09/05/2024
Kekayaan harta itu bukan kemuliaan, juga bukan kehinaan (alias netral). Karena banyak orang kaya yg cara mendapatkan nya gak semuanya dengan cara yg baik. Mafia, bos judi, penipu, scammer, koruptor, dan penjahat keuangan lainnya juga banyak yg kaya2. Termasuk juga penipu dengan wajah pengusaha. Tetapi membenci kekayaan, harta, uang, dan orang-orang kaya juga bukan jalan hidup yg bagus. Karena kekayaan itu kekuatan, kekuatan itu netral dari moral, ibarat senjata atau pisau, tergantung tujuan penggunaannya. Yg bilang: "Ngapain sibuk ngurusin dunia/uang, uang itu gk dibawa mati" Faktanya semakin dia miskin, semakin intens dia mikirin uang (alih2 gk mikirin dunia malah sebaliknya). Apalagi kalau banyak hutang, pasti lah makin intens mikirin dunia.
Sementara orang yang udah bebas secara keuangan (tanpa harus kerja dan sibuk mikirin perut), apabila dia punya worldview (Pandangan dunia) yang bagus dia bisa benar-benar bebas dari mikirin dunia dan uang. Selanjutnya dia bisa fokus mikirin hal2 mulia: membantu orang, merubah sistem, menghukum penindas, dan menciptakan banyak kebaikan lainnya. Itu yang gak bisa dilakuin oleh orang-orang lemah dan miskin "FAKTA." Kalo dibuat pilihan, lebih baik orang kaya yang baik atau orang miskin yang baik? Ya jelas orang kaya yg baik. Orang kaya yang baik dan cerdas atau orang miskin yang baik dan cerdas? Ya jelas jawabannya mending orang kaya yang baik dan cerdas.
Dalam hukum realitas (Secara filosofis), yang ada lebih sempurna dari ketiadaan. Ada nya kebaikan lebih sempurna dari ketiadaan kebaikan. Pertanyaan: di dunia ini banyak orang-orang jahat, ada penyakit, bencana alam, berarti adanya kejahatan dan semua keburukan itu kesempurnaan? Karena kan indikator kesempurnaan adalah ada. Nah justru sebetulnya keburukan dan kejahatan itu secara ontologis (istilah filsafat) adalah ketiadaan kebaikan. Ibarat gelap, dia tidak ada. Faktanya adalah Tidak adanya cahaya. Bukan adanya gelap.