Catatan Planologi

Catatan Planologi “Your success in engineering depends on your factual knowledge, skills, attitude, and capacity for continuing self-improvement.” - Edward V. Krick

BOIKOT atau PECATMembatasi pertanyaan yang boleh diajukan wartawan adalah sangat keliru. Tak bersedia menanggapi, berupa...
28/09/2025

BOIKOT atau PECAT

Membatasi pertanyaan yang boleh diajukan wartawan adalah sangat keliru.

Tak bersedia menanggapi, berupaya menghindar, atau sekedar menunda jawaban — justru hal yang dibenarkan. Pastilah tersedia segudang alasan untuk memakluminya. Tak satu ketentuan p**a yang mengharuskan Presiden menjawab pertanyaan wartawan, bukan?

Dari cuplikan yang beredar, Prabowo sebetulnya menyadari hal tersebut. Selain menyatakan tetap mengikuti perkembangan yang terjadi, dia juga menjelaskan alasan normatif mengapa MBG diselenggarakan. Lalu mengungkap rencananya memanggil penanggung jawab kegiatan untuk dipelajari secara seksama.

Alangkah naif, sembrono, dan pongahnya seorang Presiden yang memerintahkan pencabutan kartu pers wartawan. Hanya gara-gara menanyakan hal yang tak mau dijawabnya. Andai benar demikian, rekan sejawat wartawan CNN Indonesia yang kartu persnya dicabut kemarin, boleh dan patut belaka menggalang solidaritas. Memboikot segala bentuk peliputan kegiatan Presiden. Termasuk seluruh pembantunya. Hal itu tak dilarang. Juga tak melanggar hukum. Karena sejatinya pers tak bekerja menggunakan uang Negara.

Sebaliknya, jika kelancungan itu hanya ulah pembantunya, Presiden patut dan semestinya memecat yang bersangkutan. Segera sebelum hal tersebut menggelinding liar.

Jilal Mardhani, 29 September 2025

Naufal Takdir Al Bari“Oh atlet kita banyak yang lumayan, lho. Contohnya Naufal. Dia sempat ikut Olimpiade lalu walau gug...
28/09/2025

Naufal Takdir Al Bari

“Oh atlet kita banyak yang lumayan, lho. Contohnya Naufal. Dia sempat ikut Olimpiade lalu walau gugur di babak awal”, tukas Linda di ujung telepon.

Saya kemudian berjanji kepada Linda untuk menyempatkan hadir menyaksikan kejuaraan yang diselenggarakan di Indonesia Sport Arena bulan depan.

***

Sejujurnya saya berbahagia mendengar perkembangan tersebut. Saya teringat pertemuan dengan 37 anak muda pada acara TSLB VIII yang diselenggarakan Institut Harkat Negeri di Makassar akhir pekan lalu. Dalam salah satu kesempatan menanggapi pertanyaan antusias mereka, saya ‘menggugat’ issue penyediaan lapangan kerja yang selalu jadi momok setiap pemerintahan. Kita harus mulai berpikir bagaimana agar Negara mempertanggung jawabkan kewajiban konstitusi. Sehingga setiap anak bangsa dapat mengaktualisasikan bakat dan minat mereka. Meninggalkan pendekatan sejenis link and match yang selama ini jadi landasan strategi pengembangan pendidikan. Dengan argumen penyediaan tenaga terampil yang sesuai kebutuhan industri.

Kita tahu, pada akhirnya supply yang dihasilkan tak mampu berkejaran dengan pasar tenaga kerja yang berevolusi cepat. Padahal, sebagian yang menekuninya, bukan dilandasi minat dan bakat. Tapi lebih dikarenakan keinginan menyelaraskan (compliance) kemampuan dengan (harapan) pasar tenaga kerja yang tersedia.

***

Pagi ini, perhatian pertama saya tertuju pada berita yang diletakkan pada bagian tengah bawah harian Kompas. Saya membacanya dan terkesiap. Naufal yang disebut Linda ternyata mengalami kecelakaan hampir 2 minggu lalu. Bertepatan dengan saat saya membicarakannya dengan Linda di siang hari Kamis lalu, nyawanya ternyata tak tertolong.

Innaa lillahi wa innaa ilaihi rojiuun.

Jilal Mardhani, 28 September 2025

Mencintai Indonesia Apa AdanyaInilah energi terbarukan yang turut menerangi masa depan Indonesia.  Institut Harkat Neger...
25/09/2025

Mencintai Indonesia Apa Adanya

Inilah energi terbarukan yang turut menerangi masa depan Indonesia. Institut Harkat Negeri menyelenggarakan TSLB VIII di Makassar mulai akhir pekan lalu (19-21 September 2025).

Nyalakan terus semangatnya ya.

PESAN UNTUK PURBAYAAnda ditunjuk jadi Menteri Keuangan. Kementerian yang sudah ‘dibentuk’ dan ‘berbentuk’ sebagaimana ya...
09/09/2025

PESAN UNTUK PURBAYA

Anda ditunjuk jadi Menteri Keuangan. Kementerian yang sudah ‘dibentuk’ dan ‘berbentuk’ sebagaimana yang ‘diangankan’ Sri Mulyani.

Dia orang pintar yang diakui koleganya di dalam maupun luar negeri. Punya visi juga misi. Terlepas soal salah-benar maupun baik-buruk yang tentu saja boleh diperdebatkan secara teknokratik dan akademis.

Vibes kementerian yang Anda masuki sekarang udah ‘Sri Mulyani banget’. Kalau diumpamakan sebagai mesin, masing-masing komponennya telah bekerja teratur, proporsional, dan nyaman. Ibaratnya, dengan mata tertutup, dia bisa menemukan laci di mana kaos kaki olahraganya disimpan. Walau pun karena kesibukan, kesempatannya berolahraga sudah amat terbatas.

Adab dan budaya pergaulan mereka di sana pun sudah berlangsung asyik. Melalui lirikan kecil saja, saling memaklumi sangat mungkin mudah terjadi.

Baiknya Anda menjaga sikap dan ucapan. Kementerian keuangan itu ibarat jantung pemain tenis yang sedang berada di set terakhir, game kelima. Tie break p**a. Sementara segenap penonton di tribune berharap cemas. Baik pendukungmu maupun yang berharap kau kalah.

Bukan ragamu yang masuk ke lapangan untuk menggantikan jantung petenis yang telah bersimpuh peluh itu. Tapi hanya jiwa Andalah yang diperkenankan merasukinya. Karena hal itu tak kasat mata wasit yang mengawasi pertandingan.

Jadi tak perlu mengungkap yang tak perlu. Apalagi mengumbar kemampuan seolah lebih baik dari Sri Mulyani. Untuk permainan sama dengan yang dia lakoni sebelumnya.

Alih-alih menambah simpati penonton yang terlanjur cemas. Gara-gara petenis pujaannya terlihat begitu letih dan kewalahan di tengah lapangan. Anda malah sesumbar mengungkap keistimewaan yang sebetulnya cukup disimpan dalam hati.

Harapan penonton mungkin membuncah. Jika Anda mampu mengubah permainan tenis yang diragukan telah berada di penghujung waktu menuju kekalahan. Menjadi pertandingan PADEL.

Jilal Mardhani, 9 September 2025

INILAH PANDANGAN SAYA Nadiem terlahir beberapa langkah di depan umumnya Indonesia, dalam hal pendayagunaan teknologi. Di...
07/09/2025

INILAH PANDANGAN SAYA

Nadiem terlahir beberapa langkah di depan umumnya Indonesia, dalam hal pendayagunaan teknologi. Dia terbiasa melihat celah yang tidak terperhatikan yang lain. Untuk kepentingan dan manfaat yang jauh lebih besar, luas, juga strategis.

Masyarakat umumnya melihat sepotong. Seperti gojek yang tak terbantahkan memang fenomenal.

Dalam hal pilihan chromebook, tak banyak sebetulnya yang paham visi dan perspektif dia. Apalagi jika sekedar pengguna teknologi apa adanya yang tak paham kelebihan dan kekurangan pilihannya.

Mengapa menggunakan iphone bukan samsung yang berbasis android saja, saya ragu dipahami dengan baik oleh penggunanya. Mungkin lebih dikarenakan gengsi, kocek, dan hal-hal tak relevan lain yang melenceng dari “maksud dan tujuan” utama memiliki telpon genggam.

Dalam konteks kebijakan chrome book yang dilakukannya dan dipermasalahkan sekarang, saya melihat, aparat penegak hukum dan berbagai media yang memberitakan tak sungguh-sungguh paham tentang apa yang mereka bicarakan. Umumnya pakai pendekatan ‘gatuk-gatuk’ yang terjerat pada prasangka di benak masing-masing.

Saya sangat prihatin terhadap apa yang sedang menimpa Nadiem Makarim hari ini. Dia sangat mungkin menjadi korban ‘kedunguan sok tahu’ mereka yang kebetulan digugu atau dipuja masyarakat. Termasuk yang dipertontonkan Rheinald Kasali itu. Sama sekali tak menunjukkan keterpelajaran yang disematkan pada dirinya.

Saya tidak atau belum tentu menyetujui kebijakan dan konsep pendidikan yang digagas Nadiem lainnya. Ada sejumlah hal yang memang perlu diperdebatkan. Tapi tidak dalam hal kebijakan chrome book. Saya amat sangat memaklumi dan paham jika hal itu adalah yang terbaik. Untuk konteks waktu dan situasi yang dihadapi saat itu.

Jilal Mardhani, 7 Sept 2025

SUDAH MENGGELINDINGPercayalah. Ini persoalan sangat serius sekaligus pelik. Karena yang berseberangan adalah masyarakat ...
01/09/2025

SUDAH MENGGELINDING

Percayalah.

Ini persoalan sangat serius sekaligus pelik. Karena yang berseberangan adalah masyarakat luas di seantero republik ini, dengan penguasa. Mulai tingkat pusat hingga daerah.

Pengelolaan negara yang keliru dan mentang-mentang telah memojokkan kehidupan damai meski bersahaja. Meski dengan segala kesederhanaan yang selama ini dinikmati. Masih ada sesuatu yang diperoleh untuk dicukupkan atas kebutuhan yang ala kadarnya.

Tapi dunia berkembang. Kesederhanaan itu bergeser. Beradaptasi dengan modernisasi yang ditawarkan. Mengubah kearifan selama ini yang berdamai dengan semesta.

Nun jauh di kaki gunung sana, tabung gas melon telah menjadi kebutuhan pokok. Meski disubsidi, mereka tetap membutuhkan biaya untuk membayarnya. Tak lagi gratis. Sebagaimana ranting dan kayu yang dikumpulkan di pinggir hutan dulu.

Begitulah.

Jilal Mardhani, 2 September 2025

Dalam unjuk rasa tersebut, mahasiswa menyampaikan sembilan tuntutan yang berisi pernyataan sikap atas permasalahan di dalam negeri.

08/08/2025
PANDIR ITU TAK ADA GUNANYASEJARAH telah mencatat, meski kau tak mau menuliskannya. SEJARAH p**a yang kelak bersaksi,tent...
04/08/2025

PANDIR ITU TAK ADA GUNANYA

SEJARAH telah mencatat,
meski kau tak mau menuliskannya.

SEJARAH p**a yang kelak bersaksi,
tentang hal-hal mempermalukan,
yang tak mampu kau bantah lagi.

Maka BERDAMAILAH dengannya,
ketika dia sedang mencatat.

Jilal Mardhani, 4 Agustus 2025

Baginda Cortez, Saya, dan 80 Tahun ProklamasiHari ini waktu rutinnya untuk ketemu dokter. Beratnya naik 400 gram. Padaha...
03/08/2025

Baginda Cortez, Saya, dan 80 Tahun Proklamasi

Hari ini waktu rutinnya untuk ketemu dokter. Beratnya naik 400 gram. Padahal sebelumnya udah turun 1 kg. Tapi ngga apa-apa kok. Masih punya toleransi setengah kilo.

Oce — panggilan Baginda Cortez — ngga pakai BPJS kok.

Kami ngga bangga menjadi Indonesia. Walau sangat mencintai tanah air tempat lahir dan hidup selama ini.

Kami justru sedih. Kadang — bahkan sering — malu.

Karena pemerintahan kami tak diurus oleh yang becus. Melainkan oleh mereka yang tak pernah sungkan tapi tetap berani berkoar tentang hal-hal yang jauh — bahkan tidak — selaras dengan kenyataan.

Kami bertekad menghabiskan sisa waktu berkelana untuk memberontak pada segala bentuk tirani, kesewenang-wenangan, ketidakbecusan, dan keangkuhan kekuasaan yang kami amanahkan. Dengan cara menyadarkan, mengajarkan, membangkitkan kemarahan, hingga menularkan semangat pemberontakan yang sama dengan kami.

Sebagai pembayar pajak dan pemilik sah republik ini.

80 tahun adalah waktu yang lebih dari cukup untuk disia-siakan. Tak boleh ditambah lagi. Walau hanya sehari.

Jilal Mardhani, 3 Agustus 2025

Address

Tangerang

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Catatan Planologi posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Catatan Planologi:

Share