12/07/2025
Hujan deras yang mengguyur Desa Winangun, Kecamatan Bukal, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, sore ini, hanya butuh waktu 30 menit untuk membuat dusun Kelimutu kembali terendam. Air bah meluap dari drainase yang dangkal, membanjiri rumah-rumah warga hingga setinggi lutut orang dewasa. Lebih parah lagi, sawah-sawah yang menjadi sumber pangan utama kembali tergenang. Potensi gagal tanam kian nyata.
“Ini sudah ketiga kalinya kami tanam ulang. Bibit padi membusuk terus karena sawah tak kunjung kering,” kata seorang warga dengan nada putus asa. Sambil menambahkan, ada sekitar 5 rumah warga ikut terendam banjir.
Warga menuding pendangkalan drainase sebagai biang kerok. Saluran air tak pernah mendapat penanganan serius dari pemerintah desa maupun kabupaten. “Kami sudah sering sampaikan, tapi tidak ada tindak lanjut. Drainase makin dangkal, air makin sering meluap,” ujar warga lainnya.
Masalah tak berhenti di situ. Pendangkalan ini diduga kuat akibat kiriman material tanah dari dataran tinggi di sekitar desa, kawasan yang selama lebih dari satu dekade dibuka menjadi kebun sawit skala besar. Pola inti-plasma sawit yang mengelilingi Desa Winangun menyisakan erosi dan sedimentasi. Tanpa penyangga alami, tanah longsor terbawa hujan, menumpuk di saluran-saluran air desa.
Masyarakat menuntut pemerintah bertindak cepat dan serius. Bukan sekadar datang saat banjir sudah naik dada, tapi hadir dengan langkah nyata: normalisasi drainase, pemulihan kawasan tangkapan air, dan perlindungan atas lahan pertanian rakyat.
Karena jika tidak, Winangun akan terus tenggelam. Bersama sawahnya. Bersama harapan warganya.
Doc Istimewa