Pondok Inspirasi

  • Home
  • Pondok Inspirasi

Pondok Inspirasi Pondok Inspirasi membagikan segala sesuatu yang dapat menginspirasi & memotivasi kita untuk menjadi lebih baik dengan cara yang menghibur dan ringan.

M4suk ke Hutan untuk Cari WaIet, 8 Warga Ini Malah Temukan B4ng.kai Pesawat Yang Hilang 28 Tahun Lalu, Pen4mpakan F0t0 n...
11/06/2025

M4suk ke Hutan untuk Cari WaIet, 8 Warga Ini Malah Temukan B4ng.kai Pesawat Yang Hilang 28 Tahun Lalu, Pen4mpakan F0t0 nya bikin Merinding...

“sabar ya dek, kalau jualannya habis kita pulang” kata yang keluar dari wildan setiap hari pada adiknya.wildan dan adikn...
11/06/2025

“sabar ya dek, kalau jualannya habis kita pulang” kata yang keluar dari wildan setiap hari pada adiknya.

wildan dan adiknya tiap hari keliling jualan gorengan, mereka harus cari makan sendiri untuk makan.

ayah dan ibu pergi menelantarkan mereka, wildan yang masih duduk dibangku SD harus jadi tulang punggung.

ia menjual gorengan demi mendapatkan upah Rp 10 Ribu.

Umur berapa kamu merasa keren lepas dua tangan pas naik sepeda depan cewek2 🤔😁
11/06/2025

Umur berapa kamu merasa keren lepas dua tangan pas naik sepeda depan cewek2 🤔😁

Definisi sangat menyedihkan meninggalkan anak😭
10/06/2025

Definisi sangat menyedihkan meninggalkan anak😭

Tidur Di Gerobak Bersama Kedua Anaknya, Ibu Pemvlung Kais Rupiah Tuk Bisa Makan“Saya pernah nangis di pinggir jalan, ber...
10/06/2025

Tidur Di Gerobak Bersama Kedua Anaknya, Ibu Pemvlung Kais Rupiah Tuk Bisa Makan

“Saya pernah nangis di pinggir jalan, berteduh di depan toko saat hujan deras. Anak-anak saya meringkuk di dalam gerobak. Tak lama pemilik toko marah & mengusir kami karena dianggap menghalangi toko mereka. Sedih sekali, anak-anak saya ketakutan sekaligus menggigil kedinginan,” - Bu Emi.

Suaminya sakit keras berbulan-bulan, tak mampu cari uang dengan kerja serabutan.
Sementara kedua anaknya yang masih kecil butuh makan setiap hari. Sebagai seorang ibu, tentu tak bisa tinggal diam.

"Bagi ibu yang penting tetap diberi kesehatan agar bisa terus berjuang untuk anak dan keluarga. Cuma mereka harapan ibu. Jualan sampai malam pun tak masalah." Ungkap Ibu Emi menggetarkan hati.

Bu Emi keliling jalan raya, mendorong gerobak kayu berisi balon-balon yang dijual seharga 15rb.

Di samping itu, ia juga memungut botol bekas untuk dijual kembali, hitung-hitung menambah pemasukan karena balon sering tak laku.
Waktu Bu Emi & anak-anaknya lebih banyak dihabiskan di jalanan.

Tengah malam mereka pulang seringkali tak membawa uang sepeserpun. Anak-anaknya kelaparan hanya bisa menangis pilu.

Harapan Ibu Emi sederhana, ia ingin memastikan dua buah hatinya tumbuh dengan baik. Kelak bisa sekolah hingga perguruan tinggi negeri.
"Ibu tak pernah putus asa berjuang, walau kadang jatuh sakit juga, mas." Tutur beliau degan mata berkaca.

Wajah kantuk beliau tidak bisa bohong betapa sebenarnya beliau sudah sangat lelah dan ingin sekali beristirahat.

Bahkan mirisnya ternyata Ibu Emi terakhir makan siang tadi. Sebab uang yang tersisa hanya cukup membeli sebungkus nasi yang diberi untuk dua anaknya. Ternyata baru dua balon yang terjual malam ini.

“Saya beli nasi 5rb, lauknya hanya kecap yang penting kedua anak saya bisa makan. Suami & saya mengalah. Bahkan kami gak mampu beli obat warung untuk suami saya yang sakit,” - Bu Emi.

Ya Allah, nangis baca kisah ini 😭😭😭Pilu! Ayah dan anak tinggal di kolong jembatan, terpaksa tidak makan demi beli susuWa...
10/06/2025

Ya Allah, nangis baca kisah ini 😭😭😭

Pilu! Ayah dan anak tinggal di kolong jembatan, terpaksa tidak makan demi beli susu

Warga Lombok, kisah haru ini datang dari Sidoarjo, Jawa Timur. Adalah Yusuf, seorang ayah dan Zafa, sang putri kecil berusia 11 bulan. Keduanya terpaksa tinggal di kolong jembatan sempit karena tidak mampu bayar kontrakan. Sudah berbulan-bulan mereka tinggal di sana.

Sang ibu meningg4l dunia tak lama setelah melahirkan Zafa. Yusuf sang Ayah juga tidak punya keluarga, karena sedari kecil yatim-piatu. Yang lebih bikin nangis, sang Ayah terpaksa jarang makan agar sang anak tetap bisa minum susu.

Banyak kondisi begini di sekitar kita, khususnya di Lombok. Mari kita lebih peduli kondisi sekitar.

Btw yang mau cek kisah Yusuf dan Zafa bisa ke instagram

Sepertinya libur panjang menanti 🤭
10/06/2025

Sepertinya libur panjang menanti 🤭

09/06/2025
sadiman merupakan seorang kakek asal wonogiri jawa tengah yang telah mendedikasikan hidupnya sejak 1996 untuk menanam po...
09/06/2025

sadiman merupakan seorang kakek asal wonogiri jawa tengah yang telah mendedikasikan hidupnya sejak 1996 untuk menanam pohon dilereng gunung lawu.

kala itu gunung lawu sempat mengalami kebakaran hebat yang memberikan dampak serius berkepanjangan bagi warga disekitarnya.

dimana saat itu tanah disana menjadi sangat gersang, dan warga harus berebut untuk mendapatkan air.

oleh sebab itu sadiman muda menanam pohon beringin di lereng gunung lawu. karena menurutnya pohon tersebut dapat menyimpan banyak cadangan air.

tapi kala itu orang-orang malah mengucilkan dan menganggapnya gil4, karena menanam pohon yang tidak dapat dinikmati hasilnya.

namun setelah 19 tahun berlalu dan sudiman berhasil menanam 11.000 pohon seorang diri.

akhirnya lereng gunung lawu berhasil kembali hijau dan warga disekitarnya tidak lagi kekurangan air bersih.

bahkan sumber air yang bermunculan dapat mengaliri lebih dari 200 hektar sawah.

Oke Baiklah !
09/06/2025

Oke Baiklah !

Ketika Raksasa Tidur: Sebuah Pelajaran Sunyi Tentang Cinta, Kepercayaan, dan AlamTerkadang, keheningan memiliki suara ya...
08/06/2025

Ketika Raksasa Tidur: Sebuah Pelajaran Sunyi Tentang Cinta, Kepercayaan, dan Alam

Terkadang, keheningan memiliki suara yang lebih kuat daripada teriakan. Dan dalam satu bidikan dari atas, kita dihadapkan pada momen langka yang tak hanya menyentuh hati, tapi juga menyentuh nurani: kawanan gajah yang tertidur bersama, berbaring dalam kehangatan satu sama lain, di alam liar yang masih penuh bahaya.

Gambar ini bukan hanya keindahan visual—ia adalah simbol kepercayaan yang mendalam. Gajah jarang tidur berbaring, karena posisi ini membuat mereka rentan terhadap predator. Jadi ketika seluruh kawanan merebahkan diri bersama, itu adalah bukti tak terbantahkan bahwa mereka merasakan keamanan. Aman dengan lingkungan mereka. Aman satu sama lain. Aman karena, mungkin untuk sesaat, dunia memberi mereka ruang untuk bernapas.

Dan di antara tubuh besar yang bertumpuk dengan lembut itu, kita melihat bayi gajah yang meringkuk manja. Seperti anak manusia yang tertidur di pelukan ibunya, bayi ini menemukan kedamaian dalam kehangatan tubuh-tubuh yang mengelilinginya. Sebuah potret cinta yang tidak mengenal spesies—hanya rasa aman dan kasih sayang.

Gajah bukan hanya hewan besar. Mereka makhluk yang berduka, yang merayakan, yang mengingat, yang mencintai. Mereka memiliki ikatan keluarga yang sangat erat, dan dalam bidikan ini, ikatan itu tampak seperti pelukan hidup yang bisa dirasakan meski hanya dari foto.

Momen seperti ini langka, bukan karena tidak terjadi, tapi karena alam jarang terbuka begitu dalam kepada kita. Dan ketika ia melakukannya, itu adalah undangan untuk memahami dan melindungi, bukan sekadar mengagumi.





📸 Sumber foto: Gambar drone viral oleh tim pelacak konservasi Tiongkok (2021) – selama migrasi kawanan gajah liar di Provinsi Yunnan.

“Saya buang jauh-jauh gengsi.” Kalimat ini diucapkan dengan mantap oleh Dika Widia Putra, pria 27 tahun lulusan S2 Fakul...
08/06/2025

“Saya buang jauh-jauh gengsi.” Kalimat ini diucapkan dengan mantap oleh Dika Widia Putra, pria 27 tahun lulusan S2 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), yang kini memilih berjualan bakso sebagai jalan hidupnya. Warung bakso milik Dika, bernama “Bang Uyo”, berdiri sederhana di parkiran barat Taman Monjali, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dikelilingi rimbunnya pepohonan, warung ini memberikan suasana sejuk yang nyaman bagi para pembeli. "Saya asal dari kecil di Jepara. Cuman bapak, ibu, simbah dari Sukoharjo," ujar Dika saat ditemui Kompas di warungnya, Jumat (25/4/2025).

Dari Kampus ke Kuali

Dika menamatkan SMA pada 2015 dan berhasil diterima di Fakultas Peternakan UGM.

Setelah lulus S1, pandemi Covid-19 membuatnya kembali ke kampung halaman di Jepara. Di sana, ia membantu orangtuanya berjualan bakso sambil sekaligus belajar membuatnya.

"Saya sempat membantu orangtua satu tahunan, berhubung orang tua basic-nya dari kecil emang berdagang bakso di situ saya belajar selama Covid, belajar dari bisnis orangtua," katanya. Dorongan untuk melanjutkan S2 datang dari orangtuanya yang ingin melihat anaknya mencapai pendidikan pascasarjana. "Sebenarnya untuk melanjutkan jenjang ke S2 itu kemauan dari orangtua malahan awalnya. Soalnya bapak itu kepingin walaupun dagang bakso, ingin anaknya bisa sampai pasca sarjana," ungkap Dika.

Dengan bantuan promotor yang bersedia membimbingnya, Dika melanjutkan studi S2 di UGM dan lulus pada April 2024.

Gagal CPNS, Buka Warung Sendiri

Usai lulus, Dika mencoba mengikuti seleksi CPNS dan berhasil lolos SKD. Namun, ia gagal di tahap SKB karena kalah peringkat. "Di SKB saya kalah perangkingan... Ya udah berarti rejekinya yang peringkat satu," tuturnya. Ia juga sempat melamar ke beberapa perusahaan swasta, tapi mayoritas penempatan di luar DIY atau Jawa Tengah, sementara ia adalah anak sulung yang perlu dekat dengan orangtua. Dari kebingungan itu, Dika memilih membuka usaha bakso sendiri di Yogyakarta. Ia terinspirasi dari bakso berbentuk kotak yang ia temui di Surabaya, lalu memodifikasi konsep tersebut berdasarkan ilmu dan pengalaman dari orangtuanya. "Bakso kan bentuknya selalu bundar, saya terinspirasi dari yang ada di Surabaya, baksonya bentuknya kotak," kata Dika.

Usaha warung bakso Bang Uyo ia dirikan dengan tabungannya sendiri, menolak tawaran bantuan modal dari orangtua.

"Dulu saya sempat ditawari sama orangtua modal, nggak usah, jangan Bu... saya masih punya tabungan, coba saya maksimalkan," katanya. Bukan Sekadar Berjualan Dika menyewa gerobak, mengambil alih kontrak lokasi dari usaha sate klatak yang tutup, dan mengganti seluruh perlengkapan dengan miliknya sendiri. Modal awalnya tak sampai Rp 10 juta, dengan biaya sewa gerobak hanya Rp 150.000 per bulan. Meski lulusan S2 dan aktif dalam organisasi semasa kuliah, Dika tidak merasa malu. "Saya buang jauh-jauh gengsi, saya buang jauh-jauh malu, yang penting di sini mentalnya kuat dan konsisten," ujarnya.

Ia percaya bahwa berjualan bakso bukan berarti menyia-nyiakan pendidikan tinggi yang ditempuhnya. "Kalau kata orang eman-eman kuliah sampai S2 kok jualan bakso... saya menerapkan ilmu-ilmu yang saya dapatkan dari S1, S2 saya bawa ke sini," ujarnya.

Ilmu Peternakan Bantu Rancang Bisnis

Dika menyebut latar belakang pendidikannya sangat relevan dengan bisnis baksonya, mulai dari pemilihan daging, teknik membuat bakso yang kenyal, hingga strategi pemasaran dan analisis perilaku konsumen. "Saya dulu S1, S2 fokus saya di sosial ekonomi peternakan... kepuasan, loyalitas, pemasaran... sangat banyak terbantu," katanya. Meski sudah merintis usaha bakso sendiri, Dika belum meninggalkan cita-cita menjadi dosen. Jika ada penerimaan CPNS, ia berencana kembali mendaftar. Namun jika diterima, warung bakso miliknya akan tetap berjalan sebagai bentuk kontribusi membuka lapangan kerja. "Ini kan ada Bang Uyo yang bisa membantu orang lain juga buka lapangan pekerjaan," katanya

Source: Kompas

Address


Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Pondok Inspirasi posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Pondok Inspirasi:

Shortcuts

  • Address
  • Telephone
  • Alerts
  • Contact The Business
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share