Fenni Amelia

Fenni Amelia Semua berita terbaru ada disini

Gaswaaatt, gimana ini. Jadi bingung harus gimana 😭***“Dek, kenapa Raina gak mirip Mas, ya?”Pria berusia 35 tahun itu men...
29/07/2025

Gaswaaatt, gimana ini. Jadi bingung harus gimana 😭

***

“Dek, kenapa Raina gak mirip Mas, ya?”

Pria berusia 35 tahun itu menggendong bayi perem-puan cantik yang baru saja datang ke dunia ini sebulan yang lalu. Genta namanya, seorang suami yang bertanggung jawab dan sangat mencintai istrinya.

“Tapi kan mirip Adek, Mas,” balas Hanum, Istrinya.

“Iya, cantik. Mirip sekali dengan ibunya.”

Wanita itu hanya tersenyum, kemudian me-nyantap makanan yang sudah sang suami siapkan. Semenjak mengetahui Hanum hamil, Genta memang sangat me-manjakannya. Ia memegang semua pekerjaan rumah, tidak peduli dengan lelahnya setelah mencari nafkah. Ia tidak ingin sampai Hanum stres atau kesusahan sedikit pun, bahkan tidak jarang, ia ber-gadang dan langsung berangkat kerja di pagi harinya.

Bayi perempuan cantik itu sangat dinanti oleh Hanum dan Genta, penantian panjang mereka hampir sepuluh tahun. Entah sudah berapa banyak doa terpanjat dan sama sekali tidak lelah, entah berapa banyak uang yang dikeluarkan, tidak mereka pedulikan. Keinginan hanya satu, memiliki momongan.
Tapi, selama penantian ini tidak ada rintangan berarti di antara keduanya. Genta dan Hanum nyaris tidak pernah bertengkar dan saling menguatkan. Hanum memang lebih pendiam, tutur katanya sangat halus, tidak pernah berbicara lebih tinggi dari suaminya. Genta sangat mencintainya.

“Mas besok harus pergi ke Solo selama dua hari, nanti suruh Anisa nemenin, ya. Mas khawatir kalau kamu cuma berdua saja di rumah.”

“Iya, Mas. Nanti Hanum telepon dia.”
Genta kembali menimang-nimang sang anak sampai bayi kecil itu terlelap. Merasa lelah, ia duduk di sebuah kursi rotan, seraya memejamkan mata dan ikut terlelap dengan Rania di pangkuannya. Rania adalah nama yang sudah Genta persiapkan sejak dulu bila memiliki anak perempuan.

Hanum meletakkan piring di meja, makanan baru setengah disantap. Ia pun mendekati suaminya dan meng-ambil dengan pelan Raina yang ada di gendongan. Genta mengerjap dan sedikit terkejut.

“Maaf, Mas. Hanum mengganggu ya. Mau ngambil Raina dan membaringkannya di kasur.”

“Gak apa-apa, Dek.”

Genta ikut beranjak, kemudian pindah ke ranjang dan berbaring di samping sang anak, hanya dalam hitungan detik ia kembali terlelap. Wajah lelah itu tidak dapat disembunyi-kan, meski sedikit pun ia tidak pernah mengeluh.
Hanum mendekat, membelai lembut wajah suaminya kemudian mengecup pelan. Baginya, Genta adalah pasangan hidup yang bisa melengkapi sebagian besar hidupnya.
Hanya sebentar terlelap, Raina terbangun dan merengek. Hanum mengambilnya ke pangkuan dan me-nyusukannya hingga Rania kembali tenang.

***

Sore ini awan hitam menggelayut di langit kota Jakarta. Sementara Genta sudah siap dengan kopernya untuk bertugas di luar kota yang juga tempat kelahirannya. Di Solo, ia tak hanya bekerja, tapi menyempatkan waktu untuk menjenguk sang ibu dan mertuanya.

“Nis, selama Mas gak ada, tidur di sini ya. Temani Mbakmu.”

“Iya, Mas.”

Anisa adalah adik Hanum, mereka hanya berdua dan selama ini saling mengeratkan tangan dalam kondisi apa pun. Di usianya yang ke-20 tahun, Anisa belum ada rencana untuk menikah. Terlebih lagi, beberapa bulan lalu pertunangannya putus karena sang calon tergoda oleh wanita lain. Kisah kasih Anisa ternoda dan tidak bisa lagi dipertahankan.
“Hati-hati di rumah ya, Sayang,” ucap Genta mengecup kening istrinya, tidak lupa ia pun mencium putri kesayangan-nya.

“Mas, juga hati-hati ya. Kabarin kalau udah sampai.”

“Iya, Sayang.”

Genta berlalu ketika mobil jemputan datang. Hanum dan Anisa masuk ke dalam rumah, sementara Rania masih terlelap dalam pangkuan sang ibu.

“Mbak kapan tobat sih?” ucap Anisa seraya mendarat-kan diri di sofa.

“Maksudmu apa sih, Dek?”

“Mbak kurang apa Mas Genta itu, dia sayang ke Mba segitunya.”

Hanum bergeming. Tidak ada satu patah kata pun terucap. Sementara Anisa mengeluarkan amplop cokelat dari tasnya.
“Nih, titipan uang dari Gani. Inget Mbak, ini yang terakhir. Aku tidak mau lagi ikut campur urusan kalian, stop pakai namaku.”

“Tapi Dek ... cuma kamu yang bisa bantu Mbak sekarang.”

“Mbak gila ya, nyeret adeknya sendiri ke neraka. Please, akhiri hubungan kalian! Adekmu ini sayang, Mbak. Gak mau Mbak kenapa-napa.”

“Dek, Mbak gak mau tua sendirian. Adek tahu sendiri kan, hidup kita itu sudah cukup menyedihkan dan kesepian. Sedangkan, Mas Genta bermasalah menurut vonis dokter, Mbak tak kunjung punya anak. Mbak gak bisa kaya gini, Dek.”

“Mbak kok gak mikir ya, bila anak itu sepenuhnya hak Allah. Siapa yang bisa menjamin Mbak akan tua sendirian?”
Hanum kembali diam. Permasalahan ini sudah sering dibahas setiap kali pertemuan terjadi.

“Sekarang akhiri hubungan Mbak sama si Gani itu. Tiga tahun loh Mbak pengkhianatan kalian di atas Mas Genta. Apa Mbak gak kasihan?”

“Mbak juga gak tega, Dek. Tapi sekarang susah mbak lepas sama Gani, sudah ada anak di antara kami.”

Anisa menggeleng pelan, tidak tahu lagi harus berkata apa lagi. Berbicara sampai muntah pun rasanya tidak ada guna.

“Kalau gitu lepaskan Mas Genta, jangan biarkan dia ada di lingkaran setan yang Mbak ciptakan.”

Hanum menggeleng pelan. “Tidak bisa, Mbak men-cintainya, tidak ada pria sebaik dia mau mencari ke ujung dunia mana pun.”

“Ya Allah, Mbak ... kok kamu ini ngeyel. Astaghfirullah.”

Tangisan Raina mengakhiri percakapan ini, Hanum buru-buru pergi ke kamar dan memberikannya susu. Sementara Anisa hanya menghela napas panjang, tidak tahu lagi harus seperti apa. Ia sangat menyayangi kakak perem-puan satu-satunya itu, tapi juga tak tega pada kakak iparnya. Bagaimanapun Genta berperan dalam hidupnya, ia me-nyekolahkan dan menganggapnya sebagai adik sendiri.
Di kamar, Raina tampak lahap menyusu pada sang ibu. Ponsel pun berdering tanda sebuah pesan masuk.

Uang sudah diterima? Buat beli kebutuhan Raina ya. Kamu jaga kesehatan, jangan kecapean -Gani

Hanum menghela napas panjang, drama kehidupan apa yang sedang ia lewati saat ini. Ia abai tentang dosa, nuraninya nyaris tertutup demi keinginan duniawi. Hubung-an dengan Gani masih saja intens dan sulit sekali lepas, sementara Gani sendiri adalah sahabat Genta sejak lima belas tahun yang lalu.

Bersambung....

***

Baca selengkapnya di KBM App

Judul : Bukan Benih Yang Kau Tanam

Penulis Mega Dewi

🥰🥰

Pantesan miskin. Soalnya selalu dapat bisikan
29/07/2025

Pantesan miskin. Soalnya selalu dapat bisikan

29/07/2025
Angel wis angel
27/07/2025

Angel wis angel

Realistis aja yakan
27/07/2025

Realistis aja yakan

Pilih yang mana
15/07/2025

Pilih yang mana

Inget yaa
13/07/2025

Inget yaa

Address

Jatinegara
Tegal
52473

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Fenni Amelia posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share