Yons Hunga

Yons Hunga Pengamat status orang πŸ˜…

22/10/2025

Saya MENOLAK menulis menggunakan AI, karena saya percaya bahwa saya memberi rasa pada setiap tulisan yang saya buat.
Massa iya? Mengungkapkan isi hati saja, pakai AI. Mau susun strategi demo saja pakai AI. Mau cerita pengalaman saja, pakai AI.

AI bagi saya hanyalah alat. IA tidak boleh menggantikan pikiranmu. Ketika kau memikirkan sesuatu, tuliskan. Ketika kau dimanjakan AI, kau jadi malas. Ketika kau terbiasa dengan AI, kau jadi tahu membedakan tulisan yang mengikuti template dan tulisan yang dibuat sendiri.

Pagi di NapuSaya sudah bangun sejak pukul lima pagi. Saat batu kubur yang ada di bacaan yang sering kalian dengarkan bel...
18/10/2025

Pagi di Napu

Saya sudah bangun sejak pukul lima pagi. Saat batu kubur yang ada di bacaan yang sering kalian dengarkan belum dibuka. Saat orang-orang masih enggan untuk menemui matahari. Saat raga ini masih tertahan kantuk karena begadang nyaris semalaman.

Barangkali, niat awal saya bangun pagi adalah mandi. Mandi biar tidak saling menunggu. Mandi biar tidak rebutan siapa duluan. Mandi biar keringat kemarin hilang. Mandi biar...biarkan saja saya mandi, walau lupa bawa sabun.

Menjelang pagi-pagi benar di Napu, orang-orang sudah mulai menampakkan diri. Ada yang memberi pakan peliharaan mereka, ada yang mondar-mandir entah ke mana, ada yang memberi kabar pada siapa saja. Saya, sih, memilih bikin kopi selepas mandi.

Pagi di Napu, sama seperti pagi di rumah. Kewajiban utamanya hanya satu: bangun pagi, mandi dan lakukan aktivitas.

14/10/2025

Kalau ada 9 nyawa, barangkali kau kucing!

Sebuah Usaha untuk Menjadi Berarti Saya baru saja bangun tidur sore tadi, saat bapak memberi saya sejumlah uang yang say...
14/10/2025

Sebuah Usaha untuk Menjadi Berarti

Saya baru saja bangun tidur sore tadi, saat bapak memberi saya sejumlah uang yang saya tidak tahu asalnya dari mana. Saat saya menghitungnya, jumlah uang yang diberikan bapak, sebanyak tiga ratus ribu rupiah, yang terdiri dari 6 lembar uang 50.

"Ai padheningu mana i ama na i XΒΉ," kata bapak saat memberikan uang ini dalam keadaan setengah mabuk. Benar kata bapak XΒΉ. "Bhana karai kau ndui tunu wanna, ku pabhelingu hillu na tunnu wanna, padheningu maΒ²," lanjut bapak. Waktu dia minta uang segitu banyak, dia kembalikan segitu, betul yang dia katakanΒ².

Saya yang masih setengah sadar, tidak berkata apa-apa. Diam. Pikiran saya masih melayang-layang. Biasanya, saya tidak ingat lagi ketika saya memberi pinjaman pada orang lain. Barangkali, lupa itu tidak melulu soal tua, kok, tapi lebih kepada keikhlasan.

Saya sudah sangat sering memberi pinjaman pada orang-orang, sampai pinjaman itu dilupakan. Ada yang sedikit, ada yang banyaknya bisa pakai angsuran motor beberapa bulan, hehe.

Pernah suatu ketika, saya dimarahi mama karena memberi pinjaman pada orang yang tidak biasa datang meminta. Saya tidak ingat lagi kata-kata mama. Yang saya ingat adalah, alasan saya memberi pinjaman waktu itu, karena melihat mata orang itu, yang, berbinar-binar menyampaikan alasannya mengapa ia harus meminjam. Beruntung, mama memarahi saya waktu itu, ketika orang yang saya beri pinjaman sudah mengembalikan uang yang dipinjam.

Saya tidak memiliki uang banyak. Saya juga punya banyak kebutuhan. Namun, memberi, konon katanya, jika ia tulus, kita akan dilimpahkan. Saya sendiri, sih, jenis orang yang tidak percaya takhayul semacam ini. Saya hanya berusaha menjadi berarti versi nilai universal yang saya anut. Bagi saya, berbuat baik tidak ada kaitannya dengan surga dan neraka. Berbuat baik adalah perbuatan baik itu sendiri, bukan karena diimingi surga. Titik.

Kepada orang-orang yang meminjam, saya tidak ingin memberi mereka bunga. Tidak pernah sekalipun. Karena itu, kelebihan uang yang diberikan ini, rencananya akan saya kembalikan nanti kalau bapak X tadi datang. Saya memang selalu begini. Ini adalah bagian dari prinsip hidup yang saya pegang dan saya hidupi. Meski dalam kenyataannya, saya membutuhkan uang.

Bagi saya, cukup adalah cukup. Apapun kebutuhan saya, masih bisa saya usahakan. Kalau bukan hari ini, mungkin Minggu depan, bulan depan atau bertahun-tahun yang akan datang. Apapun itu, tidak ada kata terlambat untuk membuat diri ini bahagia.

Rejeki anak pamalas dan tidak rajin berdoa, terkadang bisa lebih enak, atau, jauh lebih enak πŸ™ƒ
13/10/2025

Rejeki anak pamalas dan tidak rajin berdoa, terkadang bisa lebih enak, atau, jauh lebih enak πŸ™ƒ

Mengisi hariMengosongkan pikiranMerapikan ingatan Membuat diri berguna πŸ™ƒ
12/10/2025

Mengisi hari
Mengosongkan pikiran
Merapikan ingatan
Membuat diri berguna πŸ™ƒ

Menikah itu Bukan Hanya Soal SatsetsatsetSaya tidak tertarik mengikuti perkembangan para selebritis tanah air, meski say...
11/10/2025

Menikah itu Bukan Hanya Soal Satsetsatset

Saya tidak tertarik mengikuti perkembangan para selebritis tanah air, meski saya juga menyadari bahwa orang-orang yang saya kenal tampaknya selalu tertarik untuk memerhatikan mereka, bahkan untuk sesuatu yang menyangkut hal-hal pribadi. Seperti yang kemarin ramai dibagikan oleh nyaris 8 dari 10 teman teman perempuan saya. Pernikahan Amanda Manopo dan suaminya, memenuhi beranda Facebook saya, pun dimanfaatkan oleh para pencari dollar.

Saya tidak tertarik mengikuti perkembangan mereka, tapi memilih untuk tertarik membaca isi pikiran orang-orang. Satsetsatset, menikah. Demikian kesimpulan yang saya dapatkan dari berbagai komentar yang ada. Komentar seperti ini, entah disadari atau tidak, seolah merangkum pernikahan sebagai sesuatu yang sederhana, cepat dan instan. Namun, benarkah menikah muda itu? Apakah ikatan seumur hidup bisa disederhanakan menjadi sekadar satsetsatset langsung jadi?

Saya tidak sedang meremehkan kegembiraan orang-orang yang merayakan momen bahagia pasangan selebritis Amanda dan suaminya itu atau yang lainnya. Pun hal yang sama ketika dulu, teman-teman saya beramai-ramai berduka atas seseorang yang tidak pernah mereka lihat sendiri, tidak pernah jumpai di dunia nyata, hanya karena keseringan melihat versi lain darinya di luar kebut-kebutan motor, menarik perhatian mereka. Saya malah ikut tersenyum ketika melihat foto-foto mereka, yang, dibagikan oleh-oleh teman-teman saya dan berharap dolarnya semakin banyak yang menempel. Satsetsatset, menikah. Hehe.

Kita seolah hidup di dunia mimpi. Karena itu, ketika kita melihat orang lain AKA selebritis bahagia, kita seolah mendambakan kebahagiaan seperti itu. Persis itulah yang terjadi dengan beberapa teman saya ketika Amanda Manopo menikah. Satsetsatset, menikah. Saya merasa ada sesuatu yang hilang dari narasi satsetsatset ini. Ada suatu realitas yang jauh lebih rumit dari sekedar secepat jadi atau langsung nikah itu.

Menikah bukan cuma soal momen puncak di hari H, ketika semua orang tersenyum dan kamera berderet untuk mengabadikannya. Dalam konteks lokal, seperti yang sering saya ikuti di Sumba, pernikahan ideal adalah pernikahan yang mengikuti template nikahnya orang-orang yang telah menikah sebelumnya. Tidak ada yang istimewa yang bisa dipetik oleh tamu undangan dari moment pernikahan yang maha makan biaya itu. Sebab, template-nya sudah dibuat; tamu datang, terima tamu, sambutan-sambutan, bonus kalau ada tarian, makan kue pengantin, foto bersama, makan dan ditutup dengan joget-joget.

Membaca pernikahan ideal, yang memiliki makna bagi para hadirin, saya pernah berdiskusi panjang soal ini dengan kk Erlin Mali di kantornya beberapa bulan lalu. Saya sempat merekam percakapan kami. Kalau sempat, nanti saya tuliskan, hehe.

Menikah adalah tentang perjalanan panjang sebelum dan sesudahnya. Ia adalah tentang dua manusia dengan latar belakang, kebiasaan, dan luka masing-masing, yang memutuskan untuk berjalan bersama, yang, ini kalau saya tulis panjang soal menikah saja, sudah seperti pakarnya, padahal, "itu, kan, karena kau belum menikah, belum punya anak," seperti kata beberapa orang yang ketika mengeluh soal anak, saya selalu timpali dengan kata-kata, siapa suruh menikah cepat. Jadi, menikah itu bukan hanya soal satsetsatset.

Saya ingat percakapan dengan beberapa teman yang sudah menikah. Dalam obrolan kami, sering kali mereka berkata, cepat sudah, atau kapan waktunya, atau kapan nyusul. Saya tidak tertarik menanggapi pertanyaan sejenis ini, sebab, alasan dibaliknya adalah, menikah itu enak. Ah, kalau saja seenak itu, pikir saya, mereka tidak akan berhutang pada saya hanya untuk membelikan anak mereka susu.

Kalau menikah hanya soal satsetsatset, tidak ada lagi cerita tentang bagaimana orang-orang berumah tangga harus belajar memahami ego masing-masing, mengelola konflik, dan menemukan keseimbangan antara mimpi pribadi dan tujuan bersama. Satsetsatset mungkin bisa menggambarkan keputusan untuk menikah, tapi tidak cukup untuk merangkum perjuangan mempertahankan pernikahan.

Diskusi tentang nilai-nilai hidup, visi keluarga, hingga bagaimana menghadapi perbedaan pendapat soal keuangan atau mendidik anak. Belum lagi soal kesiapan menghadapi tekanan dari keluarga besar, ekspektasi masyarakat, atau bahkan perubahan yang tidak terduga, seperti sakit atau kegagalan. Ini semua tidak akan terlihat di media sosial. Sebab, di media sosial, kita hanya melihat puncak gunung es. Foto prewedding di lokasi eksotis, cincin berkilau, resepsi megah, tamu undangan yang banyak, dan, tentu saja ini semua ada yang namanya kabha mata. Karena itu, sangat amat sesat apabila menikah itu hanya soal satsetsatset.
πŸ“·; Amandamanopo

Ini adalah Cacak Gading atau yang sam bapa bilang, Sanchezia speciosa. Dem bunga berwarna kuning cerah dan berbentuk tab...
10/10/2025

Ini adalah Cacak Gading atau yang sam bapa bilang, Sanchezia speciosa. Dem bunga berwarna kuning cerah dan berbentuk tabung, tumbuh dari kuncup berwarna oranye atau merah.

Tadi pagi, sa foto ini bunga pas sampai di kantor dan belum ada seorangpun teman yang ada. Daripada gabut sendiri, mending foto bunga.

10/10/2025

Pagi ini, saya menelepon Tante Agustina Nalu. Rencananya, sih, mau bahas program. Namun, kenyataannya, isi telfon hanya marah-marah yang ada πŸ˜‚

Dan, beginilah kehidupan. Kadang, emosi tidak mengenal waktu. Ia bisa datang saat pagi, siang, malam, bahkan di saat orang lain sedang bekerja.

Di akhir cerita, tidak ada ucapan ulang tahun buat Antonius Taku Resi 😌

Apa yang membuatmu dikenal banyak orang? Relasi! Bagi saya, relasi bukan sekadar jaringan, tetapi investasi jangka panja...
09/10/2025

Apa yang membuatmu dikenal banyak orang? Relasi!

Bagi saya, relasi bukan sekadar jaringan, tetapi investasi jangka panjang yang didasari kepercayaan, empati, dan konsistensi. Sebab, setiap pertemuan adalah kesempatan untuk saling belajar dan tumbuh bersama, dan, kau tahu? dari pertemuan-pertemuan itulah, sebagian diri saya terbentuk.

Kalau kata anak-anak gerakan, sih, terbentur, terbentur, tersungkur, eh, maksud saya, terbentuk. Persis, itulah yang terjadi ketika saya berkenalan, bertemu orang baru, meski saya lebih sering mengamati daripada menggurui. Saya lebih banyak diam, dan diam saja ketika mengobrol. Saya lebih banyak main hp daripada ikutan rokok atau minum. Saya lebih banyak menyimpan pertanyaan di kepala, yang, sesekali akan keluar ketika sesuatu itu memang perlu ditanyakan. Kalau tidak bisa ditanyakan, maka itu akan membuat saya belajar hal baru lagi. Buka google, mencari bacaan dan menemukan hal baru.

Dua hari lalu, saya menulis. Tulisan saya tidak berarti apa-apa, awalnya. Namun, setelah mencapai hampir tiga paragraf, ...
07/10/2025

Dua hari lalu, saya menulis. Tulisan saya tidak berarti apa-apa, awalnya. Namun, setelah mencapai hampir tiga paragraf, saya kepikiran. Judulnya adalah Kematian. Ini entah datang dari mana. Saya lalu berhenti menulis hanya pada 3 paragraf awal itu. Saya ingin menulis lagi. Namun, tidak kali ini. Tidak tahun ini. Barangkali, tidak selamanya...,

Hari yang yang panjang dan teramat sibuk bagi orang-orang yang bekerja dan banyak pikiran. Kami menyebutnya sok sibuk, t...
01/10/2025

Hari yang yang panjang dan teramat sibuk bagi orang-orang yang bekerja dan banyak pikiran. Kami menyebutnya sok sibuk, tapi tidak dengan orang-orang ini. Anggap saja ada kesibukan di saat kesibukan itu datang menghampiri.

Kau tahu? Orang-orang ini, dengan segala kesibukannya, masih sempat-sempatnya bergosip soal situasi terkini di Sumba Raya tentang sesuatu yang ramai belakangan ini. Menariknya, hal-hal ini dikaitkan dengan agama. Bahwa sesungguhnya, apapun agama yang kau anut, tidak ada kaitannya dengan orientasi s3ksual seseorang. Bahwa sesungguhnya, apapun agama yang kau anut, kalau kau berbuat salah, ya, salah.

Kesalahan maupun kebenaran, yang universal mempunyai nilai yang jauh lebih berarti daripada pikiran picik orang-orang yang menganggap orang lain berdosa, jauh lebih dosa dibandingkan dirinya.

Sayang sekali, pembicaraan ini tidak direkam. Padahal, saya dengan Nia bisa dapat materi kuliah gratis dari orang yang tinggal di Liverpool.

Address

Waingapu

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Yons Hunga posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share