22/03/2025
Nasionalisme hari ini tidak lebih dari topeng kekuasaan. Kita disuruh bangga jadi bangsa besar, tapi perut-perut kita dikosongkan, suara-suara kita dibungkam, dan hak-hak kita digadaikan atas nama 'persatuan'.
Kita disuruh mencintai negara, tapi tidak pernah diajari mencintai kebenaran. Lantas, kapan kita sadar bahwa yang harus diperjuangkan bukan lagi nasionalisme-semu, melainkan sebuah kemerdekaan berpikir dan keberanian untuk bersuara?
Jika nasionalisme hanya dijadikan alat untuk menekan, maka sesungguhnya musuh bangsa ini bukan 'orang luar'—tapi negara yg terus membajak makna kebangsaan demi kekuasaan. Jadi, mari kita rebut kembali imajinasi kita sebagai bangsa yang merdeka, bukan bangsa yang dikendalikan bayang-bayangnya sendiri.
Selengkapnya, sila baca di laman: https://antinomi.org/membayangkan-negara-indonesia-aristoteles-hingga-benedict-anderson/
Selamat membaca!
Ditulis oleh: Fajar Nurcahyo
Jika ditelusuri jauh ke belakang, konsep tentang negara berakar dari ‘polis’, yang dalam pengertian awalnya merujuk pada suatu tempat atau pusat kehidupan di mana para penghuninya