04/11/2025
Banyak petani muda yang gagal atau enggan bertahan di sektor pertanian karena beberapa alasan utama, yang sering kali berkaitan dengan tantangan struktural dan ekonomi di sektor tersebut:
Pendapatan Tidak Menentu/Rendah: Pertanian sering dianggap kurang menjanjikan secara finansial karena harga hasil panen yang fluktuatif, bergantung pada tengkulak, dan ketidakpastian pendapatan.
Risiko Gagal Panen Tinggi: Usaha tani sangat rentan terhadap faktor eksternal seperti serangan hama, penyakit tanaman, dan bencana alam (banjir, kekeringan, perubahan iklim), yang dapat menyebabkan kerugian besar dan kesulitan untuk balik modal.
Keterbatasan Lahan dan Akses Modal: Petani muda sering kali tidak memiliki warisan lahan yang cukup luas, dan akses terhadap modal atau pinjaman untuk investasi awal (seperti pembelian bibit, pupuk, dan peralatan) sulit didapat.
Kurangnya Akses Infrastruktur dan Pasar: Infrastruktur yang kurang memadai, seperti jalan menuju lahan pertanian yang buruk dan kesulitan dalam mendistribusikan hasil panen, meningkatkan biaya operasional dan menyulitkan akses ke pasar yang lebih luas.
Minimnya Pengetahuan dan Teknologi: Banyak petani muda masih gagap teknologi dan kurang memiliki literasi finansial serta manajemen usaha tani yang optimal, padahal pemanfaatan teknologi sangat penting untuk meningkatkan produktivitas.
Pandangan Negatif Terhadap Profesi Petani: Profesi petani sering kali dipandang rendah atau kurang bergengsi secara sosial dibandingkan pekerjaan di sektor lain, yang membuat generasi muda kurang tertarik untuk terjun ke bidang ini.
Kurangnya Dukungan Kebijakan: Ketiadaan komitmen pemerintah yang kuat dalam pengelolaan lahan dan dukungan komprehensif, seperti pengawasan harga gabah dan distribusi pupuk yang tidak merata, turut memperparah kondisi petani muda.