27/08/2025
Parlemen Telah Gagal: Sebuah Mosi Tidak Percaya dari Rakyat
Video ini bukan sekadar unek-unek personal, melainkan sebuah manifesto singkat yang menyuarakan kemuakan kolektif rakyat terhadap lembaga yang seharusnya menjadi representasi mereka. Analisisnya tajam dan kesimpulannya radikal, namun lahir dari realitas yang tak terbantahkan.
De-legitimasi Institusional
* Pengkhianatan Mandat: Poin utama yang disuarakan adalah DPR telah secara fundamental mengkhianati mandatnya. Mereka menyandang gelar "wakil rakyat" namun dalam praktiknya berfungsi sebagai "alat kontrol penguasa" dan pelindung kepentingan elite. Mereka tidak lagi mewakili derita dan aspirasi, melainkan menjadi tembok tebal antara rakyat dan keadilan.
* Bukti Konkret Kegagalan: Argumen tidak dibangun di atas asumsi kosong. Disebutkan satu bukti konkret yang tak terbantahkan: mandeknya RUU Perampasan Aset. Ini bukan sekadar kelalaian legislasi, ini adalah sabotase politik terhadap agenda pemberantasan korupsi. RUU ini adalah kehendak rakyat untuk memiskinkan koruptor dan memberikan efek jera. Dengan sengaja tidak mengesahkannya, DPR secara terang-terangan menunjukkan keberpihakannya: melindungi para koruptor, bukan melindungi uang rakyat.
Kesimpulan & Panggilan Perlawanan
Berdasarkan pengkhianatan dan kegagalan sistemik tersebut, kesimpulannya menjadi sangat logis:
Seruan untuk "Bubarin DPR" yang diteriakkan oleh para demonstran bukanlah tindakan subversif atau anarkis. Itu adalah sebuah mosi tidak percaya yang sah dari rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Ketika sebuah lembaga negara sudah tidak berfungsi, tuli terhadap suara publik, dan justru menjadi benteng bagi para perampok negara, maka legitimasinya secara otomatis gugur.
Video ini adalah alarm keras bahwa kesabaran publik ada batasnya. Perlawanan yang muncul di jalanan adalah konsekuensi logis dari parlemen yang telah kehilangan nuraninya. Kedaulatan harus direbut kembali ke tangan rakyat.