
30/12/2024
"Wa, kata Alma, istrimu sekarang makin aktif ikut komunitas-komunitas ya?" tanya Toni kepada rekan kerjanya, Dewa.
"Iya, Bro. Katanya bosen di rumah. Tak apalah selama yang dia ikuti nggak aneh-aneh," jawab Dewa.
"Otomatis pergaulan dia semakin luas, kamu nggak takut?"
"Takut gimana maksudmu?"
"Kalau dia ketemu cowok yang lebih baik dari kamu, auto selingkuh lah!"
Dewa menatap tajam pada Toni, tak lama terdengar tawanya yang menggelegar.
"Nggak mungkin, Bro. Kamu tahu sekarang dia gimana? Kemana-mana gendong anak, sekarang badannya kurus banget, pakai baju dan jilbab yang jadul, ngga make up sama sekali, kalau pergi ke luar nggak ada jaim-jaimnya lagi, kentut sana sini. Alah pokoknya nggak menarik lagi di mata lelaki. Pasti nggak ada yang mau diajak selingkuh sama dia," ucap Dewa dengan enteng.
"Padahal dulu di kampus, dia banyak yang s**a lho, jangan gampangin gitu, Bro!"
"Itu dulu, Bro. Dulu emang dia itu primadona tapi sekarang 180 derajat berubah! Aku juga heran tu anak kenapa cuek banget semenjak punya anak. Sementara aku diemin dulu lah soalnya Akbar masih butuh ASI. Kalau aku protes terus, takutnya dia mogok ngasih ASI. Ahh jangan sampai, susu formula sekarang kan mahal-mahal bisa tambah pusing aku," kata Dewa sambil mengacak rambutnya.
"Sudah nggak cinta lagi sama istrimu, Bro?
"Cinta sih cinta tapi kalau tiap hari lihat wajahnya yang kusem mulu ya gimana ya, Ton."
"Padahal kayanya dia dulu cantiknya alami lho, Wa!"
"Iya sih, dulu juga dia ngga pakai skincare kaya cewek-cewek jaman sekarang tetep cantik. Aku juga bingung kenapa semakin kesini dia kok berubah," ucap Dewa
"Pokoknya aku sebagai sahabatmu sudah mengingatkan. Kalau ada laki-laki lain yang jatuh cinta dan mau rebut istrimu baru tahu rasa, Bro!"
"Santai aja, Bro! Lelaki jaman sekarang nggak mungkin jatuh cinta sama model Arumi yang sekarang," ucap Dewa tertawa kecil.
Toni menatap temannya itu sambil menggelengkan kepala.
***
"Yang, apa aku sebaiknya beli satu set bedak dan cream wajah, ya?" Tanya Arumi sambil melihat suaminya yang sedang makan.
"Kenapa tiba-tiba kepikiran hal itu?" Tanya Dewa.
"Jadi kemarin itu aku dikasih lipstik sama Alma, katanya biar ada warnanya dikit mukaku soalnya kan ketemu banyak orang di komunitas kuliner lokal," tutur Arumi.
Dewa menelan ludah dengan berat, "Apa hubungannya ketemu banyak orang sama lipstik, temenmu itu kadang2 aneh, Yang!"
"Entahlah, Alma tu punya satu kotak isinya cream pagi, siang, malam, ada beberapa barang lain yang katanya perangkat wajib buat dia makeup. Dia nunjukkin itu semua ke aku dan bilang kalau aku harusnya punya juga."
Keringat Dewa mulai mengucur, sesekali ia mengelap dahinya.
"Sayang, kok tiba-tiba keringetan gitu? Di luar kan gerimis, anginnya lagi dingin begini lho..."
Dewa mengecap, "Mie goreng kamu ini pedes banget, Yang! Makanya aku keringetan."
Arumi mengerutkan dahinya, "Sayang, itu cabenya cuma 1, tumben banget kepedesan."
"Gini ya, Yang. Aku jelasin ke kamu. Kamu ngga butuh apa yang dibilang Alma. Kamu itu cantik, cantikmu itu natural dan alami tanpa semua itu," Ucap Dewa dengan tatapan penuh keyakinan.
Arumi tersenyum sambil tersipu malu, "Emang sih...."
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Biar aku yang buka, Yang!" Ucap Arumi sambil beranjak.
Arumi membuka pintu dan ternyata yang datang adalah teman sekampus mereka sekaligus teman kerja suaminya saat ini.
"Oh, Mas Toni, masuk, Mas," ajak Arumi mempersilahkan Toni duduk di ruang tamu.
Toni melangkah masuk rumah kemudian duduk di sofa.
"Aku sengaja mampir ke sini, barangkali kalian mau berangkat bareng. Tapi kamu kok belum bersiap-siap?"
"Emang ada acara apa ya ?"
"Malam ini kan ada Family Gathering di perusahaan, kalau nggak datang nanti kena denda lho," ucap Toni.
Arumi mematung sesaat.
Tiba-tiba Dewa datang membaurkan diri.
"Mas kok ngga ngomong kalau ada pertemuan keluarga di perusahaan?" tanya Arumi.
"E...e... Aku pikir aku sendiri saja yang datang sebagai formalitas biar ngga kena denda. Kasihan kamu kecapean nanti, seharian kamu beres-beres rumah kan?lagian Akbar sekarang lagi tidur," kata Dewa.
"Aku ngga capek, Yang. Akbar bisa tidur sambil aku gendong, kamu tenang aja. Aku siap-siap sebentar ya," kata Arumi langsung masuk ke kamar.
Dewa menatap Toni.
"Maaf, Bro. Aku pikir kita bisa berangkat sama-sama. Aku nggak tahu kalau kamu belum ngomong ke istrimu," tutur Toni.
"Santai aja, Bro," kata Dewa.
Mereka bertiga berangkat menaiki mobil Toni. Sesampainya di gedung perusahaan, Arumi terpana dengan semakin megahnya gedung tempat suaminya bekerja.
"Terakhir aku ke sini saat mengantar berkasmu yang ketinggalan, gedungnya belum sebesar ini. Berarti perusahaan ini semakin sukses ya, Yang. Alhamdulillah..." ucap Arumi.
"Iya, Alhamdulillah," jawab Dewa.
Arumi melihat orang-orang dengan keluarga mereka berjalan memasuki lobby.
Arumi menatap bangga pada wajah suaminya, lalu arah matanya berganti memandangi bayi 10 bulan yang sedang terlelap dalam dekapannya. Ia tersenyum kecil karena merasa menjadi wanita paling bahagia memiliki keluarga kecil yang sempurna. Ia pun menggenggam tangan suaminya.
Mendapat perlakuan seperti itu Dewa sedikit kaget. Dengan halus, dia melepas tangan Arumi.
"Kaya pengantin baru aja," ucap Dewa.
Arumi meruncingkan bibirnya karena kesal.
"Kamu tunggu di sini ya sambil cicipi kue-kue itu kayanya enak semua," ucap Dewa sambil menunjuk meja tempat berbagai jenis kue berukuran kecil.
"Sayang mau kemana?" tanya Arumi.
"Aku sama Toni kan harus cari Bos dulu biar dia tahu kehadiran kami, soalnya Bos kami masih muda, gampang meledak-ledak emosinya. Jadi kami setor muka dulu biar ngga kena masalah nanti."
Arumi manggut-manggut .
"Kamu baik-baik di sini ya, jaga Akbar dengan benar. Nanti aku ke sini lagi," Ucap Dewa lalu meninggalkan istrinya di pojok sisi gedung acara.
Dewa dan Toni masuk lebih dalam ke gedung acara.
"Ngebiarin istri sendiri ntar diambil orang lho!"
"Aduh itu lagi yang kamu bahas, Ton! Kamu lihat penampilan dia, pakai baju kaya emak2 jadul gitu, jangankan ngerebut, yang ngelirik juga ngga ada, Ton. Apalagi kalau dia sudah lihat makanan yang macem-macem, noraknya langsung keluar, semua dibabat habis. Biar aja lah dia di situ biar ngga malu-maluin aku," ujar Dewa.
Toni hanya mendesah sambil mengikuti Dewa. Mereka asyik berbicang-bicang dengan teman-teman kerja mereka. Sesekali Toni mencuri pandang ke Arumi di kejauhan yang tengah sibuk memilih-milih kue. Ada rasa iba di hatinya saat melihat sosok wanita tangguh yang dulu pernah dikaguminya.
Di sisi lain, Arumi sedang mencicipi satu persatu kue yang berjejer rapi di atas meja. Sebagai pecinta kuliner, ia sangat menikmati makanan-makanan yang disajikan.
"Apa seenak itu kuenya?" Tanya seseorang tiba-tiba pada Arumi.
Arumi menoleh, ternyata ada seorang laki-laki tak dikenal yang sedaritadi mengamatinya.
Lanjut?
Siapa ya pria misterius yang mendatangi Arumi??
Masih ingin tahu kelanjutannya? Yuk baca full cerita ini di aplikasi KBM App dengan judul cerita ISTRIKU TIDAK MENARIK LAGI (nama penulis : farihahulin). Atau langsung klik tautan di bawah :
https://read.kbm.id/book/detail/7c58aaa5-f8c5-137a-a4c5-da068a3882b1?af=69c319a9-96c2-39fd-f2a2-de5013fcc48b