PT. Cinta Sejati

PT. Cinta Sejati .

Seorang ayah membawa anak yg sedang sakit saat bekerja jadi ojol karena di rumah nya tidak ada yg menjaga anaknya 🥹Sehat...
21/04/2025

Seorang ayah membawa anak yg sedang sakit saat bekerja jadi ojol karena di rumah nya tidak ada yg menjaga anaknya 🥹
Sehat selalu ya pak dan adenya 🤲

Seharusnya koruptor hatinya bergetar dan malu lihat ini, perjuangan anak kecil mencari uang halal untuk hidupi keluarga....
06/04/2025

Seharusnya koruptor hatinya bergetar dan malu lihat ini, perjuangan anak kecil mencari uang halal untuk hidupi keluarga.
Viral kisah seorang bocah bernama Muizatul Halim (12) asal Garut yang berjuang keras membantu kedua orangtuanya untuk menghidupi dan merawat 7 orang adiknya.
Kisahnya pertama kali dibagikan oleh seorang konten kreator asal Garut bernama Sri Pujawati (28) atau Desrigemoy di akun Tiktoknya, hingga didatangi Ytr Ncepbilal.
Dari penelusuran Tribunjabar. id, Muiz merupakan warga Kampung Siderang Datar, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Muiz yang masih duduk di bangku kelas enam sekolah dasar rela menghabiskan masa kecilnya dengan berjualan cakue demi membantu kebutuhan sehari-hari kedua orangtuanya.
Bahkan, ia rela bangun dini hari untuk meracik adonan cakue yang nantinya akan ia jual di sekolahnya sebelum masuk kelas.
"Jam tiga subuh Muiz memang sudah bangun, membantu saya membuat adonan cakue, sampai subuh baru digoreng dan disiapkan untuk dijual," ujar Erin (35) ibunda dari Muiz saat ditemui Tribunjabar. id di kediamannya
Ia menuturkan, cakue buatan anaknya itu dijual seribu rupiah per 10 buah.
Uang hasil dari jualan itu kemudian dipakai untuk kebutuhan sehari-hari termasuk untuk menghidupi adik-adik Muiz.
Jika cakuenya tidak habis ungkap Erin, maka anaknya itu akan kembali berjualan di sekolah agama sep**ang dari sekolah dasar.
"Bapaknya Muiz memang p**angnya tiga atau empat bulan sekali, pekerjaannya melaut, kalau p**ang ada bekal ya di awet-awet saja," ungkapnya.
Pantauan Tribunjabar. id, rumah Muiz dibangun dengan bangunan bambu, tidak ada wc di dalamnya.
Dapur dan ruang tengah menyatu.
Di sisi lain terdapat satu kamar berhadapan dengan dapur.
Dari keterangan Erin, anak-anaknya setiap malam harus tidur di kamar dan berbagi tempat di ruang tengah.
Di ruang tengah tersebut terdapat satu buah ranjang, satu lemari dan sisanya terdapat ayunan kain yang tergantung.
Sementara itu, baju-baju dan perlengkapan lainnya tergeletak begitu saja di setiap sudut rumah.
"Kalau mau ke WC ya ikut ke sodara ke tetangga, untuk mandi dan lain-lain," ungkapnya
Muiz sendiri mengaku tidak malu untuk berjualan cakue setiap hari di sekolahnya, ia menyebut aktivitasnya itu dilakukan sejak duduk di bangku kelas empat.
"Dulu dagangan punya pak haji, sekarang bikin sendiri jualan sendiri kalo ada terigunya," ujarnya.
Setelah viral, Muiz kini banyak didatangi orang.
Para dermawan berbondong-bondong membantu keluarganya.
Orang yang pertama kali mengunggah kisah Muiz adalah Sri Pujawati, ia menyebut saat ini keluarga Muiz banyak mendapatkan bantuan.
Di antara bantuan pembangunan MCK dan dapur dari Ytr Ncepbilal.
"Kemudian ada bantuan tv, alhamdulillah followers saya ada yang nyumbang, ini rizkinya Muiz," ujarnya

Seorang Bocah Yatim Piatu Jual Cilok demi Menghidupi Adik-adiknyaMasih bocah, namun sudah berfungsi seperti seorang ayah...
14/03/2025

Seorang Bocah Yatim Piatu Jual Cilok demi Menghidupi Adik-adiknya
Masih bocah, namun sudah berfungsi seperti seorang ayah, kadang-kadang juga seperti seorang ibu, bagi adik-adiknya. Dalam sebuah liputan televisi, ia terlihat sedang memberikan susu botol bagi adik bungsunya yang masih bayi berusia 10 bulan.
Tapi yang lebih mengharukan sekaligus menginspirasi adalah ketika ia dengan sepeda mininya berkeliling kampung di bilangan Pondok Aren, Tangerang Selatan, menjajakan cilok goreng yang ditarok di keranjang di belakang sepeda. Cilok adalah makanan kecil khas Jawa Barat berbahan dasar tepung tapioka, bulat seperti bakso, tapi dengan bumbu kacang, kecap, dan saus.
Muhammad Saputra, atau biasa dipanggil Putra, bocah 12 tahun itu terlihat lincah melayani pembeli ciloknya, setelah diberinya baluran saus kacang dan membungkus dalam kemasan styrofoam. Keuntungan berjualan cilok dari sore sep**ang sekolah hingga larut malam, sangat diperlukan buat kebutuhan sehari-hari satu keluarga, termasuk pembeli susu adik bungsunya itu.
Dari cilok itu p**alah uang untuk mengontrak rumah kayu berukuran 3X5 meter, yang juga mengangkat kisah ini, menulis bahwa dalam sehari Putra mampu menjual 250 tusuk cilok yang berharga Rp 2.000 setiap tusuk.
Namun tidak dijelaskan berapa keuntungan yang dibawa p**ang oleh Putra. Cilok tersebut dibuat oleh tetangganya bernama Ratini yang kasihan melihat nasib anak-anak yatim piatu itu. Putra tinggal menjajakan dan melayani pembeli.
Ibunya berp**ang setelah melahirkan adik bungsunya, tak lama kemudian ayahnya yang dipanggil Tuhan karena mengidap penyakit paru-paru. Kedua orang tuanya meninggal di tahun 2018 lalu.
Maka jadilah ia seorang anak yatim piatu bersama tiga saudaranya. Putra sebetulnya merupakan anak nomor dua, tapi seolah-olah ia yang menjadi kepala keluarga. Kakaknya, seorang perempuan berusia 17 tahun, dulunya berjualan cilok yang dibuat oleh ibunya.
Tapi sekarang si kakak sibuk mengurus adik bungsunya, sehingga tugas itu dipikul oleh Putra dengan penuh semangat. Padahal teman-teman seusianya asyik bermain bola. Putra pun punya impian jadi pemain bola, seperti yang dibilangnya saat diwawancara oleh reporter televisi, ia ingin menjadi pemain Persib Bandung.
Seorang adik Putra lainnya masih sekolah di TK. Kakaknya telah menikah dengan seorang sopir angkot tapi tetap tinggal di rumah tersebut, sehingga ada 5 orang yang harus dihidupi yang bersumber dari keringat Putra dan kakak iparnya.
Banyak s**a duka Putra saat berjualan cilok. Sukanya bila ada pembeli yang membayar lebih dari harga yang seharusnya karena merasa iba. Dukanya, pernah diserempet mobil, eh malah pengemudinya marah-marah dan minta ganti rugi. Untung ada yang membela Putra. Pernah p**a pedagang cilok lain yang mengusir Putra karena dianggap berjualan di daerah kekuasaannya.
Setelah kisah Putra muncul di televisi dan media lainnya, Pemkot Tangerang Selatan telah melihat kondisi Putra bersaudara di rumahnya. Pemkot melalui Dinas Sosial sudah memberikan bantuan kebutuhan dasar pangan dan selanjutnya diusulkan memperoleh program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu

Lansia 69 Tahun Penjaga Makam H1dup svlit dan Seb4t4ng k4ra!“Walaupun Abah udah gak ada (meninggal), udah gak ada yg naf...
14/03/2025

Lansia 69 Tahun Penjaga Makam H1dup svlit dan Seb4t4ng k4ra!
“Walaupun Abah udah gak ada (meninggal), udah gak ada yg nafkahin lagi, tapi Emak masih bisa kerja, masih bisa makan (*nasi + garam saja)”, Ucap Nek Amah
Nek Amah (69 tahun) hidup seb4t4ng k4ra setelah beberapa tahun yang lalu sang suami yaitu Abah Marin meninggal karena sakit keras.
“Waktu itu Emak inget si Abah manggil Emak dari kamar, katanya minta minum, pas Emak abis ambil minum untuk si Abah, Abah udah meninggal”, Ucap Nek Amah bercerita tentang suaminya.
Semenjak saat itu Nek Amah hidup seb4t4ng k4ra karena beliau tidak memiliki anak atau sanak saudara yang bisa membantu kehidupannya kini.
Bahkan saat Abah dulu sedang sakit, Emak merawat Abah seorang diri di rumah kumuhnya itu karena tidak ada biaya untuk berobat ke rumah sakit.
“Abah dulu dagang buah keliling, Cuma pas sakit waktu itu si Abah gak jualan, Emak dari dulu bantu Abah kerja jadi tukan bersih bersih makam, karena gak ada uang jadi Emak gak bisa bawa Abah buat berobat ke dokter, Emak merasa bersalah sekali sampe sekarang masih s**a kepikiran”, Ucap Nek Amah.
Kini kehidupan Nek Amah hanya bergantung dari penghasilan nya sebagai tukan bersih makam saja.
Dari pekerjaan nya ini Nek Amah paling paling hanya mendapatkan uang sebesar 15 sampai dengan 30 ribu rupiah. Namun penghasilan ini hanya Nek Amah dapat jika ada yang sedang berziarah saja ke makam, jika tidak Nek Amah hanya bekerja membersihkan makam tanpa mendapatkan upah sama sekali.
Namun Nek Amah tetap ikhlas membersihkan makam umum tersebut walaupun tidak ada upahnya. Tetapi ada alasan lain mengapa Nek Amah tetap membersihkan makam walau sedang tidak ada yang berziarah.
“Walaupun gak ada yang dateng ziarah, tapi Emak tetap bersih bersih makam, sekalian bersihin makam nya si Abah, kalau Emak lagi sehat hampir setiap hari sehabis bersih bersih Emak duduk di samping makam si Abah, Emak selalu berdoa dan bilang minta maaf ke Abah karena Emak dulu gak mampu bawa Abah ke dokter”, Ucap Nek Amah.

Dit1pu karena Tunanetra, Pedagang Kerupuk Balas dengan Doa“Saya pernah dit1pu, beli kerupuk 10ribu, dikasih uang, bilang...
14/03/2025

Dit1pu karena Tunanetra, Pedagang Kerupuk Balas dengan Doa
“Saya pernah dit1pu, beli kerupuk 10ribu, dikasih uang, bilangnya 50ribu. Saya udah curiga, kok ukurannya gak kayak uang 50ribu, tapi kan gak mau suudzon juga, saya kembaliin 40ribu. Gak taunya beneran cuma 2ribu.
Pernah juga, ada orang bilangnya dari perusahaan di Jakarta, mau kasih sembako. Terus pergi dulu katanya beli materai. 1 jam gak balik-balik, tau-tau kerupuk saya udah ilang 7 bungkus.”
***
Sahabat, pernah terbayang ada orang tega mengambil hak saudara difabel seperti Bu Rohiyati (40 th)? Ibu tunanetra yang berhasil menyekolahkan anak-anaknya lewat terapi pijat, menyanyi panggilan, dan berjualan kerupuk keliling?
Barangkali, di jalan kita sering berpapasan dengan saudara-saudara kita seperti Bu Rohiyati. Kerupuk yang beliau pikul puluhan kilometer hanya Rp1,000 sebuah, tetapi perjuangannya menafkahi anak-anak di rumah, bayar sewa kos petakan tiap bulan meski tak bisa melihat, tak ternilai harganya.
Buat Bu Rohiyati, dengan perjuangan sekeras itu, entah bagaimana caranya, memaafkan orang-orang yang menipu Bu Rohiyati bukan perkara sulit.
“Saya ikhlas kalau memang butuh mah. Ya Alhamdulillah kalau memang ada rezeki, berbagi meski kita pas-pasan kan gak ada salahnya. Bukan berarti karena kita lagi pas-pasan, jadi alasan buat gak berbagi.”
Sahabat, hari ini Bu Rohiyati dan ribuan saudara dhuafa difabel kita sedang berupaya memikul dagangannya, dengan segala keterbatasan berusaha menafkahi keluarga dengan cara-cara halal yang mampu mereka tempuh.

Tertangkap Selingkuh dengan Brondong Saat Suami Pergi Salat Tarawih, Sang Istri Sujud Minta AmpunAksi seorang istri kepe...
11/03/2025

Tertangkap Selingkuh dengan Brondong Saat Suami Pergi Salat Tarawih, Sang Istri Sujud Minta Ampun
Aksi seorang istri kepergok selingkuh dengan pria lain saat suaminya Salat Tarawih viral di media sosial.
Menurut informasi, aksi perselingkuhan istri tersebut terjadi di Lhoksumaweh, Aceh.
Video perselingkuhan itu dibagikan .viideo.
Dalam video itu disebutkan bahwa sang suami memergoki istrinya malah berselingkuh, saat dirinya tengah Salat Tarawih di masjid.
Dalam video yang beredar, diketahui suaminya mendapati sang istri malah berduaan dengan pria lain di rumahnya saat ditinggal salat tarawih.
Sang istri yang kedepatan selingkuh, terlihat bersujud mengemis ampun kepada suaminya karena merasa bersalah.
Ia bahkan mencium kaki sang suami agar mendapatkan ampunan dari suami yang sudah dikhianatinya.
Sementara selingkuhan sang istri, tampak tertunduk lesu disamping wanita yang sudah bersuami sambil mengangkat tangannya memohon ampun.
:"Gua sih ogah balik lagi,dia selingkuh secara sadar"
:"Selingkuhan nya brondong ya?"
:"Hahahaa jangan kasih ampunn"
"Astargfirullahhhhh ,, kelakuan istrinya parah banget," tambah netizen

Preman Pensiun dari Semarang, Dirikan Panti Asuhan untuk Puluhan Anak di SlemanPreman pensiun, layak disematkan pada sos...
11/03/2025

Preman Pensiun dari Semarang, Dirikan Panti Asuhan untuk Puluhan Anak di Sleman
Preman pensiun, layak disematkan pada sosoknya. Semula hidup dari jatah uang keamanan, di Semarang, Jawa Tengah kini banting tulang mengelola panti asuhan untuk puluhan anak di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Di hadapan saya duduk seorang lelaki berambut gondrong dengan tato bermotif rantai yang melingkar di lehernya. Sangar. Tato juga menghiasi dua lengannya. Bedanya, motif tato di kedua lengan ini sudah mulai samar sebab pernah ia coba untuk hilangkan.
“Sempat saya hapus. Tapi belum hilang sepenuhnya,” katanya tenang sambil duduk bersila. Ia lalu mengebulkan asap rokok Dji Sam Soe.
Menggunakan kaos oblong berwarna kuning dengan sarung, Prianggono, akrab disapa Mas Pri, kini menikmati keseharian di rumahnya yang terletak di Dusun Prigen, Widodomartani, Ngemplak, Sleman. Rumah sekaligus tempat ia merawat puluhan anak titipan. Sejak 2013, preman pensiun ini mendirikan Panti Asuhan bernama Darul Qolbi.
Awalnya hidup dari meminta jatah uang keamanan
Jalan yang ia tempuh itu memang jauh dari lingkaran kehidupan yang Mas Pri lakoni sebelumnya. Di Semarang, tempat ia lahir dan tumbuh dewasa, ia akrab dengan kehidupan jalanan. Penuh kekerasan, mabuk-mabukan, hingga obat-obatan terlarang.
Saat masih duduk di bangku SMP, Mas Pri mengaku sudah terbiasa dengan minum minuman beralkohol bareng teman-temannya. Congyang, minuman beralkohol legendaris dari Semarang, jadi salah satu kes**aannya.
Menginjak usia bangku SMA, Pri sudah menghiasi tubuhnya dengan tato. Aktivitasnya bersama rekan-rekan, juga mulai bertambah. Ia mulai menasbihkan diri jadi preman di kawasannya tinggal.
Hidup dari meminta uang jatah keamanan beberapa pertokoan. “Keras, pokoknya ya gelut itu sudah makanan sehari-hari,” terang lelaki kelahiran 1977 ini.
Suatu ketika ia merintis usaha, membuka toko konter pulsa. Tempat dagangan itu pun, ketika gelap menjelang, menjadi tempat mabuk-mabukan para rekan. Tidak hanya barang jualan yang tersedia di sana, kios itu seakan menjadi tempat penitipan barang-barang curian teman-teman Mas Pri.
“Zaman segitu, laptop yang masih langka itu kan barang lumayan. HP juga ada. Itu teman-teman saya kalau habis nggasak barang, menitipkannya di kios saya,” ujarnya.
Kehidupan itu, terus ia jalani sampai 2003 ketika ia bertemu perempuan yang kelak menjadi istrinya. Perempuan asal Sleman bernama Hesti itu tersenyum saat Mas Pri menceritakan kisah pertemuan mereka berdua. Hesti, sedang menyiapkan puluhan bungkus nasi sedekah yang akan diletakkan di masjid terdekat saat salat Jumat siang nanti.
Saat hubungan keduanya mulai merekat, Mas Pri mulai memikirkan masa depan. “Saya mulai berpikiran, apakah istri saya akan saya bawa ke kehidupan yang saya jalani saat itu?”, ujarnya.
Kendati kesadaran mulai datang, Mas Pri tidak bisa langsung meninggalkan dunia hitam. Bahkan saat keduanya akhirnya menikah pada 2004. Istrinya saat itu pun, memahami bahwa sang suami tidak bisa secepat itu meninggalkan kehidupannya sebagai preman.
Jadi preman pensiun setelah hidup yang melelahkan
Mas Pri akhirnya bisa mendapat profesi baru, tapi masih tak jauh dari masa lalunya. Ia mulai bekerja sebagai debt collector (DC) untuk sebuah bank. Pekerjaan itu menurutnya, tak bisa lepas dari kekerasan.
“Ya orang hutang itu macam-macam. Ada yang cukup diperlakukan halus tapi ada juga yang perlu agak sedikit keras,” kenangnya.
Menurutnya pekerjaan itu cukup bisa mendatangkan banyak pundi-pundi uang baginya. Namun, uang yang datang sepadan dengan biaya melepas penat yang harus ia keluarkan. Menagih utang baginya adalah pekerjaan yang melelahkan.
“Saya karaoke seminggu paling nggak tiga kali. Saking stresnya,” ujarnya.
Karaoke dan mabuk-mabukan adalah caranya melepas penat kerja. Mas Pri mengaku selalu pamit kepada sang istri saat hendak pergi karaoke bersama rekan kerjanya tengah malam. Sang istri pun ternyata memberinya izin.
Tapi akhirnya siklus hidup itu membuatnya lelah. Saat kejenuhan semakin memuncak, Mas Pri mulai terpikir untuk memulai hidup baru. Jauh dari lingkaran lama yang membuatnya jauh mengubah kehidupan.
“Hampir semua teman saya itu dunianya seperti itu. Banyak yang dipenjara bahkan saudara-saudara sendiri. Tetangga ada juga yang di Nusakambangan. Kalau tetap di Semarang, saya tidak bisa berubah,” paparnya.
Akhirnya, pada 2012 ia memutuskan benar-benar jadi preman pensiun dengan hijrah ke tanah kelahiran sang istri. Ia mantap mengubah dirinya. Jimat-jimat yang ia simpan, jimat yang menurutnya digunakan untuk melindungi saat berkelahi, ia bakar.
“Itu sebagai bentuk komitmen. Mengalahkan setan,” ujarnya tertawa.
Preman pensiun yang jualan soto di Jogja
Saat kami berbincang, beberapa anak-anak hilir mudik. Beberapa anak asuh yang masih duduk di bangku TK dan SD, baru p**ang sekolah. Mereka yang baru datang akan menyalami dan mencium tangan Mas Pri. Saat ini, ada 30 anak yang tinggal di panti asuhan yang ia kelola.
Keinginan untuk mengelola panti asuhan ini datang saat masa awal Mas Pri datang ke Jogja. Begitu sampai, meski mertuanya tinggal di Sleman, tak jauh dari lokasi panti asuhan, Mas Pri dan Mba Hesti memilih tinggal di sebuah kos. Mereka membuka usaha soto di daerah Deresan, Catur Tunggal, Sleman.
Di kos itu, ia mulai punya mimpi untuk mendirikan sebuah panti asuhan. Ia ingin bisa merawat banyak anak yang kurang mampu. Menjaga asa dan harapan mereka. Juga sebagai langkah penebusan dosanya di masa lalu.
“Di kos itu, saya gambar rumah bayangan, rumah yang bisa jadi panti asuhan. Bersama istri, kalau malam saya s**a bicarakan mimpi itu,” ujarnya. Matanya lalu menatap sang istri yang sedari tadi masih sibuk membungkus nasi
Keinginan itu juga ia sampaikan ke beberapa teman dekatnya. Beberapa teman yang mulai ia kenal di Jogja. Waktu berjalan, ujarannya itu tersebar getok tular ke beberapa relasi rekannya. Sampai suatu ketika, tiba-tiba ada orang yang menghubungi dan hendak menitipkan anak.
Padahal saat itu, ia masih belum punya rumah sendiri. Akhirnya, ia putuskan untuk menetap di rumah mertua. Membawa anak yang dititipkan padanya. Awalnya satu, menjadi dua, hingga total delapan anak yang ia asuh di rumah mertuanya.
“Dulu itu anak-anak tidur di ruang tamu. Kalau pagi, kasurnya dibereskan. Begitu sampai saya mulai beli tanah,” katanya.
“Bahkan belum selesai bangun rumah, sudah ada yang datang mau beri sumbangan. Dia tanya di mana pantinya? Saya jawab baru ada pondasinya,” sambungnya terbahak.
Teman dan congyang yang datang menggoda
Setelah mulai mengasuh anak, suatu ketika teman-teman lamanya di Semarang memberi kabar hendak berkunjung ke Jogja. Mereka berencana silaturahmi sekaligus menawari Mas Pri untuk bekerja sebagai DC kembali.
Mereka datang berombongan menggunakan mobil. Sesampainya di kediaman Mas Pri, teman-teman itu kaget.
“Oalah, jebul koe tenanan ngurusi panti asuhan saiki,” ujar Pri, menirukan keheranan teman lamanya.
Teman-teman yang sudah membawa satu krat congyang di mobil, lantas membatalkan agenda mabuk-mabukan. Mereka sungkan, tak mengira bahwa Mas Pri betul-betul sudah menjadi preman pensiun yang berubah 180 derajat dari yang mereka kenal sebelumnya.
Waktu berjalan, setelah modal terkumpul, bangunan tempat panti asuhan ini pun berdiri. Anak-anak yang diasuh juga bertambah. Delapan menjadi belasan, hingga akhirnya sekarang ada tiga puluh anak beragam usia dalam asuhan Mas Pri dan istrinya.
Beratnya mengasuh anak
Saat awal mengasuh, Mas Pri merasakan keterikatan yang mendalam dengan anak. Suatu ketika ada seorang ibu muda yang menitipkan anak bayinya ke panti. Dengan senang hati, Mas Pri menerima anak tersebut.
“Ibunya saat itu sedang stres. Suaminya pergi meninggalkan saat dia masih hamil,” kenang bapak satu anak ini.
Setiap malam, selama sepekan, Mas Pri menimang bayi itu dengan penuh sayang. Sang bayi kerap menangis, tapi ketika berada di gendongan, ia akan tenang.
“Rasanya, senang dan sayang sekali,” terangnya.
Tapi, tepat seminggu bayi itu di rumah, ibunya kembali datang. Sang ibu hendak mengambil kembali bayi bernama Fitri itu, meski kondisi mental sang ibu belum benar-benar pulih.
“Saat itu rasanya benar-benar kehilangan. Ada rasa khawatir dengan sang anak. Tapi bagaimana pun anak itu bersama ibunya sendiri,” terangnya.
Momen itu membuatnya sadar, semua anak yang ia asuh merupakan titipan. Suatu saat orang tua atau saudara mereka akan kembali datang. Jika tidak pun, ketika anak beranjak dewasa, mereka akan menempuh hidupnya sendiri.
Di tengah perbincangan, seorang anak menggunakan seragam SD datang. Anak bernama Safa yang sudah setahun di tinggal di panti itu menyalami Mas Pri dan mencium tangannya.
“Dia sejak masuk ke sini belum pernah ditelfon sama keluarganya. Ibunya sudah meninggal,” ujar Mas Pri setelah sang anak beranjak pergi.
Separuh anak di panti ini berada di usia remaja, duduk di bangku SMA. Semuanya bersekolah yang sama. Selain itu, untuk anak-anak jenjang SMP bersekolah di dua tempat dan jenjang SD di tiga tempat. Setiap pagi, Mas Pri mengantar mereka menggunakan mobil ambulans yang sudah dimodifikasi tempat duduknya.
Tempat tinggal anak perempuan dan laki-laki di sini juga terpisah. Anak perempuan tinggal di kompleks bangunan yang menyatu dengan rumah Mas Pri. Sedangkan laki-laki, berada di sebuah pondok yang letaknya beberapa ratus meter dari rumah tersebut.
Membangun peternakan dan budidaya bonsai
Bagi Mas Pri, mengasuh anak-anak ini bukan hal mudah. Pernah ia mencoba menyambi dengan bekerja di luar. Tapi, ada saja hal yang membuatnya terpikirkan anak-anak di rumah di tengah kesibukan. Sehingga ia memilih lebih sering di rumah.
“Ya punya anak dua saja sudah banyak pikiran. Apalagi mengasuh tiga puluh,” ujarnya.
Untuk itu, sejak awal ia mencoba mengelola usaha di rumah yang bisa melibatkan para santri juga. Beberapa tahun sejak bangunan khusus panti berdiri, Mas Pri mulai memelihara kambing dan domba. Kandangnya ada di belakang rumah.
Saat ini, usaha yang ia beri nama Miracle Farm ini sudah punya lebih dari 100 ekor domba dengan beragam jenis. Ketika sedang tidak berkegiatan sekolah, anak-anak juga kerap terlibat untuk merawat ternak. Buat Pri, ini bisa jadi latihan mereka untuk hidup mandiri kelak.
Pri mengajak saya berkeliling melihat kandang ternaknya. Aura bahagia terpancar dari wajahnya saat melihat domba-domba bunting di salah satu area kandang. Setiap Idul Adha, hasil penjualan ternak ini bisa ia gunakan untuk membayar biaya-biaya sekolah anak-anak.
Setelah itu, ia juga menunjukkan tempat ia sedang membudidayakan bonsai, usaha baru yang sedang dirintisnya. Budidaya bonsai itu belum genap setahun. Tapi ia optimis ini bisa jadi jalan untuk menambah pemas**an untuk menutup operasional panti asuhan.
Sudah sepuluh tahun ia mengelola panti asuhan. Sejauh ini, ia mengaku belum pernah mengirim proposal untuk pengump**an dana. Untuk memenuhi kebutuhan, selain lewat usaha-usaha yang ia jalankan, terkadang ada bantuan yang datang tanpa ia minta.
Ia punya prinsip bahwa dirinya tak punya kontribusi apa-apa bagi kehidupan anak-anak di sini. Ia hanyalah perantara dari rezeki yang sudah Tuhan gariskan.
“Apa yang kita hasilkan ini sejatinya semua dari Gusti Allah,” pungkas preman pensiun dari Semarang yang menghidupi puluhan anak panti asuhan.

Perjuangan Nenek Penjual Kayu Bakar Ini Demi Hidupi Kakak TunanetraDi usia senjanya ia harus banting tulang mencari nafk...
10/03/2025

Perjuangan Nenek Penjual Kayu Bakar Ini Demi Hidupi Kakak Tunanetra
Di usia senjanya ia harus banting tulang mencari nafkah untuk bertahan hidup. Itu semua dilakukan oleh Nenek Suti (78) untuk menghidupi kakak nya yang sudah tua dan tunanetra. Setiap hari ia harus berjalan mencari kayu bakar yang nanti nya nenek jual.
Dari jam 7 pagi hingga jam 2 siang, nenek menjual kayu bakar yang dikumpulkan nya kepada orang yang memesan kayu kepada nenek. Namun, semua itu di lakukan nenek tak setiap hari jika ada orang yang memesan kayu yang nenek cari.
Biasanya nenek hanya dapat upah 5 ribu saja dari satu ikat kayu bakar.
Sebelum bekerja nenek harus merawat kakak nya dirumah karena segala aktifitas di bantu oleh nenek Suti. Menurut nenek, ia tak bisa lama meninggalkan kakak nya di rumah sendirian karena harus memberi makan dan merawat kakaknya.
Nenek harus kuat dan semangat, karena nenek harus menjaga kakak yang sedang sakit dirumah. Ia dan kakaknya bisa makan jika kayu bakar yang dijual nya laku.
Nenek cerita katanya ia pernah tak makan selama 1-2 hari karena kayu bakar yang di jual nya tak ada yang beli😭bahkan untuk tidur pun nenek dan kakaknya hanya beralaskan tikar saja.
Uang hasil jualannya di gunakan untuk membeli beras dan kebutuhan kakak nya yang sering sakit, Iyan (96) sudah lama terbaring di tempat tidur karena, kondisi nya yang sudah sakit-sakitan dan tak bisa melihat.
Selama ini nenek hanya tinggal bersama kakak nya dirumah sederhana miliknya. Sebenarnya nenek pernah menikah namun, suaminya sudah meninggal 25 tahun lalu dan selama pernikahan nya nenek tak memiliki keturunan.

Kisah Pilu Siswa SMA Jualan Sayur Keliling Demi Biaya Sekolah, Seragam Cuma Ada Satu Semua anak di Indonesia wajib menge...
09/03/2025

Kisah Pilu Siswa SMA Jualan Sayur Keliling Demi Biaya Sekolah, Seragam Cuma Ada Satu
Semua anak di Indonesia wajib mengenyam pendidikan. Namun, tidak semua pelajar di Indonesia mempunyai nasib yang sama satu dengan yang lainnya.
Sebuah video memperlihatkan perjuangan Adia, seorang siswa SMA yang rela berjualan sayur keliling demi memenuhi biaya untuk sekolah.
Hal itu ia lakukan untuk membantu ibunya yang menjadi buruh cuci dengan penghasilan yang tidak seberapa. Berikut ulasannya.
Jualan Sayur Keliling
Sebuah video yang diunggah oleh akun T1kt0k memperlihatkan perjuangan siswa SMA yang harus berjualan sayur keliling sambil memakai seragam.
Ia rela berjualan sayur keliling untuk membayar biaya sekolahnya sendiri. Dalam video tersebut, terlihat sang siswa memikul pikulan yang berisi sayuran dan menawarkannya ke rumah-rumah warga.
“Ia pikul sayur-sayuran dan ia jajakan sepanjang jalan menuju ke sekolah, ia lakukan semua ini karena tidak ingin putus sekolah,” tulis keterangan di dalam video.
Seragam Cuma Punya Satu
Kekurangan dalam ekonomi juga membuat Adia mengalami kesulitan dalam membeli seragam. Dikatakan juga dalam video tersebut bahwa ia hanya mempunyai satu pasang seragam.
Ia memakai satu pasang seragam sekolah dan satu pasang sepatu yang dipakai untuk sekolah setiap hari.
“Tahukah Anda bahwa Adia hanya memiliki satu setel seragam sekolah dan satu pasang sepatu,” tulis keterangan video.
Mengumpulkan Uang untuk Beli Seragam
Meskipun hanya punya satu seragam, Adia juga tidak berhenti untuk berjuang dalam membeli seragam untuk ganti.
Ia setap hari mengumpulkan uang sedikit demi sedikit supaya bisa membeli seragam sekolah lagi.
“Adia juga inisiatif buat beli seragam hasil berjualan Adia s**a ngumpulin uang Rp5.000 sehari kadang Rp2.000,” Kata Adia.
Bantu Orang Tua
Semua yang dilakukan oleh Adia adalah dalam rangka untuk membantu orang tua. Bapaknya yang sakit dan ibunya yang hanya menjadi buruh cuci membuatnya harus ikut mencari nafkah.
Adia mengatakan bahwa bapaknya yang sudah tiga tahun sakit membuat ibunya harus bekerja, akan tetapi penghasilan ibunya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
“Bapak lagi sakit udah tiga tahun dan akhirnya ibu yang nafkahi keluarga. Berangkat pagi p**ang maghrib paling bawa uang Rp50 ribu,” ujar Adia.

Kisah Pilu Elsa Jalan Kaki 3,4 KM ke Sekolah Bawa Bekal Ubi, Ibu Kandung Tak Ada Kabar jadi TKWKisah pilu datang dari El...
09/03/2025

Kisah Pilu Elsa Jalan Kaki 3,4 KM ke Sekolah Bawa Bekal Ubi, Ibu Kandung Tak Ada Kabar jadi TKW
Kisah pilu datang dari Elsa(15) siswi SMP di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, yang rela jalan kaki menempuh jarak 3,4 km untuk sampai ke sekolahnya.
Sehari-hari, Elsa harus berangkat sangat pagi pukul 5.30 WITA untuk ke sekolah karena keterbatasan hidupnya.
Elsa pun tak lupa selalu membawa bekal seadanya, yakni ubi yang disiapkan ibu sambungnya.
Awalnya kisah ini diketahui warga dari sebuah video yang pertama kali diunggah oleh pemilik akun Fb Amelia Lia.
"Iya, kemarin saya jalan kaki ke sekolah dengan jarak 3,4 kilometer. Bapak sedang sakit dan kakak tidak bisa mengantar ke sekolah," ucapnya.
"Kalau ubi itu bekal dari ibu untuk makan di sekolah," kata Elsa menceritakan hal-hal yang ada dalam video tersebut saat ditemui Tribunjatim.com, di rumahnya, Namun, tak jarang kata Elsa ubi tersebut ia jual lagi demi untuk membeli nasi di sekolah.
"Tapi saya jual agar bisa beli nasi di sekolah,” kata Elsa
Elsa adalah anak kedua dari pasangan Umar dan Jadut.
Kedua orang tua tersebut sudah lama berpisah.
Sementara Elsa memiliki tiga saudara kandung dan satu saudara tiri.
Ibu kandung Elsa kini menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Brunei Darussalam, dan tidak pernah ada kabarnya.
"Sudah beberapa tahun ibu saya tidak ada kabar. Saya ingin terus sekolah, dan banggakan orang tua," ungkapnya.
"Saya harus giat belajar, agar bisa lulus dengan nilai bagus," kata Elsa.
Kekuatan media sosial ternyata menjadi saluran rezeki bagi Elsa.
Mendapat Hadiah Sepeda
Viralnya kisah pilu Elsa itu membuat orang-orang memberikan bantuan kepada Elsa.
Elsa mendapatkan sepeda dan tabungan pendidikan yang disalurkan dari Zubaidha, guru guru di SDN Simu atau wali kelas adik Elsa.
Elsa tak sanggup menahan air matanya, saat Zubaidha menyerahkan bantuan berupa tabungan pendidikan dan sepeda kepada bocah 15 tahun itu.
Zubaidha, yang ditunjuk pengawas untuk menyediakan rekening bank sebagai tempat penggalangan dana untuk Elsa.
Ada dana Rp 5,3 juta yang sudah terkumpul.
Rasa haru terpancar jelas dari wajah pelajar kelas IX SMPN 2 Maronge, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, yang basah dengan kulit yang memerah itu
Berkat bantuan ini, Elsa bukan hanya tak perlu berangkat terlalu pagi untuk berjalan kaki ke sekolah, tapi biaya pendidikannya juga lebih terjamin.
Selanjutnya, tabungan pendidikan yang diterima Elsa bakal diberikan setiap minggu.
Tabungan itu disimpan Zubaidha agar bisa digunakan secara tepat guna.
Tentu saja, Elsa mengaku senang bisa mendapatkan sepeda dan tabungan pendidikan.
Dengan sepeda, Elsa hanya butuh waktu sekitar 30 menit menuju ke sekolah.
Tak hanya itu, ada p**a warga yang langsung datang dan memberikan bantuan.
Ada yang memberi kasur, dan juga perlengkapan sekolah.
Bantuan Pemerintah
Kepala Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Sumbawa Abu Bakar juga turut datang dalam kunjungan kemarin.
"Iya, hari ini kami datang untuk verifikasi data orangtua Elsa. Kebetulan keluarga Pak Umar masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)," kata Abu Bakar.
"Keluarga Elsa menerima bantuan KIP, PKH dari 2012-2021, bantuan beras pangan dan BLT dari dana desa," kata Abu Bakar.
Bahkan dari desa juga pernah dapat bantuan uang karena ayah Elsa hanya tukang pemecah batu.
"PKH keluarga Elsa terhenti saat ibunya berangkat jadi PMI ke Brunei Darussalam."
"Dan ayah Elsa menikah lagi dengan ibu sambungnya," sebut Abu Bakar.
Namun sudah lima bulan Umar berhenti bekerja karena kondisi kesehatannya.
"Saat ini bapak Elsa sedang sakit batu ginjal," kata dia.
"Sementara ibu sambungnya bekerja sebagai ibu rumah tangga," sebut dia.
Berangkat dari fakta itu, kata Abu Bakar, pemerintah memberikan bantuan berupa beasiswa untuk Elsa agar bisa melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP.
Dengan beasiswa ini, Elsa akan bersekolah dan tinggal di asrama di Mataram.
"Semoga Elsa bisa fokus sekolah, rajin belajar hingga lulus dan lanjutkan pendidikan."
Umar tentu berterima kasih telah mendapat atensi ini.
"Selama ini sesekali saya bisa antar Elsa ke sekolah, tapi beberapa waktu ini dia jalan kaki karena tidak ada yang antar," kata Umar.
Umar mengaku tak menyangka bahwa keluarganya bakal menerima bantuan.
Bahkan bantuan tersebut datang dari orang-orang tak dikenal, hanya karena menyebarnya video sang anak di media sosial.
Ia berharap pada salah satu dari anaknya ada yang bisa melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
"Saya bersyukur Elsa dapat beasiswa. Saya izinkan dia sekolah di Mataram," ucap Umar.

Address

Ulaanbaatar

Telephone

+97694847507

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when PT. Cinta Sejati posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share