Wisata Djogja

Wisata Djogja Info, Media, News, Shop, Trip & Tour Info, Media, News, Shop, Trip & Tour.

14/11/2025

Prosesi Jumenengan PB XIV (kubu Purbaya) di Keraton Surakarta pada hari ini sabtu, 15 November 2025. 🕊️

Duka Belum Kering, Takhta Terbelah, mengingat mangkatnya Sinuhun PB XIII bahkan belum genap 40 hari di Imogiri.

​Ruwetnya DRAMA keluarga ini. Di saat masa duka menyelimuti, api perebutan takhta memanas, potret Keraton Surakarta. Kisah peradaban kerajaan jawa yang seharusnya adem ayem tentrem, kini terpecah dua kubu, bercabang cabang lagi. Polemik drama internal nya pun malah terus "digoreng" jadi bahan tontonan hiburan se-Indonesia.

​Apakah ini warisan "budaya" atau cerminan karma nenek moyang yang selalu berseteru? Sebuah perpecahan abadi terus berulang?

​Publik sibuk berdebat soal silsilah. Ribut soal banyaknya istri, pernikahan sah & pemilik garis DNA termurni.

​Tapi, sang pewaris, siapapun dia, memiliki sifat, karakter, kemuliaan & "kesaktian" (spiritual/intelektual) setara dengan leluhurnya dahulu, dimana melalui proses peperangan?

Melihat fakta ini, ​apakah kita yakin sejarah yang dibaca selama ini 100% lurus, tanpa ada yang sengaja dibelokkan, ditutupi & dihilangkan? 📜

​Bukankah, sebuah KERAJAAN / ROYAL intinya adalah 'KELUARGA' dan itu tak akan berarti tanpa 'LOYALITAS' dari para pengikut / kesolidan trah keluarga besarnya.

​Menjadi raja di era republik ini jelas beda. Dulu, perebutan takhta soal perang, adu kesaktian, adu spiritual, adu strategi politik bahkan adu nyawa. ⚔️

​Kini, kadang peran raja seperti "gimmick" simbol penjaga pelestarian budaya leluhur? Kecuali, benar2 punya "ilmu" raja asli secara spiritual, mentalitas yang membuatnya dihormati & dicontoh masyarakat banyak. Itulah RAJA SEJATI.

​Keraton Solo, bagian dari Mataram ISLAM. ☪️ Bukankah hukum Islam sangat jelas mengatur soal penetapan penerus & pembagian warisan? Kenapa tak jadi pegangan mengakhiri kemelut?

​ADAB, budaya, tradisi & penghormatan leluhur, kini banyak luntur tergerus arus jaman & globalisasi? Banyak yang hilang kesadaran JATI DIRI, lupa posisi, persatuan bahkan KODRAT "nya".

​Apakah perlu VOC diundang lagi? Apa bikin konsep KESATUAN koalisi KABINET kerajaan NUSANTARA atau kembali ke SISTEM birokrasi KKN berjamaah via KPU 5 tahunan ala Dinasti INDONESIA?

14/11/2025

✈️ MEWAH! Anggaran Negara Dipakai Sewa Jet Pribadi? 💸

Mungkin dulu bukan salah penjajah, konsep memecah belah, tapi memang tradisi INTERNAL "nya" sendiri yang banyak serakah. Konon kesalahan pahaman diri / bersama yang udah ber KOTOK, meski papan catur kekuasaan pasti penuh pertandingan bahkan pembalasan yang terus saling menyeimbangkan.

​Saat efisiensi anggaran harusnya jadi prioritas, publik dikejutkan dengan kabar pimpinan KPU yang menggunakan fasilitas mewah untuk perjalanan dinas Pemilu 2024.

​Fakta mencengangkan:
- ​DKPP telah menjatuhkan sanksi Peringatan Keras atas pelanggaran etik.
- ​Bukan cuma sekali, penggunaan jet pribadi dilaporkan terjadi hingga 59 kali!
- ​Dugaan nilai anggarannya fantastis, disebut-sebut mencapai Rp 90 Miliar. 😱

​Klarifikasi soal "efisiensi waktu logistik" pun ramai diperdebatkan. KPK juga dilaporkan sedang mendalami temuan ini untuk potensi tindak pidana korupsi.

​Bukan cuma soal jet, ada juga temuan dugaan pemborosan lain seperti sewa mobil dinas mewah dan apartemen.

​🪞 Cermin "Budaya Maling Anggaran"?

​Kasus ini seolah menjadi puncak gunung es. Ini bukan lagi sekadar "oknum", tapi bisa jadi cerminan "budaya maling anggaran" yang sudah sistemik dan butuh solusi fundamental.

​Jika di lembaga penyelenggara pemilu saja bisa terjadi pemborosan seperti ini, bagaimana dengan di tempat lain?

​💡 Solusi Bukan Ganti Orang, Tapi Rombak Sistem!

​Mengatasi korupsi sistemik tidak cukup dengan penindakan, tapi butuh perombakan total:

1. ​Transparansi Total: Wajibkan E-Budgeting & Open Data. Buka semua data anggaran dari perencanaan, alokasi, hingga laporan. Biar publik bisa ikut mengawasi! 👁️.

2. ​Digitalisasi Sistem: Pangkas birokrasi manual yang penuh "celah" negosiasi dan titipan.

3. ​HUKUM TEGAS! Koruptor paling takut jika dimiskinkan. Sahkan RUU Perampasan Aset SEKARANG! ⚖️

4. ​Kekuatan Publik: Kita sebagai rakyat harus terus berani bersuara, melaporkan (lindungi whistleblower) & menuntut akuntabilitas.

​Uang Negara itu uang rakyat. Kita berhak tahu & wajib mengawalnya.

​Bagaimana menurut Anda langkah paling efektif untuk memberantas budaya ini? 👇

14/11/2025

Pernah lihat seseorang melakukan aksi sulit dengan begitu santai dan penuh keyakinan, sementara kita yang menyaksikannya justru was-was? 😟➡️😎

​Itulah buah dari Mastery. Sesuatu yang tidak lahir dalam semalam.

​Ia adalah hasil dari konsistensi latihan kecil setiap hari. Inilah yang disebut compounding skill, semacam bunga berbunga dalam kemampuan. Makin diasah, makin tajam. 📈

​Menguasai keahlian sekaligus membangun karakter adalah tiket emas menuju versi terbaik diri Anda. Sebuah versi yang bukan hanya tahu, tapi paham. Bukan cuma bisa, tapi berdampak.

​Di dunia bisnis, karier, teknologi, atau seni, mastery selalu menjadi pembeda utama. Ia memungkinkan siapa saja melampaui batasan, mengungguli mereka yang hanya sok tahu. Ini bukan soal siapa Anda dilahirkan, tapi siapa Anda bertekad untuk membentuk diri.

​Waktu akan terus berlalu. Pilihlah untuk mengisinya dengan penguasaan. ⏳

​Konon kuncinya adalah "YAKIN". Tapi, di tengah realita sosial, benarkah kita bisa "Merdeka Masing-Masing" jika "penyakit hati/batin/akal" masih merusak keseimbangan? Sebuah refleksi untuk kita. ✨

14/11/2025

✨ Membaca Alam & Manusia ala Ilmu Titen Jawa 🌌

​Ilmu titen Jawa kuno tentang "Badan Meteor dan Langit" sejatinya adalah cara membaca Alam Semesta dan memahami kodrat sifat manusia juga SEJARAH nya.

Bukan tentang kesaktian atau kesempurnaan, sebab konon memang tak ada manusia yang sempurna. Kita hadir sebagai makhluk sosial yang ditakdirkan hanya untuk saling berguna dan memiliki posisi unik masing-masing.

​Proses memahami hidup seringkali berawal dari meraba, menebak, dan membaca refleksi dari pengalaman, sejarah, pola konsep & strategi "papan catur" kehidupan. Kita melihat kerumitan di Jawa dan Indonesia, mungkin karena kita adalah mozaik dari aneka keragaman suku, budaya & tradisi. 🇮🇩

​Namun, di tengah keragaman ini, muncul warisan banyak "OKNUM produk manusia" yang sayangnya masih s**a nyolong, provokator, korupsi, nyikut, ngibul, fitnah, dan penuh topeng, pencitraan, gimmick atau drama. 🎭

​Cukup diam, amati, waspada & biarkan semesta bekerja. Mereka yang tak memahami konsep pola universal akan saling tersesat & terkotak2. Yang paham akan terus memahami. Yang belum, biarkan waktu dan keseimbangan alam yang memberi pelajaran. Sebab, rumus pembalasan tabur tuai itu nyata 100%. ⚖️

​Waspada dengan SISTEM yang masih diselimuti drama, topeng pencitraan, sogokan sosial, sogokan sistem, budaya korupsi, makan gaji buta, rampok anggaran & memanfaatkan posisi kuasa seenaknya.

Hingga banyak sekali pemandangan KEMUNAFIKAN disekitar, manusia si Paling sok SUCI /BERSIH, sok TAHU /PAHAM, sok BENAR /PINTAR, DLL. Yang kadang saling bersembunyi di topeng Ketuhanan, ADAB bahkan ALLAM Ghaib. Bukankah PERCUMA Sia2 jika tanpa BIJAK, apalagi sudah banyak PENGIKUT yg DIAJAK2 / terkontaminasi hingga puluhan tahun merdeka NYATA nya tak banyak perubahan.

Tetapi konon tetap tak ada KEBOHONGAN yang ABADI. Proses mencari menang & mulia, Hingga rejeki masuk darah daging diri & keluarganya pasti ber KONSEKUENSI.

Di tengah banyaknya celah sistem disini, kesenjangan ekonomi & mulai banyak hilangnya adab, mari terus beradaptasi & belajar. Ingatlah, selalu ada pembelajaran, pembalasan & proses dalam semesta. 🙏

13/11/2025

Konsep Pola, Kebiasaan, Budaya juga Pekerjaan BERDEBAT para WAKIL & ATAS sana hanya menaikan volume suara & tensi, mematikan logika, menghabiskan kesabaran, membuang waktu, menguras energi & konflik, membunuh prestasi & karya. ♦️

​🚶‍♀️✨ Melangkah di sepanjang Jalan Malioboro, Menapaki sebuah mahakarya filosofi yang usianya lebih tua dari negara ini.

​Bukan sekadar pusat belanja dan kuliner, Malioboro "urat nadi" spiritual Yogyakarta. Pernah bertanya-tanya, apa arti nama "Malioboro"? 🤔

Banyak yang mengira nama "Malioboro" berasal dari nama jenderal Inggris "Marlborough" atau bahkan merek rokok. 🚫 Itu mitos!

​Analisis data dan riset sejarah terpercaya mengungkap makna yang jauh lebih dalam:

1. ​"Malyabhara" (माल्यभार) 🌺

Berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "Dihiasi Karangan Bunga". Ini sangat valid, karena Malioboro tempo dulu adalah jalan seremonial utama Keraton Yogyakarta. Setiap kali Sultan atau tamu agung lewat, jalan ini akan dihias dengan bunga-bunga.

2. ​"Malio" & "Boro" (Filosofi Jawa) 🧘‍♀️

Inilah makna terdalamnya. "Malio" artinya "Jadilah Wali" dan "Boro" (dari ngumboro) artinya "Mengembara". Malioboro adalah panggung simbolis di mana manusia "mengembara" sebagai "wali" (pemimpin/utusan kebaikan) dan diuji oleh berbagai godaan duniawi.

​🌍 JANTUNG SUMBU FILOSOFI UNESCO

Saat KINI ​Malioboro adalah jantung dari Sumbu Filosofi Yogyakarta, yang baru saja diresmikan sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO! 🏛️

​Sumbu ini melambangkan perjalanan hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi). Dan Malioboro adalah tahap ujiannya. Perhatikan:

- ​Di satu sisi ada Pasar Beringharjo (simbol godaan ekonomi & materi). 💰
- ​Di sisi lain ada Kompleks Kepatihan (simbol godaan kekuasaan & jabatan). 👑

​Tempo dulu, Malioboro adalah jalan sakral yang teduh di bawah pohon asam dan gayam. Kini, ia telah berevolusi. Melalui revitalisasi besar, Malioboro modern bertransformasi menjadi surga pejalan kaki kelas dunia, dengan penataan yang rapi.

​Jalan ini juga saksi bisu sejarah, dari pusat administrasi kolonial Belanda (dengan Benteng Vredeburg 🛡️) hingga panggung heroik Serangan Umum 1 Maret 1949.

13/11/2025

Debat sama orang bodoh

11/11/2025

Konon, jangan s**a mudah menilai & meremehkan sesuatu di awal, seperti video berikut ini. 👆.

Pernahkah merenungi, siapakah saja pelukis perjalanan arah hidup mu hingga saat ini? 🎨

Maka, ​jangan pernah merasa berjasa dan paling paham pada orang lain. 😌 Sebab kita manusia hanya bertugas sebagai perantara bagi orang lain, terkadang setelah apa yang mereka inginkan didapatnya, kita biasa mudah dilupakan dan tidak dianggap. 💔

​Itulah kehidupan, apapun kita tetap butuh orang lain, mustahil bisa berjalan sendiri. 🤝

​Tidak bakal semua orang menyukai kita, begitu juga tidak semua orang berguna buat kita. Pembenci biarkanlah bangga dengan kebenciannya. 🤷‍♂️

Sebaliknya, ketika sadar atas kekurangan, itu lebih baik daripada bangga atas kelebihan. ✨

Dalam ​menyelesaikan permasalahan itu jangan kayak hujan, yang datangnya s**a keroyokan. 🌧️ Cukup jadilah petir, walaupun satu tapi mematikan dan berbahaya. ⚡

10/11/2025

👑 Game of Thrones Versi Jawa: Menganalisis Takhta Surakarta & Yogyakarta 👑

​Banyak yang bertanya soal "polemik" suksesi dua keraton penerus Mataram. Meski sama-sama Keraton Jawa, masalah dan pertaruhannya BEDA JAUH.

​Ini analisis lengkapnya:

​1️⃣ SURAKARTA: Skenario 2025 & K.G.P.H. Purbaya

Jika skenario Pakubuwono XIII mangkat dan menunjuk Purbaya terjadi, apa yang jadi masalah?
​Inti Konflik: Faksi Internal. ⚔️

Sejak dulu, Surakarta adalah "arena" pertarungan faksi keluarga. Penunjukan Purbaya (putra dari permaisuri) secara adat adalah klaim terkuat untuk mengunci suksesi.

​Peran Negara (NKRI): Mediator. 🤝

Karena Surakarta tidak punya kuasa politik/status Daerah Istimewa, negara hanya berkepentingan menjaga keamanan dan aset c***r budaya. Ini murni konflik legitimasi kultural internal.

​2️⃣ YOGYAKARTA: G.K.R. Mangkubumi & Tembok Ganda

Ini bukan gosip, ini polemik nyata dengan implikasi besar.

​Inti Konflik: Adat vs. Reformasi vs. Negara. 💣

Sultan HB X ingin putrinya, GKR Mangkubumi, naik takhta.

​Tantangan Pertama (Adat): Menabrak paugeran (tradisi patrilineal) dan konsep teologis Khalifatullah (pemimpin agama) yang dipegang kaum tradisionalis.

​Tantangan Kedua (Negara): Berpotensi menabrak UU Keistimewaan DIY! 📜 UU ini (yang jadi dasar hukum Gubernur = Sultan) secara jelas menulis "Istri" Sultan, yang ditafsirkan hukum sebagai penanda pemimpin laki-laki. Jika GKR Mangkubumi naik, UUK DIY mungkin harus direvisi di DPR RI, dan itu adalah pertarungan politik nasional!

​KESIMPULAN:

Polemik Surakarta adalah drama internal perebutan warisan budaya.

Polemik Yogyakarta adalah drama reformasi yang berhadapan langsung dengan hukum negara dan adat.

​Inilah wajah Indonesia 🇮🇩: Di mana Sila Ketuhanan dan Kebudayaan (Adat) bertemu langsung dengan Sila Keadilan dan Hukum Negara.

​Bagaimana pandangan Anda tentang masa depan Keraton di era Republik ini? 🧐

10/11/2025

Apa hubungannya Perjanjian Giyanti (1755) yang memecah belah Jawa, dengan Hari Pahlawan (10 November) yang menyatukan Indonesia? 🇮🇩

Pembelajaran sejarah terdalam tentang pengorbanan.

​📜 Dulu Kita Terluka karena Giyanti

Pada 13 Februari 1755, politik devide et impera (pecah belah) VOC berhasil. Perjanjian Giyanti secara resmi membelah Kerajaan Mataram Islam menjadi dua: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

​Sebuah taktik politik VOC yang dirancang melemahkan dengan memecah belah / politik adu domba di pertahanan nusantara, sebuah luka sejarah.

​💥 Lalu Bangkit pada 10 November

Lompat 190 tahun kemudian ke 1945. Surabaya membara. Pekik "Merdeka atau Mati!" menggema. Arek-arek Suroboyo, pemuda, dan rakyat biasa bertempur habis-habisan melawan Sekutu.
​Ini adalah pertempuran rakyat. Simbol bahwa kemerdekaan HARUS dipertahankan dengan darah dan keringat. Kita mengenangnya sebagai Hari Pahlawan.

​👑 Di Titik Inilah Sejarah Bersatu

Saat pertempuran fisik berkobar di Surabaya, "warisan Giyanti" justru mengambil langkah kepahlawanan yang paling menentukan.

​Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta, penerus dari kerajaan yang dulu dipecah belah, membuat keputusan monumental. Beliau tidak memilih menjadi raja di negara merdeka sendiri.
​Beliau mengirim surat ke Presiden Soekarno: Kasultanan Yogyakarta bagian dari Republik Indonesia.

​Bukan hanya kata-kata. Saat Jakarta genting, Sultan HB IX mengundang Ibu Kota pindah ke Yogyakarta. Harta, sumber daya, dan wibawa keraton ia berikan sepenuhnya untuk membiayai Republik muda ini berperang.

Hari Pahlawan 10 November adalah simbol perjuangan fisik di garis depan.

Keputusan Sultan HB IX adalah simbol perjuangan politik, logistik & pengorbanan total. ​Seorang Raja yang mewarisi "luka Giyanti" justru menjadi Pahlawan Nasional yang "menyembuhkan" luka itu dengan KESATUAN. Ia membuktikan bahwa takhta dan tahta bisa dileburkan demi satu cita-cita: INDONESIA.

​Selamat Hari Pahlawan. Hormat terdalam untuk mereka yang bertempur di lapangan dan yang mengorbankan segalanya di singgasana, keluarga atau kerajaan. 🙏

10/11/2025

Sate Madura Cak Basir, Kuliner makan sate di Jogja, langganan sejak lama & legendaris. ♦️

​Wajib coba Sate Ayam & Sate Telurnya! 🏆 Poin utamanya: potongan dagingnya TEBAL, bumbu khasnya pas banget & matangnya sempurna ! 🤤

​Tempatnya sederhana & agak sempit, jadi biasanya dibungkus. Tapi soal rasa, ini otentik juara!

​📍 Warung Sate Madura Cak Basir, Jl. Menukan 275, Mergangsan, Yogyakarta.

09/11/2025

Embung Langensari di Klitren, Kota Yogyakarta, yang butuh perhatian & perawatan, Jogja makin dicintai, tapi semua merasakan makin padat, macet & berpolusi. 🚗💨

RASA "nyaman"-nya Jogja yang ikonik itu mulai terancam. ​Di sinilah peran Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik jadi SUPER PENTING! 💡

​Ini bukan lagi sekadar taman atau "hiasan" kota. RTH seperti embung, taman kota, atau bantaran sungai kini telah berevolusi menjadi "benteng pertahanan" ekologis dan "nadi baru" pariwisata kita.

​Mengapa begitu?

​1. "Katup Pengaman" Overtourism 📉
Dari sudut pandang pariwisata, saat pusat kota (Malioboro, Tugu, Kraton) sudah terlalu sesak, RTH adalah "katup pengaman" yang memecah kerumunan. Wisatawan bisa menikmati "suasana Jogja" tanpa harus menumpuk di 1 titik. Ini keseimbangan alam yang penting untuk mengurangi beban polusi di 1 area.

​2. Jawaban untuk Era "Healing" 🧘‍♀️
Tren pariwisata telah bergeser. Orang tidak lagi hanya mencari foto, tapi mencari pengalaman dan ketenangan. Ini adalah era Slow Tourism. Kesejukan pohon, pemandangan air & udara bersih di RTH adalah "produk wisata" baru yang paling dicari untuk lari sejenak dari padatnya kendaraan.

​3. "Paru-paru" & "Spons" Kota 🌳💧
Secara konservasi, ini adalah pahlawan kita. Di tengah kepungan polusi kendaraan wisatawan dan pendatang, RTH adalah "paru-paru kota" yang menyerap CO2. Di tengah gempuran beton, RTH adalah "spons kota" yang menampung air hujan & melawan banjir. Keseimbangan alam mutlak dijaga di sini.

​4. Menyelamatkan "Brand" Jogja ❤️
Pada akhirnya, menjaga RTH = menyelamatkan "brand" Jogja yang sesungguhnya: kota yang adem, santai & nyaman. Identitas ini terancam oleh kemacetan & polusi. Konservasi RTH adalah investasi jangka panjang untuk pariwisata yang berkelanjutan.

​Ini adalah simbiosis: Pariwisata butuh RTH untuk destinasi baru dan menjaga "wajah" Jogja. Konservasi RTH butuh aktivitas kita (termasuk perekonomian masyarakat & UMKM lokal di sekitarnya) agar tetap hidup & lestari.

​Jadi, sudahkah ikut menjaga oase di kota kita? Yuk, share RTH favoritmu untuk healing di Jogja! 👇

Address

Jalan Menteri Supeno No. 53, Pandeyan, Kec. Umbulharjo
Yogyakarta City
55162

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Wisata Djogja posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share