famili dengan salmon dan trout.

31/05/2025

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚
ᴿᶦⁿᵍᵃⁿ ᵗᵃᵖᶦ ᴮᵉʳᵇᵒᵇᵒᵗ
ᴹᶦⁿᵍᵍᵘ, ¹ ᴶᵘⁿᶦ ²⁰²⁵
================
# 𝑶𝒄𝒆𝒉𝒂𝒏 𝑳𝒆𝒑𝒂𝒔 😁

𝑊𝑎𝑤𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝑎 𝐼𝑚𝑎𝑗𝑖𝑛𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑊𝑖𝑙𝑙𝑖𝑎𝑚 𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒

𝐀𝐩𝐚 𝐀𝐫𝐭𝐢 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐧𝐚𝐦𝐚 (?)

Berani sumpah..! Tadinya, saya mau segera tidur saja mengakhiri malam minggu ini, lantaran tak punya pacar atau selingkuhan. Tapi tatkala 𝑛𝑔𝑎𝑙𝑜𝑛𝑡𝑒𝑘¹ buka dan baca WA Grup Komite Pemekaran Kabupaten Sumbawa Tengah, saya jadi tertarik dan buru-buru pergi 𝑏𝑎𝑗𝑎𝑟𝑒𝑝² agar segera terbebas dari kantuk.

Di sana, di WAG itu, rupanya sedang berlangsung diskusi seru antara Agus Adrianto, Zulkarnaen AS, Husni Niec, Supriyanto, Heri Pers, Adith, sekedar untuk menyebut beberapa nama. Salah satu isu yang dibahas -- dan ini menarik dan menggelitik saya -- adalah perdebatan tentang nama "Sumbawa Tengah" itu sendiri, waduh..!

Perdebatan sengit tentang makna sebuah nama ini mengingatkan saya pada William Shakespeare, sang maestro drama Inggris. Meskipun hidup di era yang berbeda dan terpisah oleh jarak ribuan kilometer, ketajaman observasinya terhadap makna nama dan identitas masih sangat relevan hingga saat ini. Shakespeare, dengan keahliannya dalam mengeksplorasi lapisan makna di balik sebuah kata, menjadi referensi yang sangat tepat untuk memahami perdebatan ini. Untuk itu, mari kita melakukan sebuah wawancara imajiner dengannya.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Selamat malam jelang dini hari.

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: Ya, selamat dini juga. Tapi di London sekarang masih pukul 19.00.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Maaf, bagaimana saya harus memanggil Anda; apakah 𝑆𝑖𝑟³ atau 𝐷𝑒𝑎 𝑅𝑒𝑎⁴..?

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: (Sambil mengangkat bahu) Terserah, saya kan pernah bilang, ""𝑊ℎ𝑎𝑡'𝑠 𝑖𝑛 𝑎 𝑛𝑎𝑚𝑒⁵..?, apa arti sebuah nama..?

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Baik Tuan Shakespeare, salam sejahtera. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk wawancara ini. Tapi Kita akan membahas arti sebuah nama, khususnya dalam konteks penamaan geografis, berkaitan dengan pemekaran wilayah atau daerah otonomi baru. Ambil contoh "Sumbawa Tengah." Jika kita mempertanyakan kelayakan nama itu, bukankah lebih holistik untuk mempertanyakan nama "Sumbawa" terlebih dahulu, tempat Sumbawa Tengah berada..?

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: (tersenyum) Pertanyaan yang cerdas, tuan. Nama, seperti sebuah drama, memiliki banyak lapisan makna. "Sumbawa Tengah," menunjukkan lokasi, sebuah deskripsi geografis yang mungkin tepat pada masanya. Namun, seperti sebuah karakter dalam drama, nama tempat juga memiliki sejarahnya sendiri. "Sumbawa" sendiri, pastilah menyimpan kisah yang lebih luas, lebih mendalam, yang membentuk identitas "Sumbawa Tengah."

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Jadi, Anda menyarankan pendekatan sejarah terlebih dahulu? Memahami asal usul "Sumbawa" sebelum menilai "Sumbawa Tengah"?

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: Tentu saja. Kita tidak bisa memahami sebuah cabang tanpa memahami pohonnya. "Sumbawa Tengah" adalah bagian dari "Sumbawa," dan "Sumbawa" sendiri mungkin memiliki asal usul yang kaya, mungkin dari legenda, mungkin dari peristiwa sejarah, atau mungkin dari karakteristik geografis yang unik. Mempertanyakan "Sumbawa" berarti menggali sejarah, budaya, dan identitas yang lebih besar. Ini akan memberikan konteks yang lebih kaya untuk memahami "Sumbawa Tengah."

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Apakah ada bahaya dalam hanya fokus pada nama yang lebih kecil, tanpa melihat konteks yang lebih luas?

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: Ya, tuan. Itu seperti menilai sebuah adegan tanpa memahami keseluruhan drama. Kita mungkin kehilangan nuansa, makna tersirat, dan keindahan keseluruhan. Nama, seperti kata-kata dalam sebuah puisi, berhubungan satu sama lain, membentuk sebuah gambaran yang lebih besar. Mengabaikan konteks yang lebih luas dapat menyebabkan kesimpulan yang dangkal dan tidak adil.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Jadi, dalam konteks penamaan wilayah, Anda menganjurkan pendekatan holistik yang mempertimbangkan sejarah, budaya, dan konteks yang lebih luas?

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: Tepat sekali, tuan. Nama bukanlah sekadar label; ia adalah cerminan dari sejarah, budaya, dan identitas suatu tempat. Memahami arti sebuah nama berarti memahami jiwa tempat itu. Dan untuk memahami jiwa "Sumbawa Tengah," kita harus terlebih dahulu memahami jiwa "Sumbawa."

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Terima kasih atas wawasan yang luar biasa, Tuan Shakespeare.

𝑆ℎ𝑎𝑘𝑒𝑠𝑝𝑒𝑎𝑟𝑒: Sama-sama, tuan. Semoga kata-kata ini, seperti kata-kata dalam drama saya, memberikan inspirasi dan pemahaman yang lebih dalam. 😅😇🥰

Catayan kaki

¹ 𝑛𝑔𝑎𝑙𝑜𝑛𝑡𝑒𝑘 : Sbw = Clamitan
² 𝑏𝑎𝑗𝑎𝑟𝑒𝑝 : Sbw = membasuh muka.
³ 𝑆𝑖𝑟 : Ingg. = Tuan.
⁴ 𝐷𝑒𝑎 𝑅𝑒𝑎 : Sbw. = Sebutan paman dalam tradisi ningrat
⁵ Lihat Romeo dan Juliet (𝑅𝑜𝑚𝑒𝑜 𝑎𝑛𝑑 𝐽𝑢𝑙𝑖𝑒𝑡).

Dalam drama ini, Juliet mengucapkan kalimat terkenal:

"𝑊ℎ𝑎𝑡'𝑠 𝑖𝑛 𝑎 𝑛𝑎𝑚𝑒? 𝑇ℎ𝑎𝑡 𝑤ℎ𝑖𝑐ℎ 𝑤𝑒 𝑐𝑎𝑙𝑙 𝑎 𝑟𝑜𝑠𝑒
𝐵𝑦 𝑎𝑛𝑦 𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟 𝑛𝑎𝑚𝑒 𝑤𝑜𝑢𝑙𝑑 𝑠𝑚𝑒𝑙𝑙 𝑎𝑠 𝑠𝑤𝑒𝑒𝑡;"

Artinya:

"Apa arti sebuah nama? Mawar yang kita sebut dengan nama apa pun akan tetap harum baunya."

31/05/2025

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚
ᴿᶦⁿᵍᵃⁿ ᵗᵃᵖᶦ ᴮᵉʳᵇᵒᵇᵒᵗ
ˢᵃᵇᵗᵘ, ³¹ ᴹᵉᶦ ²⁰²⁵
=====================
# 𝑶𝒄𝒆𝒉𝒂𝒏 𝑳𝒆𝒑𝒂𝒔 😁

Sepak Terjang KPKST (1)

𝐌𝐚𝐫𝐬

𝑃𝑎𝑝𝑒𝑛¹ Bosang Ribang 𝑛𝑔𝑜𝑚𝑝𝑒𝑛𝑔² sambil mengelus dada. Dilihatnya Onteng dan Bolang, dua cucu remajanya, bertingkah aneh; semangat 𝑏𝑎𝑗𝑜𝑔𝑒³ bagai orang kena sihir. Keduanya tampak bersemangat sekali. Kecemasan pun mulai menghantuinya. "... Jangan-jangan mereka sedang kenapa-kenapa ya?' batinnya, cemas.

Dia melihat Onteng dan Bolang berjoget riang, gerakan mereka lincah dan penuh semangat, seperti kupu-kupu yang baru menetas. Kecemasan itu semakin menguat...

"Hei... Onteng,.. Bolang.., apa yang sedang kalian lakukan.." tanyanya setengah membentak.

"Tenang 𝑃𝑎𝑝𝑒𝑛, kami sedang latihan menyanyikan lagu mars Kabupaten Sumbawa Tengah," jawab Onteng menoleh sambil 𝑘𝑒𝑚𝑜⁴.

"Apa..., 𝑚𝑎𝑟𝑎𝑠⁵ Sumbawa Tengah?," tanyanya bingung. Ia tampak tak mengerti.

"Bukan 𝑚𝑎𝑟𝑎𝑠, tapi "mars". Semacam lagu perjuangan, penyemangat bagi Komite Pemekaran Kabupaten Sumbawa Tengah (KPKST), yang sedang berjuang memekarkan Sumbawa Tengah menjadi kabupaten tersendiri," jelas Bolang, sambil terus 𝑏𝑎𝑗𝑜𝑔𝑒.

"Kalau mau tahu jelasnya, nih, dengar liriknya," lanjut Bolang, kemudian ia mulai menyanyikan lirik Mars Kabupaten Sumbawa Tengah:

𝑆𝑢𝑚𝑏𝑎𝑤𝑎 𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ,
𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎ℎ,
𝑊𝑎𝑛𝑔𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑜𝑑𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑒𝑙𝑜𝑟𝑎

𝐿𝑖𝑚𝑎 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐵𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑀𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎
𝑀𝑒𝑛𝑢𝑗𝑢 𝑠𝑒𝑗𝑎ℎ𝑡𝑒𝑟𝑎

𝑆𝑢𝑚𝑏𝑎𝑤𝑎 𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ,
𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ
𝐴𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑟𝑟𝑠𝑢𝑙𝑎𝑚
𝐵𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑝𝑢𝑎𝑙𝑎𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑗𝑢𝑎𝑛𝑔.. 𝑚𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑢𝑎𝑛𝑔..
𝑆𝑖𝑛𝑔𝑘𝑖𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑟𝑎𝑙 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑅ℎ𝑒𝑒... 𝑈𝑡𝑎𝑛... 𝐵𝑢𝑒𝑟...
𝐴𝑙𝑎𝑠... 𝐴𝑙𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑟𝑎𝑡
𝑆𝑎𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑑
𝑀𝑎𝑘𝑚𝑢𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑘𝑦𝑎𝑡

"Ini masih belum kelar. Aransemen musik pengiring untuk lagu tema sedang digarap oleh 𝑁𝑑𝑒⁶ Blaho Sengko," tambah Bolang menjelaskan lebih lanjut. Ia menambahkan informasi penting terkait lagu tersebut.

(Mendengar keterangan demikian, Papen Bosang seakan tak percaya. Dengan ragu-ragu tapi penasaran, dia bergumam pelan:

"Ternyata Mimpi KST itu, bagai biji kecil yang ditanam lama di tanah kering kerontang. Dan kini tunas hijau mulai menyembul! Tentu KPKST, naungan sekumpulan pejuang yang tak kenal lelah itu, telah merawat serta menyiraminya dengan keringat dan tawa," desisnya.

Mendengar lirik mars itu, bayangan perjuangan gigih KPKST memenuhi benak Papen Bosang. Ia teringat akan keringat dan tawa yang telah tercurahkan. Air matanya berlinang, campuran haru dan bangga. Tanpa sadar, ia bersorak lantang, 'Selamat!'"

Onteng dan Bolang terperanjat mendengar sorakan Papen Bosang. Mereka saling pandang, tersenyum lebar, lalu berhamburan memeluk sang kakek. 😅🥰

----------------------
Catatan Kaki:

¹ 𝑃𝑎𝑝𝑒𝑛: (Sbw = Kakek)
² 𝑁𝑔𝑜𝑚𝑝𝑒𝑛𝑔: (Sbw = menggeleng-gelengkan kepala)
³ 𝐵𝑎𝑗𝑜𝑔𝑒: (Sbw = Berjoget, menari-nari dengan riang gembira)
⁴ 𝐾𝑒𝑚𝑜: (Sbw = Menyungging senyum
⁵ 𝑀𝑎𝑟𝑎𝑠: (Sbw = Suasana mengasikkan; menyenangkan hati)
⁶ 𝑁𝑑𝑒: (Sbw = Paman)

30/05/2025

𝐒𝐢𝐥𝐚𝐦𝐨𝐁𝐚𝐜𝐚
ᴿᶦⁿᵍᵃⁿ ᵗᵃᵖᶦ ᴮᵉʳᵇᵒᵇᵒᵗ

ᴶᵘᵐᵃᵗ ³⁰ ᴹᵉᶦ ²⁰²⁵
==================
# 𝑲𝒐𝒍𝒐𝒎 𝑪𝒆𝒍𝒐𝒕𝒆𝒉 𝑹𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏

𝑊𝑎𝑤𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝑎 𝐼𝑚𝑎𝑗𝑖𝑛𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅𝑜𝑐𝑘𝑦 𝐺𝑒𝑟𝑢𝑛𝑔

𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐫𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐉𝐚𝐧𝐣𝐢 𝐌𝐚𝐧𝐢𝐬

Puncak sebuah bukit di Pulau Moyo, Sumbawa. Gunung Tambora berdiri gagah di kejauhan. Angin sepoi-sepoi membawa aroma laut dan tanah kering. Rocky Gerung, dengan mimik khasnya, duduk santai di atas batu, memandang hamparan laut biru. Di hadapannya, Tim 𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎, dengan pena, buku catatan dan smart phone, siap mencatat dan merekam setiap kata.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Pak Rocky, Provinsi Pulau Sumbawa. Mimpi panjang yang terasa semakin dekat. Bagaimana Anda melihatnya dari sudut pandang filosofis, mempertimbangkan potensi konflik dan kolaborasi dalam proses pemekaran?

𝑅𝑜𝑐𝑘𝑦 𝐺𝑒𝑟𝑢𝑛𝑔: (tersenyum tipis) Pemekaran ibarat pisau bermata dua. Bisa menjadi alat kemajuan, atau justru sumber konflik. Lihatlah Tambora, kekuatan alam yang dahsyat, menciptakan dan menghancurkan. Potensi Sumbawa juga demikian. Kolaborasi dan konflik akan selalu ada. Pertanyaannya: bisakah kita mengelola keduanya secara bijaksana?

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Audiensi dengan Menkumham dianggap positif. Namun, bagaimana peran elite politik dan birokrasi, mengingat potensi penyalahgunaan kekuasaan dan kepentingan?

𝑅𝑜𝑐𝑘𝑦 𝐺𝑒𝑟𝑢𝑛𝑔: Elite politik seringkali terjebak dalam realpolitik, mengutamakan kepentingan sesaat daripada kebaikan jangka panjang. Transparansi dan akuntabilitas jadi kunci. Pemekaran harus berpihak pada rakyat, bukan kepentingan segelintir orang. Ingat, 𝑡ℎ𝑒 𝑒𝑛𝑑𝑠 𝑑𝑜𝑛'𝑡 𝑗𝑢𝑠𝑡𝑖𝑓𝑦 𝑡ℎ𝑒 𝑚𝑒𝑎𝑛𝑠¹.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Polemik lokasi ibu kota (Sumbawa vs Bima) menunjukkan perebutan pengaruh. Dari perspektif teori hegemoni Gramsci, bagaimana Anda melihat dinamika kekuasaan ini?

𝑅𝑜𝑐𝑘𝑦 𝐺𝑒𝑟𝑢𝑛𝑔: Ini perebutan hegemoni lokal. Siapa yang menguasai narasi dan sumber daya, dialah yang dominan. Pertarungan ideologi dan kepentingan terselubung dalam pembangunan. Rakyat harus jeli agar tidak terjebak.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Dengan mengacu pada konsep 𝑐𝑖𝑣𝑖𝑙 𝑠𝑜𝑐𝑖𝑒𝑡𝑦², bagaimana peran masyarakat sipil dalam mengawal proses pemekaran agar tetap demokratis dan berpihak pada kepentingan rakyat?

𝑅𝑜𝑐𝑘𝑦 𝐺𝑒𝑟𝑢𝑛𝑔: Masyarakat madani harus aktif mengawasi. Suara rakyat harus didengar. Transparansi dan akuntabilitas kunci agar pemekaran tidak menjadi alat melanggengkan kekuasaan.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Melihat kompleksitas ini, bagaimana peran media dan ruang publik dalam mendorong partisipasi masyarakat dan mencegah penyebaran informasi menyesatkan?

𝑅𝑜𝑐𝑘𝑦 𝐺𝑒𝑟𝑢𝑛𝑔: Media dan ruang publik adalah public sphere yang vital. Informasi yang benar dan akses informasi menjadi senjata utama rakyat. Literasi media penting untuk mencegah hoaks.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Dari perspektif teori Foucault, bagaimana kekuasaan beroperasi dan diwujudkan dalam proses pemekaran ini, dan bagaimana mekanisme perlawanan dapat dibangun?

𝑅𝑜𝑐𝑘𝑦 𝐺𝑒𝑟𝑢𝑛𝑔: Foucault akan bicara tentang 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑠³. Kekuasaan beroperasi melalui berbagai mekanisme, dari narasi hingga regulasi. Perlawanan dibangun melalui 𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑒𝑟-𝑑𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑟𝑠𝑒⁴, dengan menyuarakan kebenaran dan melawan narasi dominan.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Bagaimana Anda melihat potensi pemekaran ini dalam kerangka pemikiran Hannah Arendt tentang 𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑐 𝑠𝑝𝑎𝑐𝑒⁵ dan 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛⁶?

Rocky Gerung: Arendt akan bicara tentang pentingnya 𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑐 𝑠𝑝𝑎𝑐𝑒 dan 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛. Pemekaran harus menciptakan ruang publik yang demokratis, tempat rakyat dapat berpartisipasi dan bersuara. Prosesnya harus inklusif, menghindari eksklusivitas yang hanya menguntungkan segelintir orang.

𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎: Terakhir, pesan Anda untuk masyarakat Pulau Sumbawa? Harapan Anda terkait potensi positif dan negatif yang mungkin muncul dari pemekaran ini?

𝑅𝑜𝑐𝑘𝑦 𝐺𝑒𝑟𝑢𝑛𝑔: (menatap SilamoBaca tajam) Jangan terlena janji manis. Tetap kritis. Berjuang secara demokratis dan konstitusional. Harapan saya, pemekaran ini menjadi berkah, bukan musibah. Kemajuan merata, bukan hanya bagi segelintir orang.

(Wawancara berakhir dengan Rocky Gerung menatap Gunung Tambora, meninggalkan 𝑆𝑖𝑙𝑎𝑚𝑜𝐵𝑎𝑐𝑎 dengan renungan panjang di tengah keindahan alam Pulau Moyo.) 😊😇
---------------

¹𝑡ℎ𝑒 𝑒𝑛𝑑𝑠 𝑑𝑜𝑛'𝑡 𝑗𝑢𝑠𝑡𝑖𝑓𝑦 𝑡ℎ𝑒 𝑚𝑒𝑎𝑛𝑠 =Tujuan tidak membenarkan cara.

Ungkapan tersebut menekankan bahwa meskipun tujuannya baik, cara yang digunakan untuk mencapainya harus juga etis dan benar. Hasil yang baik tidak membenarkan penggunaan cara yang buruk atau tidak etis.

² 𝑐𝑖𝑣𝑖𝑙 𝑠𝑜𝑐𝑖𝑒𝑡𝑦 = Masyarakat madani.

Istilah ini merujuk pada sektor masyarakat yang independen dari negara dan pasar, meliputi organisasi non-pemerintah, kelompok masyarakat sipil, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang berperan penting dalam pengawasan dan partisipasi publik.

³ 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑠 = Relasi kekuasaan.

Istilah dari teori Michel Foucault yang merujuk pada bagaimana kekuasaan beroperasi bukan hanya secara represif (melalui hukum dan kekerasan), tetapi juga melalui berbagai mekanisme sosial, budaya, dan ideologis yang membentuk cara kita berpikir, bertindak, dan berinteraksi.

⁴ 𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑒𝑟-𝑑𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑟𝑠𝑒 = Diskursus tandingan/lawan.

Dalam teori Foucault, ini merujuk pada upaya untuk menantang dan melawan narasi dominan yang digunakan untuk mempertahankan kekuasaan. Ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti menciptakan narasi alternatif, mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi, dan memobilisasi perlawanan sosial.

⁵ 𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑐 𝑠𝑝𝑎𝑐𝑒 = Ruang publik.

Istilah dari teori Hannah Arendt yang merujuk pada ruang sosial di mana individu dapat bertemu, berinteraksi, dan berpartisipasi dalam kehidupan politik. Ruang publik yang sehat penting untuk demokrasi yang berfungsi.

⁶ 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = Aksi politik.

Istilah dari teori Hannah Arendt yang merujuk pada tindakan individu dalam ruang publik yang bertujuan untuk mempengaruhi kehidupan politik dan masyarakat. Ini meliputi partisipasi dalam berbagai bentuk aktivitas politik, seperti debat, demonstrasi, dan pengambilan keputusan kolektif.

Address

Samawa Tana Bulaeng
Sumbawa

Telephone

+6281213201633

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when SilamoBaca posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to SilamoBaca:

Share

Our Story

Sekilas Tentang "SilamoBaca" SilamoBaca adalah Halaman dan Twitter resmi "Komunitas Ruang Baca SILAMO [Silaturrahim Layanan Aspirasi Masyarakat Otonom]" –sebuah kegiatan pembelajaran para pemerhati dan pengais gejala kesadaran sosial– guna memahami bentangan ruang antara harapan dan kenyataan yang terasa dalam kehidupan keseharian. Dengan mengais kesadaran dan pemahaman dari berbagai pihak, SilamoBaca mencoba mendialogkan –untuk tidak mengatakan mempersoalkan— berbagai dinamika sosial yang laten (tersamar atau tersembunyi) dan fenomenal yang menjadi gunjingan publik, baik di lingkup Lokal Sumbawa, Regional NTB maupun di tataran Nasionlal dan bahkan Internasional. Menyadari segala keterbatasan pemahaman, wawasan dan sumberdaya, SilamoBaca sama sekali tidak mengklaim, mengaku atau menempatkan diri sebagai penentu kebenaran, perumus kebijakan, dan bahkan tidak juga berpretensi sebagai pemecah masalah. Kesimpulan dari semua dialog dan perbincangan, sepenuhnya diserahkan kepada kesadaran dan kearifan masing-masing. Karenanya, SilamoBaca membuka diri dan mengundang semua pihak yang memiliki kesamaan visi untuk ikut berperan serta, mengirimkan naskah sebagai cermin kesadaran dan kearifan penulisnya. Tulisan yang diterbitkan tidak selalu mewakili pikiran dan pemahaman SilamoBaca. Terhadap semua naskah tulisan yang diterima, bisa jadi dilakukan penyuntingan redaksional tanpa mengubah substansi, untuk disajikan dalam langgam “celoteh remeh” atau “cengkerama jelata”, yang memungkinkan masyarakat awam sekalipun mudah menghayatinya. Karana –mengutip seorang penyair— kebanyakan orang adalah orang-orang kebanyakan. Selamat membaca, SilamoBaca! Wassalam.