26/06/2025
Soleh Eko Wibowo, seorang siswa yang menduduki kelas 12 pada jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran, memilih profesi sebagai pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup serta membiayai pendidikannya. Setiap kali bel sekolah berbunyi menandakan waktu p**ang, Soleh tidak langsung mengarah ke rumah. Sebagai gantinya, ia menuju ke area belakang sekolah untuk mengumpulkan barang-barang bekas seperti botol plastik dan gelas minuman ringan yang masih memiliki nilai jual.
Dengan penuh kesabaran dan tekun, Soleh memilah satu per satu sampah yang ditemukan, berharap menemukan barang yang dapat dijual. Setelah terkumpul satu kantong besar penuh, ia kemudian mengeluarkan sepeda putih miliknya—hadiah dari salah satu gurunya—untuk memulai perjalanan panjang sekitar 15 kilometer menuju rumah. Di sepanjang perjalanan, Soleh sering kali berhenti sejenak untuk memungut gelas plastik yang dilihatnya di pinggir jalan, lalu dengan rapi memasukkannya ke dalam wadah yang ia bawa.
Ia mengungkapkan tanpa rasa malu, “Barang-barang bekas ini akan saya kumpulkan di rumah. Bila jumlahnya sudah banyak, akan dijual. Hasilnya bisa mendapatkan sekitar Rp15.000 hingga Rp25.000, kadang lebih, kadang kurang,” tutur Soleh dengan semangat. Tidak hanya ketika hari sekolah berlangsung, Soleh juga memanfaatkan waktu liburnya dengan memulung. Meski hasil dari usaha tersebut tidaklah sebesar yang diharapkan, bagi Soleh penghasilan ini cukup untuk membantu biaya jajan dan kebutuhan sekolahnya.
Ketekunan dan semangat Soleh menjadi bukti nyata bahwa kondisi ekonomi yang terbatas bukanlah alasan untuk berhenti berusaha menuju masa depan yang lebih baik bagi diri dan keluarganya.