24/11/2025
Ada masa ketika seseorang merasa dirinya terus digeser, disalahpahami, atau dianggap seolah selalu bisa menoleransi apa pun. Hal-hal kecil yang dilanggar orang lain sering dibiarkan begitu saja, sampai suatu hari muncul kesadaran bahwa batasan diri ternyata sudah lama bocor. Ketika batasan tidak jelas, orang lain akan mengisi ruang itu dengan kepentingannya sendiri. Karena itu membangun batasan bukan soal menjadi keras, tetapi soal mengenali nilai diri.
Banyak gagasan tentang batasan diri dijelaskan dalam buku Set Boundaries, Find Peace karya Nedra Glover Tawwab, juga The Disease to Please karya Harriet B. Braiker. Kedua penulis menegaskan bahwa hidup tanpa batasan membuat seseorang kehabisan tenaga emosional, rentan diremehkan, dan sulit dihormati. Membentuk batasan tidak terjadi dalam semalam, namun dapat dilatih melalui langkah-langkah konsisten yang sederhana tetapi berdampak besar.
Berikut cara memperkuat batasan diri agar kamu tidak lagi mudah diremehkan.
1. Sadari bahwa batasan adalah bentuk penghormatan pada diri sendiri
Batasan bukan benteng yang memisahkan kamu dari dunia. Ini adalah pagar yang menjaga ruang pribadimu tetap aman. Kesadaran bahwa kamu berhak mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain terhadapmu adalah langkah awal untuk mengembalikan kendali. Banyak orang terlalu baik sampai lupa bahwa diri sendiri juga perlu dilindungi.
Ketika kamu melihat batasan sebagai wujud kasih sayang pada diri sendiri, kamu tidak lagi merasa bersalah saat berkata tidak. Kamu mulai memahami bahwa menjaga energi dan waktu adalah cara untuk menjaga keberlangsungan hidup emosionalmu. Dengan begitu orang lain pun pelan-pelan belajar menghormatimu.
2. Berlatih mengatakan tidak tanpa memberi penjelasan panjang
Salah satu ciri orang yang sering diremehkan adalah kebiasaan merasa wajib menjelaskan diri. Padahal “tidak” adalah kalimat utuh. Ketika kamu selalu memberi alasan panjang, orang lain akan menganggap keputusanmu masih bisa dinegosiasikan atau dilemahkan. Latihan mengatakan tidak dengan lembut namun tegas adalah fondasi batasan pribadi.
Seiring waktu kamu akan merasa lebih nyaman menolak hal yang tidak sesuai kapasitasmu. Orang-orang yang tulus akan menghormati penolakanmu, sedangkan mereka yang terus memaksakan kehendak justru menunjukkan siapa yang tidak layak dipertahankan dalam hidupmu.
3. Kenali pola yang membuatmu selalu mengalah
Setiap orang punya pola tertentu: ingin selalu disukai, takut konflik, atau terbiasa memprioritaskan orang lain. Pola-pola ini menghambat pembentukan batasan. Mungkin kamu takut terlihat jahat, padahal mempertahankan diri bukan kejahatan. Menyadari pola ini membantu kamu memahami akar masalah yang sebenarnya.
Setelah pola terlihat, kamu bisa mulai mengubahnya perlahan. Misalnya dengan memberi jeda sebelum menjawab permintaan orang lain atau memeriksa perasaanmu sebelum menyetujui sesuatu. Perubahan kecil di pola internal akan menghasilkan perubahan besar pada bagaimana dunia memperlakukanmu.
4. Latih komunikasi asertif, bukan agresif
Banyak orang takut menetapkan batasan karena mengira itu berarti menjadi galak atau konfrontatif. Padahal komunikasi asertif justru mengedepankan kejujuran tanpa menyakiti. Ini adalah kemampuan menyampaikan keinginan sambil tetap menghormati lawan bicara. Asertif adalah jalan tengah antara pasif dan agresif.
Dengan gaya komunikasi ini, kamu dapat mengekspresikan kebutuhanmu secara jelas, tanpa rasa bersalah dan tanpa membuat orang lain merasa diserang. Ketika pesanmu tersampaikan dengan terang, orang lain lebih sulit mengabaikanmu.
5. Tetap konsisten meski orang lain tidak nyaman
Ketika kamu mulai menetapkan batasan, beberapa orang yang terbiasa mengambil keuntungan mungkin akan terganggu. Reaksi mereka bukan tanda bahwa kamu salah, melainkan tanda bahwa batasanmu sebelumnya terlalu longgar. Konsistensi justru diperlukan saat situasi seperti ini muncul.
Biasanya hanya beberapa waktu sebelum orang terbiasa dengan dirimu yang baru. Mereka akhirnya paham bahwa kamu bukan lagi seseorang yang bisa didorong semaunya. Dan ketika kamu bertahan pada batasan, rasa hormat otomatis mulai tumbuh.
6. Jaga energi dan waktu seolah itu aset berharga
Orang yang tidak memiliki batasan sering kehabisan energi karena terlalu banyak memberi. Padahal energi adalah aset utama untuk menjalani hidup yang sehat dan produktif. Menjaga energi berarti tahu kapan harus mundur, kapan harus diam, dan kapan harus memberi ruang untuk diri sendiri.
Ketika kamu memprioritaskan waktu dan tenagamu, kamu memberi sinyal bahwa kamu memiliki kehidupan yang perlu dijaga. Orang lain akan menyesuaikan diri dengan ritmemu, bukan sebaliknya. Inilah salah satu cara paling kuat untuk tidak mudah diremehkan.
7. Tinggalkan hubungan yang tidak menghormati batasanmu
Ada hubungan yang hanya membaik ketika kamu berhenti berada di dalamnya. Jika seseorang terus melanggar batasanmu bahkan setelah kamu menjelaskan dengan jelas, itu tanda bahwa hubungan tersebut tidak sehat. Melepaskan bukan berarti kalah. Ini cara untuk melindungi masa depanmu.
Ketika kamu berani meninggalkan hubungan yang tidak menghargaimu, kamu memperkuat nilai dirimu sendiri. Kamu menunjukkan bahwa hidupmu terlalu berharga untuk dibiarkan dikendalikan oleh orang lain. Dan sering kali, langkah melepas justru membuat jalan baru yang lebih baik terbuka.
________
Memperkuat batasan diri bukan tentang menjadi keras, tetapi tentang memahami bahwa hidupmu punya nilai. Semakin kamu menghormati dirimu sendiri, semakin enggan orang lain meremehkanmu. Batasan bukan dinding, melainkan pintu yang kamu atur sendiri kapan harus dibuka dan kapan harus ditutup. Dan ketika kamu mengatur hidupmu dengan jelas, kamu bukan hanya dihormati, tetapi juga lebih damai.