Mba regina

Mba regina Selalu ada alasan untuk bermain di LUCK365

Pagi Gue Dulu Kacau Banget... Sekarang? Hidup Gue Jauh Lebih Tertata!Gue, Luck35, nyobain rutinitas pagi ala miliarder. ...
16/04/2025

Pagi Gue Dulu Kacau Banget... Sekarang? Hidup Gue Jauh Lebih Tertata!

Gue, Luck35, nyobain rutinitas pagi ala miliarder. Dari yang dulunya bangun siang, ngopi sambil ngantuk, dan kerja asal-asalan... sekarang jadi lebih terarah, tenang, dan produktif banget!

Semuanya gue tulis lengkap di artikel ini
https://vlatitude.com/luck35-mencoba-rutinitas-pagi-miliarder/

Ngga cuma cerita perjalanan pribadi, gue juga bagi tips, tabel rutinitas, kutipan inspiratif, sampai cara bikin versi rutinitas pagimu sendiri!

Kalau lo masih s**a ngerasa pagi itu ribet, coba baca ini dulu. Siapa tahu lo ketemu titik balik kayak gue bareng komunitas luck365.

Temukan bagaimana Luck35 mengubah hidupnya lewat rutinitas pagi ala miliarder. bersama komunitas luck365. Yuk, simak transformasinya!

Saat Keponakanku Datang, Aku Belum Siap💋 ☕🍻🏧Malam ini ga*rahku memanas, kulihat suamiku sedang sibuk menulis diruang ker...
17/09/2024

Saat Keponakanku Datang, Aku Belum Siap
💋 ☕🍻🏧
Malam ini ga*rahku memanas, kulihat suamiku sedang sibuk menulis diruang kerjanya, kuhampiri dia dengan memakai pakaian dan wewangian yang mer*ngs*ng. Suamiku hanya tersenyum saja, kudekati dan kuelus tubuhnya dari belakang dia tidak menampakkan imbangan ga*rahku.
Aku jadi uring-uringan setelah mendengar permohonannya untuk tidak mengganggunya beberapa saat, ga*rahku padam dan aku kecewa. Kuhidupkan televisi dan tak berapa lama suamiku menjemput untuk mengajakku tidur tapi sayang aku telah kecewa. Kulayani suamiku asal-asalan saja dan terus tidur.
Jika pagi tiba aku manusia super sibuk menyiapkan segala keperluan anak dan suami, tetapi begitu suami dan anakku berangkat rumahku menjadi sunyi. Biasanya untuk menghilangkan kejenuhan aku melakukan kegiatan membersihkan rumah dan membuka site internet mencari teman ngobrol dan sesekali membuka site dew*sa.
Suasana pagi ini berbeda jauh, musim liburan sekolah anak-anakku berlibur di rumah neneknya praktis tinggal aku sendiri. Saat kubuka salah satu site p*rno nampak adegan yang cukup membuat kepalaku pusing apalagi tadi malam aku kecewa terhadap suamiku.
Aku keruang televisi setelah mematikan komputer dan menghidupkan film p*rno VCD yang kupinjam tanpa sepengetahuan suamiku, hal ini sering kulakukan untuk menghilangkan kejenuhan. Saat kulihat p*nis besar masuk dalam mulut mungil cewek bule n*fsuku melambung, tanpa terasa tanganku memijit mem*kku yang basah dan berair,
Tiba-tiba aku merasakan ada orang yang mengintipku, saat kutoleh kebelakang jantungku berdebar keras, cepat-cepat kurapikan baju, cepat-cepat kuraih remote televisi dan kumatikan, aku berdiri sambil marah – marah karena malu ,..
” He dik Rio, kenapa masuk rumah tidak mengetuk dulu,..” bentakku
” E,.. maaf tante aku mau menyerahkan undangan karang taruna dan tadi kulihat pintu depan rumah tante tidak tertutup dan kudengar seperti suara orang bertengkar makanya aku masuk perlahan-lahan dan kiranya,..
” Rio tidak meneruskan perkataannya, dia tertunduk dan menyodorkan undangan yang dimaksud.
Aku berfikir keras bagaimana nantinya aku akan jadi bahan omongan dikalangan anak muda jika Rio bercerita pada temannya.
” Eh dik Rio jangan cerita apa-apa yan sama temennya tentang tante saat ini”
Rio hanya tersenyum penuh arti aku semakin bingung, kupegang tangan Rio dia terkejut, kulemparkan senyumku penuh arti dan Rio tanggap. Direngkuhnya tubuhku dan berbisik,.
” Kenapa tante harus melakukan sendiri, padahal aku sudah dari tadi melihat semuanya,.”
Tanyanya penuh n*fsu dan aku akan diam seterusnya.
” Kenapa kamu juga hanya diam saja Rio,? Kalau sudah tahu dari tadi,?” Balasku dan diluar dugaan rio menggendongku menuju sofa dipojok ruang. Saat aku terlentang rio dengan cekatan mer*ba bib*rku dengan bib*rnya.
Tangannya berusaha menggapai pay*daraku yang sudah mengeras. Aku tak bisa bernafas menerima perlakuan rio yang ganas membuatku merinding seluruh tubuh ini.
” Aku akan melakukan seperti yang sudah tante lihat ditelevisi” katanya,
Aku tidak mendengar lagi kelanjutan omongannya karena aku saat ini sudah tidak memakai baju dan merasakan bagaimana lidah rio menjelajah mem*kku. Gelinya seakan-akan sudah diubun-ubun. Kujepit kepala rio diantara dua p*haku untuk menahan geli yang luar biasa.
Tangannya kurasakan berjalan senti demi senti menelusuri tubuhku. Aku jagi semakin g*la merasakan ulah rio yang demikian.
” Riiiiiiooooooo,.. ahhhhhhhhh ” aku mengerang panjang,..
” Apa tante,” jawabnya perlahan dan melanjutkan lagi kegiatannya, kurasakan klent*tku dig*git kecil-kecil sehingga aka menjerit keenakan. Kutarik rambut rio untuk menjauh dari mem*kku tapi semakin kutarik, kepala rio semakin kuat terbenam dan kurasakan mem*kku penuh dengan l*dah rio sampai kedalam.
Sambil mengh*sap dan menj*lati mem*kku rio membuka sendiri baju dan celananya. Aku penasaran dan geli, kini aku duduk dan rio kusuruh berdiri, dengan perlahan dan mengelus seluruh tubuhnya rio mulai kuperlakukan maksimal. Mula-mula kulihat rio tersenyum dan mendesak, tetapi saat tanganku mer*ba luar ** nya rio mulai memejamkan mata dan,..
Aaaaaahhhhhhhhh zzzzzzzzzz kudengar suaranya yang aneh saat kutarik keras ** nya dan kulihat batang p*nisnya sudah berdiri tegak manantang. Kuperkirakan ukurannya normal saja 13 CM kaku dan hitam legam, kupegang ujungnya sudah mengeluarkan cairan bening.
Kugosok maju mundur p*nis rio semakin hitam mengkilat, Rio sudah tak tahan dimajukan pant*tnya agar p*nisnya mengarah pada mulutku, tapi kuhindari dan membuat rio semakin bingung. Dipegangnya kepalaku dan b*tang p*nisnya diarahkan sejajar dengan mulutku.
Aku tetap menutup rapat mulutku, sehingga p*nis rio hanya menempel pada luar mulutku saja. Rio memaksakan diri dan akhirnya sambil kupegang b*tang p*nis rio dan kubuka mulutku, perlahan p*nis hitam masuk memenuhi mulutku yang mungil.
Rio menjerit dan mendengus hebat, kulihat rio mulai gemeteran karena posisinya dia berdiri dan aku semakin asik mengh*sap p*nis hitam itu. Kuj*lat seluruh permukaannya serta telurnya kumasukkan dalam mulutku berganti-ganti. Rio memegang kepalaku dan menuntun maju mundur sementara susu dan mem*kku dibiarkan menganggur.
Tangan kananku memegang p*nis dan kini tangan kiriku memegang mem*kku sendiri karena kedua tangan rio sibuk memegang kepala dan menyibakkan rambutku yang awut-awutan. Kurasakan mem*kku kembali basah sementara mulutku sudah puluhan kali maju mundur merasakan p*nis rio,.
Akhirnya rio menarik mundur p*nisnya menjauh dari mulutku, didorongnya tubuhku hingga aku terlentang lagi dan kaki kananku diangkat ditaruh pada pundaknya sedangkan kaki kiriku dibiarkan menggelantung. Rio tersenyum melihat mem*kku terbelah lebar dan dengan tidak sabar rio menggiring kepala p*nisnya menuju lubang mem*kku.
Kurasakan betapa penuhnya mulut mem*kku menerima p*nis dengan perlakuan seperti itu. Setelah seluruh b*tang p*nis mengisi mem*kku rio perlahan=lahan memaju mundurkan p*nisnya meng*c*k mem*kku yang semakin basah. Melihat sus*ku bergoyang-goyang tangan rio menggapai dan mem*ras perlahan.
Ujung sus*ku dipelintir perlahan dan kurasakan geli yang luar biasa. Rio terus bergoyang dan tanpa sadar aku semakin mengimbangi permainannya. Kugoyangkan pinggulku berputar sementara kakiku menjadi sasaran mulut rio. Mulutku terengah engah melihat kelakuan rio yang semakin lama semakin cepat.
Keringatku mulai muncul demikian juga rio. Sus*ku semakin keras dir*mas sementara kaki kiriku tetap bergelantungan. Badanku mulai menegang dan aku menjadi kaku sejenak saat kurasakan kenikmatan yang tiada tara,
” Rio aku sudah nggak tahan,. ” Ahhhhhhhhhhhhh aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh enggggghhhhhhhhhhhh, tapi rio tak perduli terus digosokkan p*nisnya maju mundur pada mem*kku,..
” sebentar Tante aku masih belum” jawabnya sambil pant*tnya tetap begoyang menuruti irama p*nisnya.
Tak seberapa setelah aku mengalami kenikmatan yang tiada tara, Rio berguman keras
” Aaaaahhhhhhh aku mau kelar tante,,” suaranya parau sambil pant*tnya terus digerakkan.
Mendengar perkataan itu aku menjadi bega*rah dan, kurasakan ada semprotan hangat didinding mem*kku aku menjadi semakin nyaman saranya. Kutahan pant*tku dan kuraih pant*t rio untuk p*nisnya tetap menempel pada mem*kku. Rio berteriak hebat demikian p**a aku.
Setelah itu kukeluarkan p*nis rio dan kulihat masih ada sisa-sisa ketegangan disana, dengan sigap mulutku bekerja membersihkan p*nis rio yang masih basah. Kuh*sap kuat-kuat p*nisnya dan kurasakan sisa-sisa sp*rma masih keluar dari lubang p*nisnya,?. Asin gurih,?..Rio kegelian, tapi tak kuhiraukan mulutku tetap mengelomoh b*tang p*nis yang mulai lembek. Akhirnya setelah bersih kukeluarkan p*nis dari mulutku dan kulihat p*nisnya sudah lemas dan tergeletak menggelantung.

💋 Pertemuan Rahasia Aku dan Sepupu Sahabatku di Kamar Kos--Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak d...
05/09/2024

💋 Pertemuan Rahasia Aku dan Sepupu Sahabatku di Kamar Kos
--
Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu mengerikan.

Setelah memarkir mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan kemudian langsung menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu kamar. Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari suara yang sudah sangat aku kenal.

“Ko, loe baru p**ang yah?” gelegar suara Voni memaksa mataku untuk menatap asal suara itu.
“iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?” jawabku sewot sambil mengucek mataku.
“Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung” jawabnya sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.

Kuperhatikan cewek yang disebut Voni sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum aku menyodorkan tangan kananku kearahnya “Hai, namaku Riko” “Lydia” jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku. Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kira-kira 165 cm,

Walaupun dengan perawakan sedikit montok namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut. “Riko ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu” celetuk Voni kepada Lydia. “Oh..” “Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag..” kata Voni sambil berjalan keluar dari kamarku.

Aku menanggapi perkataan Voni barusan dengan kembali tersenyum ke Lydia. “Cantik juga sepupu Voni ini” pikirku dalam hati.
“Lydia ke Jakarta buat liburan yah?” tanyaku kepadanya.
“Iya, soalnya bosen di Bandung melulu” jawabnya.

“Loh, memangnya kamu nggak kuliah?”
“Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah.”
“Rencananya berapa lama di Jakarta?”

“Yah.. sekitar 2 minggu deh”
“Riko aku ke kamar Voni dulu yah, mau mandi juga ”
“Oke deh” Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung Lydia yang berjalan pelan ke arah kamar Voni.

Kutatap BH hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu. Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap.

“Ko, bangun dong” Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Voni yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku.
“Ada apa sih?” tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan.

“Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!”
Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak. “Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?”
“Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren”

“Aduh Voni.. kan bisa besok..”
“Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi”
Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Voni.

“Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!”
Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku. “Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga” gerutuku dalam hati.

“Tok.. Tok.. Tok..” bunyi pintu kamarku diketok dari luar. “Masuk!” teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara. Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku akhirnya menoleh juga.

Kaget juga waktu kudapati ternyata yang masuk adalah Lydia.
“Eh maaf, tutupnya terlalu keras” sambil tersenyum malu dia membuka percakapan.
“Loh, kok belum tidur?” dengan heran aku memandangnya lagi.

“Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur”
“Voni mana?” tanyaku lagi.
“Dari tadi udah tidur kok” “Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?”

“Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih”
“Emang ngetikin apaan sih?” sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.
Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di samping dadanya.

Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model tanpa lengan. Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku dapat melihat p**a sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna krem muda.

“Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?”
“Bukan parfum, lotion gue kali”
“Lotion apaan, bikin terangsang nih” candaku.

“Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?” tanyanya sambil tersenyum kecil.
“Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya”
“Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong” Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu.

“Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih..” pikirku dalam hati. “Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?” tanyaku iseng.
“Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?”
“Gue cium loe ntar” kataku memberanikan diri.

Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku.
“Beneran berani cium gue?” tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil.

“Wah kesempatan nih” pikirku lagi. Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya. Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya “Bener nih nggak marah kalo gue cium?” Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.

Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya. Lydia memejamkan matanya ketika menerima ciumanku. Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu.

Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku. Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Lydia ke ranjang. Dengan mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku.

Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan segera saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya. Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku temukan.

Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku. Kuremas pelan dua susunya yang besar namun sayang tidak begitu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek. Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan lidahku.

Setiap aku jilati puting mungil tersebut, Lydia mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja. Entah bagaimana kabar pen*sku yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya.

Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.

Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku.
“Jangan Riko!”
“Kenapa?”
“Jangan terlalu jauh..”
“Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih..”
“Pokoknya nggak boleh” setengah berteriak Lydia bangkit dan duduk di ranjang.

Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya di hadapanku.
“Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?” tanyaku sambil menunjuk ke arah pen*sku yang membusung menonjol dari balik celana pendekku.

Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lydia meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian. Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran. Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam pen*sku dan dengan pelan mengocok pen*sku naik turun dengan irama yang teratur.

Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang pen*sku tetapi semakin lama semakin cepat. Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya,

Walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok pen*sku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.

“Lyd.. mau keluar nih..” lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini.
“Bentar, tahan dulu Ko..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya.
“Loh kok dilepas?” tanyaku kaget.

Tanpa menjawab pertanyaanku, Lydia mendekatkan dadanya ke arah pen*sku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit pen*sku dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari pen*sku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan napas.

Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok pen*sku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya. Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi.

“Enak nggak Ko?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.
“Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang..” Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus. Sesekali memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut.

“Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya. Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan. “Lyd.. aku keluar..” Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera menyembur keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya.

Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar. Aku memandang nanar ke Lydia yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya “Kamu seneng nggak” Aku mengangguk sambil membalas senyumannya.

“Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Voni” katanya memperingatkanku sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah kemana.
“Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue” Lydia kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu.

“Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo” ujarnya sebelum membuka pintu.
“Thanks yah Lyd.. besok kesini lagi yah” balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Lydia.

Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini. Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari lubang surga Lydia, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku dulu.

Di Balik Senyumnya: Pertemuan Pertama dengan Janda Anak Satu 💋Perkenalakan Namaku Rahmat, usiaku saat ini 24 tahun, stat...
05/09/2024

Di Balik Senyumnya: Pertemuan Pertama dengan Janda Anak Satu 💋

Perkenalakan Namaku Rahmat, usiaku saat ini 24 tahun, status ku Saat ini adalah sebagai Mahasiswa. Kalau menurut teman-temanku, aku ini termasuk orang yang ulet dan Mandiri, selain kuliah aku juga bekerja. Disini aku akan menceritakan kisah mes*m-ku dengan seorang janda muda dan h*t sekali.

Awal mula cerita s*ks ini bermula pada saat aku jalan-jalan dengan teman-temanku. Ketika itu aku dan teman-temanku berjalan-jalan di tempat para berkumpulnya kalangan anak muda. Pada saat itu ketika sedang melintas di jalan Tebet aku melihat ada seorang cewek, lalu tanpa berfikir panjang aku menghentikan mobilku, lalu aku-pun menghampirinya dan akhirnya kami-pun berkenalan.

Setelah berkenalan, aku-pun tahu nama cewek tersebut adalah Denisa. Kamipun kemudian mengobrol, setelah beberapa saat kami mengobrol, akupun akhirnya tahu bahwa dia ternyata masih berumur 20 tahun. Gambaran tentang gadis itu seperti ini, tinggi badan sekitar 168 cm, berat bdan 65 kg dan ukuran **-nya jika aku perkirakan sekitar 34B.

Setelah kami selesai mengobrol, akhirnya aku menawarkan untuk mengantar p**ang Denisa, dan dia-pun setuju. Dalam perjalanan p**ang kami berbicara tentang hobi, makanan kes**aan, dan lain-lain. Setelah setengah jam perjalanan akhirnya kami-pun sampai dirumah Denisa.

Sebelum aku berpamitan p**ang aku meminta nomer telefon Denisa, dengan alasan aku ingin komunikasi agar pertemanan kami berlanjut. Singkat cerita pada esok harinya kira-kira pada pukul 09.00 pagi, Denisa menghubungi aku by Phone,
“ Pagi Rahmat, ayo bangun jangan tidur terus ? ” ucap salam Denisa padaku,

“ Iya pagi juga, Maaf… ini siapa yah ? ”, tanyaku penasaran.
“ Ihh.. masa kamu lupa sih sama aku, Aku Denisa yang semalam kenalan sama kamu… ” ucapnya mengingatkanku,
“ Oh… Denisa, iya, iya aku ingat, ngomong-ngomong kamu lagi diimana Nih ” tanyaku,

“ Aku lagi di Roxy Nih, hari ini kamu ada acara nggak Mat ? ” ucapnya,
“ Emmmm… aku nggak ada acara deh kayaknya, eMang kenapa Niss ? ”, jawab-ku.
“ Aku mau ngerepotin kamu, boleh nggak Mat ? ” ucapnya.

“ EMang mau ngrepotin apa sih Nis, to the point aja deh ”, jawabku.
“ Kamu mau nggak jemput aku ? ”, ucapnya.
“ EMang kamu diimana, biar aku jemput ? ” tanyaku.

“ Aku lagi di Roxy Nih, jemput yah, jam 10.00 kamu sampai sini ya !!! ”, ucapnya.
“ Oke deh Niss, wait me !!! ”, ucapku.

Singkat cerita setelah aku telefon kami terputus, aku-pun kemudian Mandi, dan langsung meluncur ke arah Roxy. Kira-kira setelah setengah jam perjalanan, akupun sampai di roxy. Disana kami hanya ngobrol sejenak, lalu kami-pun memutuskan untuk pergi. Kemudian kami-pun meNinggalkan tempat itu.

“ Kita mau kemana Nih Niss ? ”, tanya-ku.
“ Terserah kamu aja deh Mat, aku nurut… ”,
“ Emmm… kemana yah… Oh iya gimana kalau kita main kerumahku aja? gimana, mau nggak Nis ? ” ucapku menawarkan kepada Denisa,

“ Oke deh Mat terserah kamu aja ”, jawabnya.
“ Kamu-kan baru kenal sama aku, emangnya kamu nggak takut apa ? ”, tanya-ku
“ Takut ??? eMatg harus takut apa sama kamu, hhe… ” ucapnya dengan sedikit bercanda.

“ Kamu nggak takut kalau aku perk*sa apa ? ” ucapku bercanda.
Tapi dia dengan santainya menjawab,
“ Ga usah diperkosa juga mau kok… he… he… ”, sambil melirik kearahku dan mencubit Manja pinggangku.

Kemudian aku bertanya,
“ Bener Nih? ”.
“ Oke… Siapa takut … ” jawabnya dengan beraNi.

Lalu segera kita meluncur ke arah rumahku di bilangan Sudirman yang memang sehari-harinya selalu kosong. Begitu sampai aku lalu mempersilahkan Denisa untuk masuk lalu kami duduk bersebelahan dan aku menggoda dia.
“ Bener Nis kamu nggak takut diperk*sa? ”,

Dengan berani Denisa malah menjawab,
“ Mau perk*sa aku sekarang? ”, ujarnya sambil membusungkan d*d*nya yang montok itu.

Aku tidak tahu siapa yang memulai tiba-tiba bib*r kami sudah saling bertemu dan saling mel*mat, dan memainkan l*dah nya di mulutku. Tangan kirinya melepas bajuku dan aku tak mau ketinggalan, aku ikut membuka kaos ketatnya itu dan melepas **nya. Ci*manku menjalar menyusuri leher dan belakang kupingnya.

“ Ahh… eSsss…… terus Bebs… ”,
Denisa udah mulai meracau tidak jelas saat l*dah aku turun ke d*d*nya diantara kedua bukitnya. L*dahku terus menjalar ke pay*dar*nya namun tidak sampai pada put*ngnya. Denisa mendes*h-des*h,
“ Mat is*p Mat ayo Mat aku pingin Kamu is*p Mat… ”,

Namun aku tidak memperdulikannya dan masih bermain di sekitar put*ngnya dan turun ke perut sambil perlaha-lahan tanganku membuka celananya dan masih tersisa cel*na d*lamnya. Akhirnya kepalaku ditarik Denisa dan ditempelkannya tet*knya ke mulutku.

“ Ayo Mat is*p Mat jangan siksa aku Mat… ”,
Akhirnya mulutku mengh*sap tet*k sebelah kirinya sedangkan tangan kanan ku mer*mas-r*mas tet*k sebelah kanannya.
“ Ouhhh… Sss…. ahhh…. eSsss…… enak Mat terus sedot yang keras Mat gig*t Mat ouhhh… ”, racaunya.

Sambil kusedot tet*knya bergantian kiri dan kanan tanganku bergerilya di bagian pangkal p*hanya sambil menggosok- gosok kl*torsnya dari bagian luar cel*na d*lamnya. Denisa-pun tidak sabar, akhirnya dia membuka celanaku termasuk cel*na d*lamku sehingga mencuatlah torp*oku yang sudah berdiri tegak itu dan Denisa terpana.

“ Gila gede banget Mat punya Kamu… ”,
Dan tanpa dikomando langsung Denisa memas**an kej*an*ku ke dalam mulutnya yang mungil, terasa penuh sekali mulut itu, Denisa menjil*t-jil*t ujung kem*lu*nku terus turun ke bawah sampai selurh b*tangnya terjil*t olehnya.

“ Sss…. ahhh…. enak Niss… terus… Nis ”, aku pun enahan Nikmat yang luar biasa.
Akhirnya aku berinisiatif dan memutar tubuhku sehingga posisi kami menjadi **Sesaat aku menjil*ti bagian bibir kewanitaan-nya Denisa mendes*h.

“ Sss…. ahhh…. enak Mat eSsss…… terus Mat… ”,
Akhirnya Denisa menggelinjang hebat ketika lidahku menyentuh bagian kl*torisnya.
“ Ahh… ouh… aku sampai Mat… ”,

Sambil mulutnya terus meng*lum kej*nt*nan-ku sed*tan Denisa-pun semakin cepat dan kuat pada kej*nt*nan-ku maka aku merasakkan denyut-denyut pada kej*nt*nan-ku.
“ Nis, aku juga mau sampai Nis ahh… ”,
“ Barengan ya… ”,

Mendengar itu Denisa makin bern*fsu meny*dot-nyed*t dan menjil*ti kej*nt*nan-ku dan akhirnya…
“ Aachh… Sss… ahhh… … ”
“ Crottt… Crottt… Crottt… ”

Akhirnya kej*nt*nan-ku menyemprotkan air m*ni dalam mulut Denisa dan dia menelan semuanya sehingga kamipun keluar secara bersamaan. Akhirnya Denisa-pun menggelimpang disampingku setelah menjil*ti seluruh kej*nt*nan-ku hingga bersih.

“ Makasih ya Mat aku dah lama nggak ngerasain kl*maks sejak suami aku kabur… ”, kata Denisa
“ Emang suami kamu kemana? ”,
“ Nggak tau tiba-tiba dia menghilang setelah aku ngelahirin anak aku ”,
“ Lho… kamu udah punya anak? ”,
“ Iya Mat.. anakku udah umur 1 tahun, Mat ”,

Kemudian Denisa memeluk aku dengan eratnya. Lalu dia mendongakkan kepalanya ke arah aku, lalu aku c*um bib*rnya lembut dia-pun membalasnya tapi lama-kelamaan ci*man itu berubah menjadi ci*man penuh n*fsu. Kemudian Denisa memegang kem*lu*n aku yang masih terbuka dan mer*mas-r*masnya sehingga secara otomatis torp*do-ku langsung berdiri dan mengeras.

Kemudian Denisa menaiki tubuh aku lalu menjil*ti habis seluruh tubuh aku mulai dari mulut hingga ujung kaki.
“ Sss… ahhh… … ”, des*hku sejalan dengan jil*tan di tubuhku.
Kemudian Denisa meng*lum kej*nt*nan-ku terlihat jelas dari atas bagai Mata kej*nt*nan-ku keluar masuk mulutnya yang mungil itu.

“ Ah. Ssss…… enak Bebs terus s*dot Bebs… Sss… ahhh… ouhhh… ”, des*hanku semakin mengeras.
Lalu kuputar tubuhku sehingga posisi ** dengan Denisa diatas tubuhku lalu aku menjil*ti kew*nita*n Denisa dan aku h*sap kl*toris Denisa.
“ Ahh… enak… sss ahhh.. terus Bebs, aku Bebs…. kamu Sss… ahhh… ouhh… ”, des*h Denisa.

Kemudian Denisa memutar tubuhnya kembali dan dia memegang torp*do-ku yang sudah siap tempur itu, dipaskannya ke l*ang kew*nita*n- setelah pas perlahan-lahan diturunkannya pant*t Denisa. Sehingga perlahan-lahan masuklah kej*nt*nan- aku ke l*ang s*ngg*ma Denisa

“ Aow… Ssss…… ohh… geede banget sih punya kamu yang ”, lirih Denisa.
“ Punya kamu juga sempit banget Yang, enak… Sss…. ahhh…. ”, kataku.

Perlahan-lahan aku tekan terus kej*nt*nan-ku ke dalam kew*nit*an-nya yang sempit itu. Akhirnya setelah amblas semuanya Denisa mulai mengerakan pinggulnya naik turun sehingga membuat kej*nt*nan- aku seperti dis*dot-s*dot. Denisa berada diatasku sekitar 15 menit sebelum akhirnya dia meng*rang.

“ Ahh… Bebs aku keluar, ahhhhhhhhh… ”, racaunya.
Setelah itu tubuh dia melemas dan memeluk aku namun karena aku sendiri juga mengejar puncak ku maka langsung kubalik tubuhnya tanpa melepas kej*nt*nan-ku yang ada di dalam kew*nit*an-nya.

Setelah aku berada diatasnya maka langsung kug*njot Denisa dari atas terus menerus hampir kurang lebih 20 menit hingga akhirnya Denisa mengalami kl*maks yang ketiga kali dalam waktu yang singkat ini.
“ Ahh… Bebs aku keluar lagi Bebs ahh… ”, Desah Denisa.

“ Kamu lama banget sih Bebs ”, des*h Denisa sambil terus menggoyangkan pinggulnya memutar.
“ Ahh… Ouh… terus Bebs Ssss… Ahhh… enak Bebs terus… ”, racaunya.
“ Iya aku juga enak Bebs terus Bebs ahh… enak Bebs mentok banget Sss…. ahhh…. ”, racauku tak kalah hebatnya.

Akhirnya setelah aku mengg*njot Denisa selama kurang lebih 40 menit aku merasakan seperti ada yang mendesak ingin keluar dari bagian kej*nt*nan-ku.
“ Bebs, aku mau keluar Bebs ”,

“ Mau di dalam atau diluar Bebs? ”, kataku.
“ Bentar Bebs aku juga mau keluar lagi ahh… ”, des*h Denisa.
“ Di dalem aja Bebs biar aku tambah puas ”, des*h Denisa lagi.

“ Ahh… Ssss…… Bebs aku keluar Bebs ahh… ”, racauku
“ Barengan Bebs aku juga sampai Sss…. ahhh…. ahh… oh… ”, des*h Denisa.
“ Ahh… Bebs aku keluar Bebs ahh… Ssss…… ohh… ”, des*hku.

“ Aahh ”, menyemprotlah air m*niku sebanyak 9 kali.
“ Emmhh… ”, saat itu juga si Denisa mengalami kl*maks.
“ Makasih ya Bebs ”, kata Denisa sambil menc*um bibirku mesra.

Setelah itu kami langsung membersihkan diri di kamar Mandi dan didalam kamar Mandi-pun kami sempat ‘main’ lagi ketika kami saling membersihkan punya pasangan kami masing-masing tiba-tiba Denisa jongkok dan meng*lum punyaku kembali dan au dalam posisi berdidi mencoba menahan Nikmatnya.

Namun aku tidak tahan menahan gejolak yang ada maka aku duduk di ws dan Denisa duduk di atasku dengan posisi menghadapku dan dia memasukkan kembali kej*nt*nan-nya kedalam kew*nit*an-nya.
“ Bless… ahh… Ssss…… enak Bebs ahh… ”, racaunya mulai meNikmati permainan.

Namun setelah 15 menit aku merasa bosan dengan posisi seperti itu maka aku suruh memutar tubuhnya membelakangi aku dan aku angkat perlahan tanpa melepas kej*nt*nan-ku dan aku suruh Denisa men*ngging dengan berpegangan pada tepian bak Mandi dan ketika dia men*ngging langsung aku g*njot maju mundur sambil mer*mas-r*mas pay*dar*nya yang mengayun-ayun.

“ Sss…. ahhh…. Mat aku mau keluar Mat… ”, des*hnya.
“ Mat, aaahhh… ”, terasa l*ndir k*win Denisa kembali membasahi kej*nt*nan-ku.
Karena kondisi Denisa yan lemas maka aku memutuskan untuk melepaskan kej*nt*nan-ku dan Denisa melanjutkannya dengan meng*lum kej*nt*nan-ku hingga akhirnya…

“ Nis aku mau keluar Bebs… Sss…. ahhh…. ”, Sambil kutekan dalam-dalam kepalanya ke arah kej*nt*nan-ku sehingga terlihat kej*nt*nan-ku amblas semua ke mulutnya yang mungil itu.
Dan ketika Denisa meny*dot kej*nt*nan-ku maka… “ Sss…. ahhh…. Nis… ”,

Dan pada akhirnya aku semprotkan seluruh air m*niku ke mulut Denisa dan aku lihat Denisa menelan semua air m*niku tanpa ada yang tumpah dari mulutnya bahkan dia membersihkan kej*nt*nan-ku dengan menjil*ti sisa-sisa seluruh air m*ni yang ada.

Setelah itu kami saling membersihkan tubuh kami masing-masing dan kami kembali ke kamar dengan tubuh yang sama-sama tel*nj*ng bulat dan kami tiduran sambil berpelukan tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami dan kami saling menc*um dan mer*ba serta ngobrol-ngobrol sejenak.

Tanpa terasa kami sudah berada di rumahku hampir selama 4 jam. Maka akhirnya kami mengenakan baju kami masing-masing dan setelah itu aku mengantarkan Denisa p**ang ke kostsannya di daerah Roxy dan berjanji untuk saling menghubungi. Hingga saat cerita ini aku tulis, kami masih sering berhubungan dan melakukan hubungan int*m.

Address

Teluknaga

Website

https://www.google.com/search?q=luck365

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Mba regina posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share