01/08/2025
Ranger di Tengah Banjir"
Hujan turun sejak dini hari, menyelimuti kampung itu dengan tirai air yang tak kunjung usai. Jalanan tanah berubah menjadi sungai keruh, merendam rumah-rumah kayu dan menenggelamkan kenangan di setiap sudut desa.
Namun di tengah derasnya hujan dan kepanikan warga yang menyelamatkan barang-barang seadanya, sebuah cahaya muncul dari tikungan jalan. Sorot lampu dari sebuah mobil Ford Ranger berwarna oranye membelah kabut hujan, mengaum perlahan menantang derasnya arus. Kendaraan itu bukan sekadar mobil, tapi harapan bagi desa kecil yang sering kali terlupakan saat bencana datang.
Di balik kemudi adalah Pak Rudi, seorang relawan dari kampung sebelah. Setiap musim penghujan, ia selalu siap dengan Ranger tua warisan ayahnya, yang kini sudah dimodifikasi untuk medan ekstrem. Di bak belakang, terisi karung-karung berisi sembako, tikar, selimut, dan kotak P3K.
Anak-anak desa berlari ke tepi jalan, sebagian setengah basah kuyup, menatap kagum mobil oranye yang tampak seperti monster penolong. Pak Rudi berhenti sejenak, membuka jendela dan menyapa warga.
"Bu Yuni mana? Mana posko sementara?"
"Di balai dusun, Pak. Tapi air sudah hampir sampai sana," jawab seorang pemuda dengan wajah cemas.
"Baik, naikkan semua barang ini ke balai, kita mulai dari situ. Yang bisa bantu, ayo ikut. Kita saling jaga."
Dengan perlahan tapi pasti, Ford Ranger itu kembali bergerak, menembus banjir, menyusuri jalanan yang tak lagi bisa dibedakan dari sungai. Ia bukan sekadar kendaraan—ia adalah penyambung asa, satu-satunya tumpuan saat dunia terasa terlalu basah dan berat.
Dan di antara deru mesin dan suara hujan yang tak henti, semangat gotong royong tumbuh kembali. Di kampung kecil itu, Ford Ranger menjadi simbol bahwa sesulit apapun hari ini, selalu ada yang siap datang membawa terang di tengah kelabu.