
16/06/2022
FAJAR gerakan literasi sedang merekah. Di Maluku sendiri, bak jamur di musim hujan, beberapa tahun terakhir begitu terlihat tumbuh subur komunitas-komunitas dan gerakan literasi dari berbagai sudut desa, membentang dari Maluku Barat Daya hingga Seram Bagian Timur. Inisiatif baik seperti ini perlu diapresiasi.
Tumbuh suburnya komunitas dan gerakan literasi terutama digawangi oleh anak muda. Walaupun ini tidak mengecualikan inisiatif serupa yang telah dibangun oleh generasi yang lebih tua, entah yang dikenal publik, atau mengabdi dalam sunyi. Tetapi tidak bisa dipungkiri, fenomena lahirnya komunitas dan gerakan literasi beberapa tahun terakhir memperlihatkan peran dominan yang dimainkan oleh anak muda yang membidaninya.
Inisiatif baik ini patut diapresiasi di tengah muramnya Indeks Pembangunan Manusia di Maluku.
Tetapi peluang tersebut bukan tanpa tantangan.
Gerakan-gerakan literasi yang diinisiasi oleh anak muda dengan sasaran anak-anak dan juga anak muda di desa-desa juga hadir di tengah tantangan yang tak kalah rumitnya. Sebagai misal, pemuda adalah salah satu populasi yang terus bermigrasi keluar dari desa untuk mencari peluang penghidupan di kota maupun di tempat-tempat lain di luar daerah. Ini bukan tanpa sebab. Salah satu faktor pendorongnya adalah makin tingginya angka pengangguran di desa karena sempit atau tiadanya peluang kerja. Halmahera dan Sorong, untuk menyebut beberapa, adalah dua dari beberapa tempat tujuan para pemuda di Maluku mencari peluang kerja tersebut.
Pada titik ini, gerakan literasi yang didorong oleh niat untuk perubahan sosial yang lebih baik mendapat tantangannya.
Peluang dan tantangan gerakan literasi inilah yang akan menjadi topik Bacarita kali ini. Dipantik oleh Kepala Sekolah Advokasi Remaja, Kaka Desi Rahmawaty, salah seorang pemuda Maluku yang punya pengalaman mumpuni dalam gerakan literasi.
Ayoo, mari ikut bergabung dan berbagi cerita.