21/08/2025
Saya s**a tulisan ini, dan saya share di sini semoga memberkati setiap orang yang membacanya. Amin 🙏
=====================
☕ Seruput Kopi Cantik ☕
🌞 Yenny Indra 🌞
*Apa yang Tetap Bernilai Saat Semua Sorotan Padam?*
*Denzel Washington* pernah berkata,
*“Man gives the award. God gives the reward. On my last day, Oscars won’t do me any good.”*
*"Manusia memberikan penghargaan. Tuhan memberikan hadiahnya. Pada hari terakhirku, Oscar tidak akan membantuku.”*
Kalimat inif sederhana tapi menghantam tepat di hati. Di tengah dunia yang terobsesi pada pengakuan, gelar, likes, views, dan popularitas, kita sering lupa: *hidup bukan soal tampil gemilang di panggung, tetapi tentang dampak yang kita tinggalkan setelah lampu sorot padam.*
Ada begitu banyak orang yang mati-matian *membuktikan diri, mengejar validasi,* bekerja sampai lupa hidup, hanya demi disebut sukses.
Padahal, seringkali yang terlihat hebat di luar, belum tentu damai di dalam. Kita bisa punya rumah besar tapi hati kosong. Bisa punya nama terkenal tapi relasi hancur. Bisa disanjung di media sosial, tapi kesepian saat pulang ke rumah.
Denzel menegaskan, manusia hanya bisa memberi award, penghargaan dari luar.
*Tapi reward sejati—upah yang bermakna, yang abadi—datangnya dari Tuhan. Karena Dia melihat hati. Bukan sekadar hasil, tapi motivasi dan kesetiaan dalam proses.*
Saya jadi teringat, pernah suatu kali saya merasa gagal. Usaha sudah maksimal, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Rasanya ingin menyerah. Tapi dalam keheningan doa, saya merasakan Tuhan berkata, *“Aku tidak melihat keberhasilan seperti manusia melihat. Aku melihat kesetiaanmu - konsistenmu dalam mengerjakan karunia yang Aku titipkan padamu.”*
Gubraaaaakkk.....
Itulah yang membangkitkan kembali semangat saya. *Dunia bisa mengabaikan kita. Tapi Tuhan tidak.* Dan itu cukup.
*Kita tidak dipanggil untuk menjadi viral, kita dipanggil untuk setia.* Tidak semua orang akan mengerti jalan kita, tapi Tuhan tahu. Bahkan secangkir air yang diberikan dengan tulus tidak akan sia-sia di hadapan-Nya.
Hidup yang benar bukan tentang *impressing others - memukau orang lain, tetapi tentang *pleasing God - menyukakan hati Tuhan*.
*Hidup dengan integritas, kasih, dan tujuan.* Menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Menjadi teladan bagi anak-anak. Menolong saat bisa. Menguatkan saat diminta. Mengampuni saat disakiti.
*Itu tidak akan masuk headline berita. Tapi tercatat di surga.*
Dan *saat hari terakhir tiba, seperti kata Denzel, Oscars tidak ada gunanya.* Yang kita bawa bukan CV, sertifikat, atau medali. *Tapi hati yang penuh kasih, jiwa yang pernah terluka tapi memilih mengasihi, dan jejak kebaikan yang menempel di hidup orang lain.*
*Hidup orang lain yang menjadi lebih baik karena mengenal kita itulah persembahan yang bisa kita bawa kepada-Nya.*
Dari situlah kita bisa berkata, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik. Aku telah mencapai garis akhir. Dan aku tetap setia.”
*Itulah reward yang sejati.*
Maka hari ini, kita punya *pilihan: mengejar pengakuan dari dunia yang berubah-ubah, atau hidup untuk menyenangkan Tuhan yang tidak pernah berubah.*
Kerjakan bagian kita. Bukan untuk dipuji, tapi karena itu benar. Bukan supaya terlihat baik, tapi karena kita sudah menerima kasih yang besar. Kita hidup bukan untuk membuktikan apa-apa—kita hidup untuk membagikan apa yang sudah kita terima dari-Nya.
*"Try not to become a man of success. Rather become a man of value.” – Albert Einstein.*
*"Cobalah untuk tidak menjadi orang yang sukses, tetapi jadilah pribadi yang bernilai" – Albert Einstein.*
*☕☕YennyIndra☕☕*