
09/10/2025
Bayang-Bayang Glamour di Balik Jubah
Hari Kathina sudah dekat.
Spanduk mulai naik. Sound system dites. Artis dicetak di poster.
Dan umat? Datang ramai-ramai. Ada yang untuk dana. Ada juga… demi selfie.
Di panggung utama, panitia menata meja donatur. “VIP”, “Gold”, “Platinum”.
Nominal? Minimal lima juta. Kalau mau spot duduk nyaman, bisa dinego.
Tapi… tunggu dulu, ini sebenarnya ritual spiritual atau festival sponsorship?
⸻
🎯 Kathina itu apa sih?
Aslinya sederhana.
Dulu, tiga puluh bhikkhu kehujanan saat mau ketemu Sang Buddha.
Karena hujan deras, mereka berhenti. Bertapa tiga bulan.
Setelah musim hujan, mereka lanjut jalan. Ketemu Buddha.
Jubah mereka? Robek-robek.
Buddha berkata: umat boleh kasih kain. Biar dijahit jadi jubah.
Lalu umat mempersembahkan kain. Para bhikkhu menjahit bareng.
Satu hari, satu jubah. Untuk bhikkhu yang paling membutuhkan.
Tanpa artis. Tanpa panggung. Tanpa plakat.
⸻
💸 Tapi sekarang?
Ada “pohon harapan” yang digantung uang.
Ada jubah tenunan semalam yang ditempeli lembaran seratus ribuan.
Ada panggung. Ada MC. Ada lighting. Ada bazar.
Ada juga… konser dengan tarif ratusan juta.
Alasannya: “Kalau gak ada hiburan, umat gak datang.”
Logis? Mungkin.
Tapi pelan-pelan, esensi melepaskan keakuan malah tertutup lampu sorot.
⸻
🧨 Jadi ini salah siapa?
Bukan salah panitia. Mereka kerja keras.
Bukan juga salah donatur. Mereka niat baik.
Yang perlu disorot adalah: motivasi & edukasi.
Masyarakat mulai melihat Kathina sebagai ajang prestise.
Bukan latihan dana, tapi pamer gengsi.
Ada rasa malu kalau sumbangan kecil.
Ada “kehormatan” kalau sumbangan besar.
Padahal Buddha tidak pernah bikin “kategori Donatur Emas”.
Beliau hanya menilai: niat dan kebijaksanaan.
⸻
📿 Bhikkhu Ashin Kheminda pernah bilang:
“Kalau Vinaya dilanggar demi materi, ritual jadi wadah keserakahan.”
“Kalau memberi untuk pujian, jubah yang diserahkan hanyalah bungkus.”
Pernyataan yang keras. Tapi jujur. Dan perlu disimak.
⸻
🌱 Lalu apa yang bisa kita lakukan?
✅ Edukasi lagi makna Kathina.
✅ Jangan glamor-glamoran kalau gak perlu.
✅ Transparansi dana.
✅ Dan yang terpenting: renungkan lagi niat kita memberi.
Karena di balik jubah,
seharusnya ada latihan untuk melepaskan keakuan.
⸻
🧘♂️ Kesimpulan:
Kathina bukan soal besar kecilnya donasi.
Bukan soal artis siapa yang manggung.
Tapi soal sejauh mana batin kita rela berbagi.
Mau kasih jubah sederhana? Silakan.
Mau kasih dengan nama besar? Gak masalah.
Asal tahu: yang dilihat bukan nominal — tapi hati.
⸻
🙏 Mari kita rayakan Kathina dengan makna, bukan hanya gema.
Karena sejatinya, jubah itu bukan sekadar kain.
Tapi simbol kesederhanaan, kebersamaan, dan kebajikan.
selengkapnya:
https://yba.or.id/kathina-lebih-dari-jubah-investigasi-tradisi-yang-dilupakan/