Social Media Information

Social Media Information Informasi Via Media Sosial

Petualangan Arung Palakka bersama VOC Belanda dalam memerangi wilayah nusantara di masa lalu. Dari Sumatra Barat hingga ...
23/07/2025

Petualangan Arung Palakka bersama VOC Belanda dalam memerangi wilayah nusantara di masa lalu. Dari Sumatra Barat hingga Nusa Tenggara Barat.

12 Agustus 1666
Hari keberangkatan Arung Palakka ke Pariaman di Sumatra barat. Arung Palakka bergabung dengan perwakilan VOC Belanda di Padang Pariaman bernama Jacob Gruys yang dikenal dengan nama Ekspedisi Verspreet.

7 Agustus 1670
Arung Palakka pergi ke Wajo untuk berperang.

19 Desember 1670
Arung Palakka tiba dari Wajoq
dan mengalahkan Tosora Wajo

6 Oktober 1671 :
Arung Palakka turun ke Mandar

15 November 1671
Arung Palakka tiba dari Mandar

14 April 1673
Arung Palakka turun ke Massepe (Sidrap) untuk berperang

8 Juni 1673
Kepala penguasa Massepe dipenggal selanjutnya dibawa ke VOC Belanda

31 Oktober 1673 :
Arung Palakka berlayar untuk memerangi
Mandar

28 Maret 1676
kami ditentang oleh Arung Palakka
setelah perang pertama di Gowa

2 September 1676
Arung Palakka berlayar ke Luwu untuk memerangi Luwu

16 Desember 1676
Arung Palakka tiba dari Luwu

3 Mei 1677
Arung Palakka terluka kena tombak
di pantatnya

16 September 1678
Sultan Muhammad Ali di asingkan ke luari ke Jakarta (Batavia), sebanyak 411 orang pengikutnya dari Makassar bepergian bersamanya

7 Oktober 1678
Arung Palakka berlayar ke ke Jakarta (Batavia) untuk memata-matai dan memantau Sultan Muhammad Ali bersama pengikutnya

12 Maret 1680
Arung Palakka datang dari Keper [Sidoarjo, Jawa timur] dan penaklukannya

9 Januari 1681
Arung Palakka berlayar ke Galinggang [Sawitto]

14 Januari 1681
Galinggang dikalahkan dan dikuasai

17 September 1694
Arung Palakka mengirim Armada untuk membantu VOC Belanda dalam konflik dengan penguasa Kengkelu, Tambora NTB yang berusaha menguasai seluruh p**au Sumbawa dan mendatangkan malapetaka di Bima, Dompu dan Pekat.

Disadur dari postingan Asfar Kaltara pada Grup Sejarah Makassar 2 di






semua orang
Sorotan Berita Viral

DAENG MALLARI, TOKOH PEMERSATU FEDERASI MANDARDaeng Mallari atau digelar Todipesso di Galesong adalah anak dari Todibose...
28/05/2025

DAENG MALLARI, TOKOH PEMERSATU FEDERASI MANDAR

Daeng Mallari atau digelar Todipesso di Galesong adalah anak dari Todiboseang raja ke enam Balanipa, Daeng Mallari menyatukan kembali federasi Mandar diambang perpecahan.

Menyambut kedatangan Sultan Hasanuddin dengan 1000 kapal / Jung dalam rangka diplomasi mempererat silaturahmi kekerabatan dan untuk menghadapi perang besar masa yang datang.

Dimasa pemerintahan Daeng Mallari, Gorontalo dan sekitar wilayah teluk Tomini diserahkan ke Gowa, akibat serangan yang terus menerus oleh kesultanan Ternate bersama VOC, Daeng Mallari berangkat ke Gowa dengan 1000 pas**an untuk bergabung dengan armada laut Gowa menyerang kesultanan Ternate dan kesultanan Buton.

Kekalahan pas**an gabungan armada laut kesultanan Gowa oleh VOC dan kawan-kawan sehingga Daeng Mallari ditangkap dan ditawan dip**au yang dijuluki p**au kuburan Makassar.

Daeng Mallari meloloskan diri dari p**au itu dan menuju ke Galesong, Daeng Mallari dibujuk oleh Arung Palakka untuk memihak VOC, tapi pemimpin federasi Mandar berkeras hati, Daeng Mallari bersama sisa pas**annya bertempur habis-habisan mempertahankan Benteng Galesong yang dikepung oleh pas**an Arung Palakka dan pas**an Kapiten Jonker dari Ambon dan gugur bersama seluruh pas**annya di benteng itu.

Pas**an Mandar lainnya dalam ekspedisi ke dua yang baru tiba dipimpin oleh Mara'dia Pamboang mendapati pemimpinnya tewas di Galesong, mayatnya dip**angkan ke Mandar dan dimakamkan di Buttu.

Pas**an Mandar juga membantu kesultanan Gowa mempertahankan Benteng Somba Opu dari pengepungan armada laut VOC dan aliansinya hingga Sultan Hasanuddin menyerah.

Diposting ulang dari postingan FB Acho Art


12/02/2025
25/10/2024

KORONGTIGI - PACCING

KORONGTIGI (Makassar) - Mapaccing (Bugis) adalah acara/melakukan acara kumpul-kumpul (tudang sipulung/Bugis atau assekre-sekre/Makassar) keluarga atau kerabat dekat calon mempelai pada malam terakhir sebelum melangsungkan akad nikah keesokan harinya, dimana pada acara tersebut ada prosesi mengoleskan daun pacar/lekok korongtigi ketelapak tangan calon pengantin yang dilakukan secara bergantian oleh keluarga yang dimulai dari urutan tertua atau yang dituakan dengan syarat yang bersangkutan sudah menikah sambil mendo'akan si calon pengantin. Dikesempatan ini juga dimanfaatkan oleh keluarga selain untuk bersilaturahmi mempererat kekerabatan juga kadang dijadikan moment oleh keluarga yang mempunyai urusan penting yang tak dapat ditinggalkan untuk minta maaf dan izin tidak menghadiri acara pernikahan. Sedangkan bagi keluarga yang tidak menghadiri acara korongtigi karena sesuatu dan lain hal akan berusaha datang diacara akad nikah atau pesta pernikahan.

Appalilik/ berkeliling (Makassar) adalah membawa kedua mempelalui keliling kampung terutama disekitaran rumah domisili pengantin dengan tujuan untuk memperkenalkan kedua mempelai ke warga sekitar sekaligus juga memperkenalkan mempelai terhadap kondisi sosial disekitar tempat domisilinya sehingga nantinya mereka bisa bersosialisasi dan diterima dengan baik oleh warga.

Silariang/annyala (Makassar) atau kawin lari, yakni dimana bila dua sejoli s**a sama s**a dan ingin melanjutkan kehubungan pernikahan namun tidak disetujui oleh orangtua si wanita karena dianggap tidak pantas misalkan status sosial dan atau status ekonomi keluarga laki-laki lebih rendah dari keluarga wanita, atau pertimbangan lainnya seperti masalah akhlak atau sudah ada pria lain yang dicalonkan oleh orang tua wanita, maka sang lelaki akan membawa kabur si wanita dari rumah orang tuanya dan selanjutnya akan dititip di rumah imam/penghulu di kampung lainnya selama kurun waktu tertentu. Selama masa penitipan ini, pihak imam/penghulu akan berkomunikasi dengan pihak keluarga perempuan untuk mencari solusi terbaik agar kedua sejoli ini bisa dinikahkan, walaupun sangat mustahil diterima oleh pihak keluarga wanita karena dianggap sudah mempermalukan harkat dan martabat keluarga perempuan. Oleh karena itu sang lelaki dicap sebagai Tumasiri' (orang yang mempermalukan) keluarga perempuan. Bila tidak ada titik temu, maka kedua sejoli ini dinikahkan oleh penghulu dan setelah itu kedua pasangan ini akan menjauh sejauh mungkin dari kampung keluarga perempuan (napelaki kalenna) untuk membangun mahligai rumahtangganya. Selama masa membuang diri ini, bilamana salahsatu atau keduanya ditemukan oleh keluarga perempuan maka akan dihukum mati/dibunuh. Itulah mengapa kedua pasangan silariang ini berusaha pindah sejauh mungkin ke tempat yang kecil kemungkinannya bertemu dengan keluarga perempuan.
Selama masa silariang ini, pihak keluarga laki-laki akan berusaha untuk menjalin komunikasi dengan pihak keluarga perempuan melalui mediator agar pihak keluarga berkenan untuk hubungan perkawinan anaknya dan menerima anak dan menantunya kembali ke pangkuan keluarga. Bila diterima maka pihak keluarga laki-laki akan membawa kedua pasangan tersebut ke rumah orang tua wanita melalui prosesi layaknya seperti mengantar calon mempelai laki-laki menuju ke rumah calon mertua yang disebut dengan mabajik atau islah/berdamai. Pasangan silariang ini ada yang cepat diterima bajik-nya ada yang sangat lama, bahkan ada yang tidak diterima sama sekali sampai meninggal.

Kira-kira seperti itulah pengertiannya sependek pengetahuan saya. Mohon dikoreksi bagi yang lebih tahu tentang perihal ini. By Hadi Nai

Disadur dari komen FB Hadi Nai

Catatan dari Negeri Para Pelaut UlungTakunjungak Bangunturuk, Nakuguncirik Gulingku, Kualleanna Tallanga na Toalia [Tida...
12/04/2024

Catatan dari Negeri Para Pelaut Ulung

Takunjungak Bangunturuk, Nakuguncirik Gulingku, Kualleanna Tallanga na Toalia [Tidak begitu saja aku ikut angin buritan, Dan aku putar kemudiku, Lebih baik aku pilih tenggelam dari pada balik haluan].

Lekbak Kusorongna Biseangku, Kucampakna Sombalakku, Tamassaile Punna Teai Labuang [Ketika perahuku kudorong, Ketika layarku kupasang, Aku takkan menggulungnya kalau bukan labuhan].

Demikian Falsafah Hidup Orang Makassar. Dari falsafah ini sudah dapat dilihat betapa kehidupan orang-orang Makassar begitu dekat bahkan sangat dekat dengan yang namanya laut. Maka tak heran jika orang-orang Makassar dikenal sebagai pelaut-pelaut ulung.

Sebelum kedatangan orang Eropa, orang Makassar sudah dikenal sebagai pelaut ulung. Banyak bukti yang menunjukkan kepiawaian orang Makassar menguasai laut dengan layar. Diantaranya adalah keterangan dari Tome Pires yang juga dianggap sebagai sumber Barat tertulis yang paling tua yang bisa ditemukan. Pires mengemukakan: "Orang-orang Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, negeri Siam dan juga semua tempat yang terdapat antara Pahang dan Siam".

Oleh Pelras, gelombang tinggi dan laut yang sangat luas bukanlah hambatan bagi mereka. Keberanian, kekasaran dan kematianlah yang akan mereka pilih jika mereka di perhadapkan pada pilihan yang rumit. Apalagi kalau itu menyangkut dengan harga diri dan kepercayaan yang di anutnya.

Disamping itu Kerajaan Makassar [Gowa-Tallo] juga dikenal sebagai kerajaan yang pernah mempunyai kekuatan armada laut yang besar dan disegani.

Oleh Antonio de Paiva seorang pelaut portugis mencatat pertemuannya dengan Baginda Sultan Malikkussaid (Raja Gowa ke 15) yang dikawal tidak kurang dari 1182 [seribu seratus delapan puluh dua] kapal perang Kerajaan Gowa-Tallo yang menyertai Baginda Sultan Malikussaid saat melakukan pelayaran ke daerah Maje'ne.

Selain itu dalam Lontara Bilang Gowa, tercatat pada 30 April 1655, Sultan Hasanuddin berkayuh ke Mandar terus ke Kaili dikawal 183 perahu. Perjalanan Sultan Hasanuddin ke Maros, 29 Desember 1659 dikawal 239 perahu. Ketika ke Sawitto 8 Nopember 1661 dikawal 185 perahu. Sebanyak 450 perahu digunakan mengangkut sekitar 15.000 lasykar Kerajaan Gowa ke Pulau Buton pada bulan Oktober 1666.

Kebesaran armada laut Kerajaan Gowa dahulu didukung oleh armada perahu yang besar dan tangguh. Selain jenis perahu Phinisi yang dikenal sekarang ini, Kerajaan Gowa pernah memiliki ribuan perahu jenis "Galle" yang mempunyai desain cantik menawan yang dikagumi pelaut-pelaut Eropa, seperti I Galle I Nyannyik Sangguk yang pernah ditumpangi oleh Baginda Sultan Muhammad Said [Sultan Malikussaid] dalam pelayarannya ke Walinrang dan negeri Bolong di Tanah Toraja.

Perahu Galle Kerajaan Gowa dahulu, konstruksinya bertingkat dengan panjang mencapai 40 meter dan lebar 6 meter. Tiang layar besar dilengkapi pendayung 200 hingga 400 orang. Setiap perahu Galle diberi nama tersendiri. Seperti I Galle Dondona Ralle Cappaga panjang 25 depa [kurang lebih 35 m], I Galle I Nyannyik Sangguk dan I Galle Mangking Naiya, panjang 15 depa [kurang lebih 27 m], I Galle kalabiu, I Galle Galelangan, I Galle Barang Mamase, I Galle Siga, dan I Galle Uwanngang dengan panjang masing-masing 13 depa atau sekitar 23 meter.

Disamping itu terdapat p**a jenis-jenis perahu yang dibuat untuk kepentingan tertentu, seperti jenis perahu Binta untuk penyergapan, perahu Palari sebagai alat pengontrol wilayah kekuasaan di perairan dan pesisir pantai, perahu Padewakang untuk kepentingan dagang, perahu Banawa untuk mengangkut binatang ternak, perahu Palimbang khusus angkutan penumpang antarp**au, perahu Pajala bagi nelayan penangkap ikan, perahu Birowang dan perahu Bilolang untuk mengangkut penumpang jarak dekat.

Dengan itu, maka tak heran jika wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa pada pertengahan abad XVII dapat meliputi sebagian besar kep**auan Nusantara bagian timur, seluruh Sulawesi, Sangir - Talaud - Pegu - Mindanao di bagian utara, Sula - Dobo - Buru - Kep**auan Aru [Maluku] di sebelah timur, Marege [Australia Utara] - Timor - Sumba - Flores - Sumbawa - Lombok [Nusa Tenggara] di sebelah selatan, dan Kutai dan Berau [Kalimantan Timur] di sebelah Barat.

Selain sebagai armada perang, juga digunakan untuk menjalin hubungan persahabatan dan perdagangan dengan kerajaan lain di Nusantara, juga dengan kerajaan-kerajaan di Semenanjung Malaka, dan Gujarat di India.

Dengan bermunculnya kapal-kapal bangsa Eropa di perairan Nusantara dalam permulaan abad XVII, terutama di bagian timur Indonesia, yang secara langsung berlayar ke tempat penghasil rempah-rempah, maka mau tak mau akan terjadi persaingan diantara mereka, tak terkecuali dengan orang-orang Makassar [Kerajaan Gowa-Tallo].

Oleh Kompeni Belanda orang-orang Makassar merupakan saingan yang berat baginya. Terlebih sesudah orang-orang Belanda selesai mengadakan perhitungan dengan orang-orang Spanyol, Portugis, dan Inggris di Maluku, ternyata pelabuhan Makassar selalu terbuka bagi bangsa-bangsa ini untuk datang berdagang dan membeli rempah-rempah lebih murah di Makassar daripada di daerah Maluku sendiri.

Dalam tahun 1607 setibanya Cornelis Matelief di Ambon, Dia mengirim utusan ke Makassar untuk menyampaikan surat kepada Raja Gowa supaya jangan mengirim beras ke Malaka dan membuka pelabuhannya untuk kapal-kapal Belanda. Permintaan itu tiada di pedulikan Gowa. Dengan sendirinya merenggangkan hubungan baik diantara keduanya, terutama seketika Belanda telah mulai berhasil memperoleh monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Pedagang-pedagang Eropa lainnya dengan sendirinya memindahkan pusat kegiatannya ke Makassar. Disamping untuk menjual barang dagangan yang dibawanya, juga yang terpenting ialah untuk membeli barang-barang dagangan yang diperlukan, terutama rempah-rempah, kayu cendana dan kayu sapan.

Dengan sendirinya sikap menjauhi dari pihak Kompeni Belanda [VOC] mulai nampak. Dalam tahun 1615 Jan Pieterszoon Coen sebagai Direktur Jenderal atas perdagangan Kompeni di Indonesia mempertimbangkan penghapusan kantor di Makassar, yang berarti putusnya hubungan baik diantara keduanya. Tetapi sebelum hal ini merupakan suatu ketetapan, wakil dagang Belanda di Makassar Abraham Sterck atas kuasanya telah meninggalkan kantornya dan memindahkan seluruh inventarisnya ke kapal "Engkhuysen" yang sedang berlabuh dan berniat berangkat pamit. Akan tetapi masih terdapat piutangnya sama Raja. Oleh sebab itu atas anjurannya, maka kapitan kapal mengundang sejumlah pembesar-pembesar Makassar untuk datang melihat-lihat kapalnya. Setelah pembesar-pembesar itu berada di atas kapal, maka di suruh serangnya untuk melucuti seluruh senjata-senjatanya karena hendak dijadikan sebagai sandra [gijselaar].

Perkelahian pun terjadi di kapal itu pada tanggal 25 April 1615, menyebabkan kedua belah pihak menderita kerugian. Pembesar-pembesar Makassar yang datang itu kebanyakan tewas, terkecuali dua orang, yakni Ince Husain [Syahbandar] dan KaraEngta ri Kotengang [salah seorang keluarga raja] terutama dan dibawa ke Banten. Dengan sendirinya ketegangan-ketegangan pun mulailah terjadi, tetapi belumlah secara besar-besaran.

Sultan Alauddin sangat gusar sekali, tetapi masih dapat menahan diri menunggu sampai kedua pembesar itu dikembalikan dengan selamat oleh Belanda. Beberapa buah kapal Belanda yang masih singgah di Makassar masih diterimanya dengan baik. Tetapi setelah kedua pembesar itu tiba di Makassar dalam tahun 1616, barulah Raja melampiaskan pembalasan dendamnya.

Pada akhir tahun 1616 sebuah kapal Belanda yang bernama "De Eendragt" yang setelah meninggalkan tanah airnya terdampar di pantai barat Australia dan membikin peta sebagian daerah itu. Dari Australia kapal itu tiba di laut Jawa melalui selat Bali dan tanpa mengetahui kejadian itu di Makassar dan penutupan kantor dagangnya, telah berlabuh di pelabuhan Makassar dan telah turun ke daratan. Kapal serta muatan dan anak buahnya itu pun menjadi mangsa orang Makassar. Dan mulai pada waktu itulah terjadi perang antara Kompeni dengan Makassar yang berlangsung bertahun-tahun lamanya. Berpuncak pada kejatuhan Makassar pada tahun 1667 yang ditandai dengan diadakannya Perjanjian Bungaya.

Namun walaupun demikian, orang-orang Makassar yang tidak menerima Perjanjian Bungaya dan merasa tidak senang dengan kehadiran Belanda tetap menjadi ancaman bagi Belanda [VOC] baik didarat maupun di lautan. Beberapa tokoh sentral Gowa yang menolak menyerah salah satunya adalah Karaeng Galesong hijrah ke Tanah Jawa. Bersama armada lautnya yang perkasa, mereka memerangi setiap kapal Belanda yang mereka temui. Oleh karena itu, Belanda yang saat itu dibawah pimpinan Spellman menjulukinya dengan "Si-Bajak-Laut". Mereka menjadi Bajak Laut bagi Belanda [VOC] beserta koloni-koloninya yang merupakan musuh-musuh mereka, sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap ketidakadilan. Mereka berjuang untuk kemerdekaan dan kesejahteraan mereka.**

Dari Berbagai Sumber
Disadur kembali dari Fanpage Sejarah Suku Makassar

Address

BTN Minasa Indah Blok D
Sungguminasa
94349

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Social Media Information posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Social Media Information:

Share